1. LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPATI
( ITP )
Disusun Oleh
:
Disusun oleh :
1. Dian Permata Sari
P17420211061
2. Tyas Aminurokhmah
P17420211098
3. Uppik Adhia Wirawanti
P17420211099
Kelas II B
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2012/2013
2. KONSEP DASAR
IDIOPATHIC TROMBOCYTOPENIC PURPURA ( ITP )
A. PENGERTIAN
1.
Idiopathic Trombocytopenia Purpura ( ITP ) ialah suatu keadaan perdarahan
berupa petekie atau ekemosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui ( ITP
pada anak sering terjadi pada umur 2 – 8 tahun ), lebih sering terjadi pada
wanita. (Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, 2000)
2.
ITP adalah sindrom yang didalamnya ter ITP adalah suatu penyakit
perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang
berlebihan (Suraatmaja, 2000).
3.
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi,
(Perawatan Pediatri Edisi 2, 2002).
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tatapi dikemukakan berbagai kemungkinan
diantaranya ialah :
1.
Hipersplenisme
2.
Infeksi virus ( demam berdarah, morbili, varisela, rubella, dsb ).
3.
Intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,
sedormid )
4.
Bahan kimia.
5.
Pengaruh fisis ( radiasi, panas ).
6.
Kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi ).
7.
DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome pada
neonatus ).
8.
Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit.
9.
Kelemahan pada endotel pembuluh darah.
3. C. PATOFISIOLOGI
Sebagai kelaimam yang bersifat autoimun, ITP sangat sering terjadi sebagai
gangguan terisolasi, tetapi kadang – kadang sebagai manifestasi pertama SLE.
Meskipun bentuk akut diketahui pada anak – anak, sebagian besar penderita
adalah wanita dewasa berumur antara 20 dan 40 tahun.
IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah diidentifikasi
dalam serum kebanyakan kasus ITP.
Dengan teknik – teknik khusus,
immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan trombosit. Limpa
memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan
tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang
dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan dikuti
kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya.
Limpa biasanya nampak normal sekali, atau mungkin disertai sedikit pembesaran
saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan
sinusoid dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang memeliki sentra germina
mencolok.
Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat
menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya
berinti satu dan diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam
berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit yang
dipercepat.
Kepentingan pemeriksaan susmsum ialah untuk menyimgkirkan
trombositopeni sebagai akibat kegagalan sumsum. Entu saja temuan penting pada
umumnya terbatas pada perdarahan sekunder.
Perdarahan dapat tampak
menyebar ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus.
5. 1.
Masa prodroal – keletihan, demam, dan nyeri abdomen.
2.
Secara spontan timbul petekia dan ekimosis pada kulit.
3.
Mudah memar.
4.
Epistaksis ( gejala awal pada sepertiga anak ).
5.
Perdarahan traktus genitrourinarius ( menoragia, hematuria ) jarang.
6.
Traktus digestivus ( hematemesis, melena ).
7.
Perdarahan rongga mulut ( jarang ).
8.
Pada mata ( konjungtiva, retina ).
9.
Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi
darah ( bula hemoragik ).
10. Perdarahan pada SSP ( perdarahan subdural dan lain – lain ). Jarang terjadi.
11. Demam ringan 1 – 6 minggu sebelum tinbul gejala bila terdapat perdarahan
berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis.
12. Renjatan ( shock ) dapat terjadi bila kehilangan banyak darah.
F. KLASIFIKASI
1.
Akut
a.
b.
Paling sering, 90% sembuh sendiri dalam satu tahun.
c.
Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosa.
d.
2.
Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
Kronik
a.
10 %, kasusnya dapat dianggap kronis apabila trombositopenia
berlangsung lebih dari 100 hari.
b.
Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosa.
c.
Awitan tersembunyi dan berbahaya.
d.
Jumlah trombosit tetap dibawah normal selama penyakit.
e.
Bentuk ini terutema terjadi pada orang dewasa.
f.
Keadaannya berlangsung dengan keadaan remisi dan relaps berganti –
ganti.
6. g.
Selama relaps, terjadi memar – memar yang dapat besar sekali, dan dapat
terjadi perdarahan melalui hidumg, milut, uterus, atau saluran kemih.
h.
i.
3.
Limpa teraba pada kurang dari sepertiga kasus.
Relaps dapat berakhir kira – kira dalam 1 tahun.
Kambuhan
a.
