際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI
TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG
Dina Novitasari Alhinduan1
, Ivan Indrawan2
1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan
Email: dalhinduan@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan
ABSTRAK
Irigasi merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Daerah irigasi adalah suatu wilayah daratan yang
kebutuhan airnya dipenuhi oleh sistem irigasi. Daerah Irigasi Timbang Deli dengan luas 520 ha dengan
debit rencana 0,624 m3
/s kebutuhan air irigasinya sebelumnya dipenuhi bangunan free intake dan sekarang
dipenuhi oleh bangunan Bendung Sungai Ular. Untuk merencanakan pola tanam yang optimum memerlukan data
hidrologi, klimatologi, topografi yang kemudian akan dianalisa untuk mendapatkan curah hujan efektif,
evapotranspirasi, dan kebutuhan air irigasi. Dalam menentukan curah hujan regional digunakan metode rata-rata
aljabar dengan data curah hujan 10 tahun dari tiga stasiun penakar hujan untuk mendapatkan nilai curah
hujan efektif pada lokasi penelitian. Perhitungan Evapotranspirasi dilakukan dengan Metode Penman. Berdasarkan
hasil analisis data curah hujan didapat curah hujan maksimum rata  rata terjadi di bulan Oktober sebesar 322 mm
dan terendah terjadi di bulan Februari sebesar 129 mm. Dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat pola
tanam optimum pada alternatif ke -18 dengan nilai NFR 2,68 mm/hari dan DR 0,33 lt/dt/ha dengan tingkat
efisiensi 72,57%.
Kata kunci : Pola Tanam, Efisiensi Pemakaian Air
ABSTRACT
Irrigation is a very important component to improve agricultural production in the context of national food
security and welfare of the community. Irrigation area is an area of land where water demand met by the irrigation
system. Deli area with extensive irrigation Weigh 520 ha with the discharge 0.624 m3 / s before irrigation water
needs met free intake building and the building is now filled by a Ular River dam. To plan the optimum cropping
pattern requires data hydrology, climatology, topography which will then be analyzed to obtain effective
precipitation, evapotranspiration, and irrigation water requirements. In determining the use of regional rainfall
average algebraic method with 10 years of rainfall data from rain graduated three stations to get the value of
effective rainfall at the study site. Calculation Method of Evapotranspiration done Penmann. Based on the analysis
of rainfall data obtained maximum rainfall average occurs in October amounted to 322 mm and the lowest occurred
in February by 129 mm. By using 24 alternative cropping patterns obtained optimum cropping pattern at the
alternatives 18th
with NFR value 2.68 mm / day and DR 0.33 lt / dt / ha with 72.57% efficiency rate.
Keywords: Planting Pattern, Water Use Efficiency
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan
untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Daerah Irigasi Timbang Deli (D.I. Timbang Deli) dilihat dari letak geografis, maka D.I Timbang Deli
terletak pada posisi 3尊30 3尊31 LU dan 98尊5598尊56 BT, dengan luas 520 ha dengan debit rencana 0,624 3
/s
(Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara, 2006). Kebutuhan air irigasi pada D.I. Timbang Deli sebelumya
dipenuhi oleh bangunan free intake yang terletak pada sisi kiri badan sungai. Sekarang kebutuhan air irigasi
dipenuhi oleh adanya bangunan Bendung Sungai Ular yang berada pada sisi kiri Bendung yang memotong melalui
bawah tanah dari sisi kanan ke sisi kiri badan Sungai Ular.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam daerah irigasi Timbang
Deli adalah :
 Berapakah kebutuhan air irigasi untuk pola tanam optimum ?
 Berapakah kebutuhan air irigasi yang berasal dari curah hujan dan dari pintu pengambilan ?
 Apakah pintu pengambilan mampu dalam memenuhi kebutuhan air irigasi dengan pola tanam yang
ada ?
 Apakah dengan adanya bangunan bendung yang baru kebutuhan air irigasi terpenuhi sepanjang tahun
?
 Apakah penggunaan air pada pola tanam optimum sudah efisien ?
Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditulis di atas maka permasalahan dibatasi mencakup hal-hal sebagai
berikut :
 Penulisan tugas akhir dilakukan pada awal tahun 2013, dengan menggunakan data curah hujan dan
klimatologi tahun 2002 sampai tahun 2011.
 Hanya menghitung irigasi daerah Timbang Deli dengan luas layanan seluas 520 ha.
 Menghitung curah hujan efektif dengan metode aljabar rata-rata.