Mula – mula terjadi trombositopenia.
b.
Relaps berulang.
c.
Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji Laboratorium dan Diagnostik :
1.
Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000 mm3.
2.
Hitung darah lengkap ( CBC ) – anemia karena ketidakmampuan sel darah
merah ( SDM ) menggunakan zat besi.
3.
Aspirasi susmsum tulang – peningkatan megakariosit.
4.
Jumlah leukosit – leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
5.
Uji antibodi trombosit – dilakukan bila diagnosis diragukan.
a.
Biopsi jaringan pada kulit dan gusi – diagnostik.
b.
Uji antibodi antinuklir – untuk menyingkirkan kemungkinan lupus
eritematosus sistemik ( SLE ).
c.
Pemeriksaan dengan slit lamp – untuk melihat adanya uveitis.
d.
Biopsi ginjal – untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
e.
Foto toraks dan uji fungsi paru – diagnostik untuk manifestasi paru
( efusi, fibrosis interstitial paru ).
H. KOMPLIKASI
1.
Reaksi transfusi.
2.
Relaps.
3.
Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1 % kasus yang terkena ).
7. I. PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan pada gangguan ini adalah mengurangi produksi antibodi
dan destruksi trombosit, seerta meningkatkan dan mempertahankan jumlah
trombosit.
a.
Gamma Globulin
Infus gamma globulin intravena ( sandoglobin; Gamium N ) diikuti
dengan kenaikan hitung teombosit yang bertahan. Dosis besar gamma
globulin gamma intravena ( 400 mg/ kg selama 5 hari ) menginduksi
remisi pada banyak kasus ITP akut dan kadang – kadang pada ITP kronis.
Percobaan terkendali acak menunjukan efektifitas globulin G imun
( IGIV ), 19/kg/ 24 jam selama 1 atau 2 hari berturut – turut dalam
mengurangi frekuensi trombositopenia berat ( hitung trombosit kurang
lebih 20 x 10
b.
Terapi kortikosteroid
Meskipun kortikosteroid tidak menunjukan jumlah kasus kronis,
kortikosteroid
bermanfaat
karena
menngurangi
keparahan
dan
menyingkirkan lama sakit pada fase awal. Pada kasus yang lebih berat,
tatapi dengan kortikosteroid, seperti prednison dengan dosis 1 – 2
mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi atau ekuivalensinya terindikasi.
Beberapa ahli menganjurkan pemeriksaan sumsum tulang untuk
menyingkirkan leukimia sebelum memulai prednison. Keperluan akan
terapi kortikosteroid diperdebatkan, meskipun hitung tromosit kembali ke
tingkat hemostatis lebih cepat dengan terapi seperti itu.
Terapi ini
diteruskan sampai hitung trombosit normal atau selama 3 minggu, mana
saja yang terjadi pertama.
Pada titik ini terapi steroid sebaiknya
dihentikan, meskipun hitung trombosit tetap rendah. Tetapi kortikosteroid
berkepanjangan tidak terindikasi dan dapat menekan sumsum tulang,
disamping menyebabkan perubahan cushingoid dan gagal tumbuh. Jika
trombositopenia menetap selama 4 – 6 bulan, pemberian singkat kedua
terapi kortikosteroid atau imunoglobulin intravena dapat diberikan.
8. c.
Transfusi darah
Transfusi darah atau suspensi trombosit sedikit saja gunanya, karena
trombosit yang ditransfusikan akan capat sekali menghilang.
d.
Steriod
Sangat berguna pada kasus akut jika perdarahannya berat. Pengobatan
rumat mungkin diperlukan selama kira – kira 4 minggu untuk menaikkan
kadar trombosit sampai mencapai 50 x 10 /L.
Karena efeknya yang
terbaik adalah pada minggu pertama, maka steroid harus diberikan pada
saat itu ( bila memang diputuskan untuk diberikan ) atau tidak sama sekali.
e.
Splenektomi
Berbahaya dan tidak perlu pada kasus akut. Kira – kira 60 – 70 % kasus
kronis dapat sembuh dengan splenektomi, teapi harus diingat :
1)
Hanya diprlukan bila kecenderungan perdarahan tidak dapat
dikendalikan engan steroid. ( nilai aktual trombosit tidak penting ).
2)
Selanjutnya dapat mengakibatkan infeksi.
3)
Jika gangguan ini berlangsung lebih dari satu tahun atau anak itu
berusia lebih dari 5 tahun.
9. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PURPURA TROMBOSITOPENI IDIOPATI
A. PENGKAJIAN
1. Hematologi
a. Tanda – tanda vital
1) Nadi cepat
2) Pernapasan
b.Tampilan umum
1)Tanda – tanda gagal jantung kongesif
2) Gelisah
c.Kulit
1)Warna kulit pucat, ikterus
2)Petekie
3)Memar
4)Perdarahan dari membran mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena.
d.Abdomen
1)Pembesaran hati
2)Pembesaran limpa
3)Tentukan lokasi daerah purpura
4)Tentukan tempat perdarahan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berubungan dengan epistaksis.
2. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak.
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubaan sirkulasi (ekimosis ).
.
10. C. INTERVENSI
DX I
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam aproses
keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.
NOC
: Pain Cntrol ( Kontrol nyeri )
Kriteria Hasil :
1. Mengenali faktor penyebab nyeri
2. Mengenali serangan nyeri
3. Menggunakan metode pencegahan
4. Menggunakan metode nonanalgetik
5. Mengebali gejala nyeri
6. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Skala Indikator
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC
: Pain Management ( Manajemen nyeri )
Intervensi :
1. Kaji tentang nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas, faktor pencetus )
2. Observasi penyebab ketudaknyamanan dari nonverbal
3. Gunakan strategi komunukasi terapeutik
4. Berikan informasi tentang nyeri, penyebab, berapa lama dan antisipasi
ketergantunagan
5. Ajarkan teknik nonfarmakologok untuk mengurangi nyeri
6. Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri
11. DX II
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nutrisi pasien seimbang
NOC
: Nutitional Status : food and fluid intake ( Status nutrisi :
masukan
makanan dan cairan ).
Kriteria hasil :
1.
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )
Skala indikator
:
1: Tidak pernah menunjukan
2: Jarang menunjukan
3: Kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
NIC
: Nutrition Monitoring ( Monitor nutisi )
Intervensi
:
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor makanan kesukaan
5. Monitor kalori dan intake nutrisi
12. DX III
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik dan
iritasi kulit minimal.
NOC
: Tissue Integritas : Skin and mucus membrane
Kriteria Hasil
:
1.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
2.
Tidak ada luka / lesi pada kuit
3.
Perfusi jarinngan baik
4.
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera beerulang
5.
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Indikator skala
1
: Kompromi luar biasa
2
: Kompromi sekali
3
: Kompromi baik
4
: Kompromi sedang
5
: Tidak ada kompromi
NIC
: Pressure Management
Intervensi :
1.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.
Hindari kerutan pada tempat tidur
3.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4.
Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali
5.
Monitor kulit akan adanya kemerahan
6.
Oleskan lotion / minyak baby oil pada daerah yang tertekan
7.
Monitor status nutrisi pasien
8.
mandikan pasien dengan sebun dan air hangat
13. D.EVALUASI
DX I. Nyeri berhubungan dengan epistaksis
Kriteria Hasil
:
1.Mengenali faktor penyebab nyeri
2.Mengenali serangan nyeri
3.Menggunakan metode pencegahan
4.Menggunakan metode nonanalgetik
5.Mengebali gejala nyeri
6.Melaporkan nyeri sudah terkontrol
DX II. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak
Kriteria Hasil
:
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )
DX III. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
(ekimosis)
Kriteria Hasil
:
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
2.Tidak ada luka / lesi pada kuit
3.Perfusi jarinngan baik
4.Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera beerulang
5.Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami
14. DAFTAR PUSTAKA
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes classification ( NOC ). Missouri:
Mosby.
Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
15. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y
DENGAN DIAGNOSA IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA
DI RUANG KANTIL NO. 2 RSUD BANYUMAS
A. PENGKAJIAN
Ruang
: Kantil
Tanggal pengkajian
: 20 Februari 2013
Pengkaji
: Kelompok
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
I.
Identitas
1. Identitas pasien
Nama
: Anak M
Umur
: 9 tahun
Jenis kelamin
: Laki – Laki
Agama
: Islam
Status kawin
: Belum kawin
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:-
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
: Karangdadap, RT 03 RW 05 Kalibagor, Banyumas
16. Tgl. MRS
: 19 Februari 2013
Dx. Medis
: ITP
2. Penanggung Jawab
Nama
: Ny. U
Umur
: 35 Tahun
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Karangdadap, RT 03 RW 05 Kalibagor,
Banyumas
Hubungan dengan klien
II.
: Ibu Pasien
Riwayat Kesehatan
1.)
Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada perut.
2.)
Keluhan tambahan
Pasien mengatakan kulitnya kemerah-merahan, merasa letih, dan
demam.
3.)
Riwayat penyakit sekarang
17. Pasien datang ke RSUD Banyumas pada tanggal 19 Februari 2013 pukul
13.00 di rawat di Bangsal Kantil no.2 dengan keluhan nyeri pada perut.
Pasien juga kulitnya kemerah-merahan dan merasa letih dan demam.
Diagnosa medis idiopatik trombositopenia purpura.
4.) Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan bahwa sebelumnya pasien belum pernah
mengalami penyakit seperti ini. Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap
obat-obatan.
5.)
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien
mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti ini.
III.
Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
DS : pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting
DO : pasien datang ke RS Margono dibawa keluarganya
b. Pola istirahat dan tidur
DS : pasien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak
DO : pasien tidur selama 5-6 jam sehari
c. Pola nutrisi
DS : pasien mengatakan sebelum sakit makannya banyak dan dihabiskan
dan setelah sakit tidak nafsu makan
18. DO : pasien hanya menghabiskan 2-3 sdm dan 3 gelas dalam sehari dan
terlihat letih, BB turun, conjungtiva anemis, Hb 9 gr/dl
d. Pola eliminasi
DS : pasien mengatakan setelah sakit BAB hanya 1x dalam 3 hari, BAK 34 kali sehari
DO : tidak terpasang DC, konsistensi urin kunig muda, jumlah 500-1000cc
/ hari
e. Pola aktifitas dan latian
DS : pasien mengatakan letih, malas untuk beraktifitas
DO : aktifitas pasien dibantu keluarga
No.
Kemampuan
0
1.
Makan/minum
v
2.
Toileting
v
3.
Mandi
v
4.
ROM
v
5.
Berpindah
v
6.
Berpakaian
v
7.
Mobilisasi di tempat tidur
v
Keterangan :
0 : mandiri,
1 : dengan alat bantu,
2 : dibantu orang lain,
3 : dibantu orang lain dan alat,
4 : tergantung total
1
2
3
4
19. f. Konsep diri
DS: Pasien dan kelurga mengatakan ingin segera sembuh supaya bisa
menjalankan aktivitas seperti biasa lagi seperti ketika sebelum sakit.
DO : pasien cukup kooperatif dalam setiap tindakan medis
g. Pola persepsi dan kognitif
DS : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada panca indranya, pasien
mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
DO : pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tidak terpasang alat bantu
panca inderanya.
h. Pola Peran dan hubungan
DS : Pasien mengatakan bahwa ia sangat dekat dengan ibunya
DO : Di rumah sakit pasien ditunggui oleh ibu dan ayahnya
i. Pola Reproduksi dan Seksual
DS : Keluarga/pasien mengatakan kalau pasien adalah anak ke 2 dari 3
bersaudara
DO : Pasien berjenis kelamin laki- laki.
j. Pola Pertahanan diri/koping
DS : Pasien mengatakan apapun yang ia alami pada ibunya
DO: Pasien dan keluarganya sangat kooperatif selama di rumah sakit,
komunikasi pasien dan keluarga baik.
k. Keyakinan dan Nilai
DS : Keluarga pasien mengatakan seluruh anggota keluarga dalam
keluarganya beragama islam, keluarga pasien mengatakan bahwa
semuanya sudah pasrahkan pada Allah, yang penting sering berdoa dan
berusaha untuk sembuh.
DO : Keluarga pasien terlihat sering berdoa untuk kesembuhan anaknya
IV.
Pemeriksaan fisik
20. 1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda vital
: TD : 100/70 mmHg
N : 72 x/menit
R : 28 x/menit
S : 37,5oC
2. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
Mesochepal, warna rambut hitam, bersih, tidak teraba massa yang
abnormal
b. Mata
Simetris, conjungtiva anemis
c. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada secret di hidung, tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Posisi telinga simetris, tidak ada serumen dalam telinga
e. Mulut dan gigi
Gigi bersih, tidak ada caries, lidah bersih, bibir pucat
21. f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri menelan,
g. Dada
Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, R : 28x/menit
h. Abdomen
Simetris, gerakan abdomen mengikuti gerak napas, ada luka, ada nyeri
tekan, bising usus tidak normal
i. Genital
Pasien berjenis keamin laki-laki, tidak terpasang kateter
j. Kulit
Turgor kulit buruk, tambah kusut, hilang elastisitas
k. Ekstermitas
Atas : tidak ada edema
Bawah : tidak ada edema
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hari, Tanggal
Jenis pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai
normal
23. •
prednison dosis 1 – 2 mg/kg/24 jam
•
Merkaptopurin : 2,5-5 mg/kgbb/hari peroral.
•
Azatioparin (imuran): 2-4 mg/kgbb/hari peroral.
•
Siklofosfamid (endoxan): 2 mg/kgbb/hari peroral.
•
Heparin: 1 mg/kgbb intravena, dilanjutkan dengan dosis 1 mg/kgbb
perinfus selama 4 jam sampai tercapai masa pembekuan lebih dari 30
menit ( 1 mg ekuivalen dengan 100 U)
•
Protamin sulfat : dosis sama banyak dengan jumlah mg heparin yang
telah diberikan. Pemberiannya secara intravena.
•
Transfusi darah: umumnya 10-15 ml/kgbb/hari.
•
IVFD RL 20 tpm
B. ANALISA DATA
No
Data Fokus
Etiologi
1. DS : pasien mengeluh sakit Epistaksis
perut
DO :
P : nyeri karena penyakit
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pada daerah abdomen
S : skala 5
T : nyeri kadang-kadang
Problem
Nyeri akut
24. TD : 100/70 mmHg
RR : 28 x / menit
N : 72 x / menit
S : 37,5oC
2.
DS : pasien mengeluh tidak Asupan nutrisi yang Ketidakseimbngan
nafsu makan
DO
:
kurang
pasien
nutrisi kurang dari
hanya
kebutuhan tubuh
menghabiskan 2-3 sdm dan 3
gelas, BB turun, conjungtiva
anemis, Hb 9 gr/dl
3.
DS
:
pasien
mengatakan (Internal) perubahan Kerusakan integritas
kulitnya
mengalami sirkulasi : ekimosis
kulit
perubahan
DO : pasien terlihat kulitnya
terdapat bercak merah, turgor
kulit buruk, tambah kusut.
C. INTERVENSI
Diagnosa Kep
Tujuan Dan Indikator
Intervensi Kep
Nama
( NOC )
( NIC )
&
Paraf
Dx I
Nyeri
Setelah
dilakukan
tindakan Paint management
Akut keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Lakukan
berhubungan
diharapkan
pasien
tidak
pengkajian
nyeri
25. dengan
mengalami nyeri.
secara
epistaksis
Indikator:
komprehensif
Pain Level
(lokasi,
Indikator
1. Melaporkan
Awal
2
Akhir
4
adanya nyeri
2. Luas
4
yang
nyeri
frekuensi,
presipitasi)
2. Kontrol
terpengaruh
3. Ekspresi
durasi,
kualitas dan faktor
bagian 2
tubuh
karakteristik,
lingkungan
2
pada
wajah
Skala:
4
yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
1. Kuat
pencahayaan
2. Berat
dan
kebisingan
3. Sedang
3. Ajarkan
4. Ringan
5. Tidak ada
tentang
teknik
nonfarmakologi
nafas
:
dalam,
relaksasi, distraksi,
kompres
hangat/dingin
4. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
dilakukan
5. Monitor vital sign
tindakan Nutritional
Dx II
Setelah
Ketidakseimb
keperawatanselama 1 x 24 jam, management
angan nutrisi diharapkan klien dapat terpenuhi (manajemen nutrisi):
kurang
dari kebutuhan nutrisinya.
kebutuhan
Indikator:
1. Kaji adanya alergi
makanan
26. tubuh
Nutritinal status
berhubungan
Indikator
dengan
1. Intake
asupan
nutrisi
2. Kolaborasi dengan
zat 2
Akhir
ahli
4
Awal
menentukan
kurang
2. Intake
untuk
jumlah kalori dan
gizi (nutrien)
yang
gizi
zat 2
nutrisi
4
yang
dibutuhkan pasien
makanan dan
cairan
3. Energi
2
4
Skala :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
Dx III
5. Tidak ada keluhan
Setelah
dilakukan
Kerusakan
keperawatan selama 1 x 24 jam, di management
integritas
harapkan integritas kulit klien 1. Anjurkan
kulit
utuh.
untuk
berhubungan
Indikator:
menggunakan
dengan
Tissue Integrity : Skin and
pakaian
(Internal)
Mucous Membranes
longgar
perubahan
sirkulasi
ekimosis
:
Indikator
1. Temperatur
Awal
2
tindakan Pressure
Akhir 2. Jaga
4
kulit
jaringan sesuai
yang
kebersihan
agar
tetap
3. Mobilisasi
pasien
setiap 2 jam sekali
2. Elastisitas
2
4
yang
3. Warna sesuai 2
4. Memandikan
pasien
diharapkan
yang
yang
bersih dan kering
di
harapkan
sesuai
pasien
sabun
4
hangat
dengan
dan
air
28. Tanggal
Dx
/ jam
Rabu,20
Implementasi
Respon pasien
Paraf
Februari
2013
08. 00
I
-
Mengkaji
keluhan
- Pasien
utama
mengatakan
sakit pada perut, letih,
demam, bercak merah
I
I
pada kulit
-
Mengobservasi
KU
- KU
pasien
-
cukup,
compos
mentis
Mengobservasi
nyeri P : nyeri karena penyakit
pasien
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pada daerah abdomen
10.00
I,II,II
S : skala 5
12.00
I
T : nyeri kadang-kadang
II
-
II
-
Memberikan
terapi
obat
I
-
- Infus RL 20 tpm
- Pasien
Memonitor
tetesan
infus
-
Obat masuk
menghabiskan
2-3 sdm porsi makanan
dari RS
- RR : 28 x / menit
Memonitor TTV
-
- TD : 100/70 mmHg
program
I
Memberikan diit sesuai
- N : 72 x / menit
- S : 37,5oC
II
- Infus RL 20 tpm
II
- Pasien nyaman
-
Memonitor
tetesan
infus
II
- Pasien
Mengatur posisi semi
mendengarkan
perawat
fowler
-
III
Memotivasi
pasien
untuk makan makan
- Pasien dapat istirahat
- Pasien
yang mengandung zat
besi
-
mempunyai
alergi makanan
Memonitor
istirahat
pasien
-
tidak
Mengkaji
apakah
riwayat
- Turgor kulit buruk
29. E. EVALUASI
Hari/
tanggal
Rabu, 20
Februari
Dx
I
Catatan Perkembangan
S : pasien mengatakan masih merasa sakit pada perutnya
O : pasien masih terlihat menahan sakit
2013
P : nyeri karena penyakit
14.00
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pada daerah abdomen
S : skala 3
T : nyeri kadang-kadang
TD : 100/70 mmHg
RR : 28 x / menit
N : 72 x / menit
S : 37,5oC
A : masalah belum teratasi
Paraf
30. P:
Indikator
Skala
Skala
awal
2
Tujuan
4
akhir
3
2
4
3
2
1. Melaporkan
Skala
4
adanya
nyeri
2. Luas
bagian
tubuh
yang terpengaruh
3. Ekspresi nyeri pada
wajah
3
Skala :
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
P : Lanjutkan intervensi
-
Monitor TTV
-
Memeberi program sesuai terapi
S : Pasien mengatakan selama sakit masih merasa lemah dan
tidak nafsu makan
II
O : pasien hanya menghabiskan 2-3 sdm porsi RS, BB turun,
conjungtiva anemis, Hb 9 gr/dl
A : masalah belum teratasi
Indikator
Skala
Skala
Skala
awal
tujuan
akhir
31. 1. Intake zat gizi
2
4
3
2
4
3
2
4
3
(nutrien)
2. Intake
zat
makanan dan cairan
3. Energi
P : Lanjutkan intervensi
-
kolaborasi dengan ahli gizi
-
Pemberian makan sedikit tapi sering
S : Pasien mengatakan kulitnya masih kemerah-merahan
O : Pasien terlihat lemah, turgor kulit buruk, tidak elastis
A : masalah belum teratasi
Indicator
Skala
Skala
1. Temperatur jaringan
awal
2
tujuan
4
akhir
3
2
4
3
2
III
Skala
4
3
sesuai
yang
di
harapkan
2. Elastisitas
sesuai
yang diharapkan
3. Warna sesuai yang
diharapkan
Perfusi jaringan
P : Lanjutkan intervensi
-
Observasi perubahan kulit
-
Monitor TTV
-
Memberi program sesuai terapi