 Mencari pola tanam yang optimum.
 Menghitung kebutuhan air irigasi terhadap pola tanam.
 Menganalisa efisiensi sesudah adanya bendung baru dari pola tanam optimum.
 Menghitung debit andalan dengan metode F.J.Mock.
Tujuan
Penulisan tugas akhir analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam daerah irigasi Timbang Deli ini
bertujuan untuk :
 Menganalisa kebutuhan air untuk irigasi dengan debit yang dapat disediakan oleh bangunan Bendung
Sungai Ular.
 Untuk mengetahui kebutuhan air optimum dan menentukan pola tanam terbaik untuk daerah irigasi
tersebut.
 Dapat mengetahui kehandalan pintu pengambilan dalam memenuhi kebutuhan air irigasi dengan pola
tanam yang ada.
 Mendapatkan pola tanam optimum untuk menentukan pemakaian air yang lebih efisien.
2. Tinjauan Pustaka
Curah Hujan Efektif
Tidak semua curah hujan yang jatuh diatas tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya,
ada sebagian yang menguap dan mengalir sebagai limpasan permukaan. Air hujan yang jatuh diatas permukaan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
 Curah hujan nyata, yaitu sejumlah air yang jatuh pada periode tertentu
 Curah hujan efektif, yaitu jumlah air hujan yang jatuh pada suatu daerah atau petak sawah semasa
pertumbuhan tanaman dan dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun curah hujan efektif untuk tanaman palawija menurut KP-01 dipengaruhi oleh besarnya tingkat
evapotranspirasi dan curah hujan daerah. Besaran curah hujan efektif harian dihitung dengan analisis pendekatan
rumus (KP-01, 1986) sebagai berikut:
 Untuk padi, Re = 70% x R80
 Untuk palawija, Re = 70% x R50
Efisiensi Irigasi
Hampir seluruh air irigasi berasal dari pembagian dari saluran-saluran dari reservoir. Kehilangan air terjadi
ketika air berlebih. Efisiensi irigasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:
CE =
Wr
Wf
x 100 %
dimana :
Ec : efisiensi irigasi
Wf : jumlah air yang terdapat di areal persawahan
Wr : jumlah air yang tersedia yang berasal dari pintu pengambilan
Kebutuhan Air di Sawah
Kebutuhan air bersih disawah (NFR) dipengaruhi oleh faktor-faktor NFR seperti penyiapan lahan,
pemakaian konsumtif, penggenangan, efisiensi irigasi, perkolasi dan infiltrasi, dengan memperhitungkan curah
hujan efektif (Re). Bedanya kebutuhan pengambilan air irigasi (DR) juga ditentukan dengan memperhitungkan
faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (e). Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan rumus sebagai berikut:
NFR = Etc + P + WLR  Re (1)
DR = (NFR x A)/e (2)
dimana:
NFR = kebutuhan air irigasi disawah (mm/hari) atau (lt/det/ha)
DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/det/ha)
Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = curah hujan efektif
A = luas areal irigasi rencana (ha)
e = efisiensi irigasi
Kebutuhan Penyiapan Lahan
Metode yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan salah
satunya adalah metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (KP-01,1968). Metode ini didasarkan
pada laju air konstan dalam l/dt selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
LP = M. ek
/ ( ek
 1 ) (3)
dimana :
LP = Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah
di jenuhkan (= Eo + P)
Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari) (= Eto x 1,10)
P = Perkolasi (mm/hari)
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm
k = MT / S
e = bilangan Napier (2,7183)
Kebutuhan Air untuk Komsimtif Tanaman
Untuk menghitung kebutuhan air untuk konsumtif tanaman digunakan persamaan empiris sebagai berikut :
Etc = Kc x Eto (4)
dimana :
Kc : Koefisien tanaman
Eto : Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Etc : Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan
penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat
ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus
diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Laju perkolasi normal pada tanah
lempung sesudah dilakukan genangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari (KP  01, 1986). Di daerah dengan
kemiringan diatas 5 %, paling tidak akan ter terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
Pergantian Lapisan Air
1. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan.
2. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm
( atau 3,3 mm/hari selama 遜 bulan ) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
Pola Tanam
Pada umumnya, pola tanam di suatu daerah irigasi harus di atur sedemikian rupa agar waktu panen dan
menanam menjadi teratur. Pola tanam ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun.
Terbatasnya persediaan air adalah alasan yang mempengaruhi penyusunan pola tanam dalam satu tahun (Suryadi,
2011).
3. Hasil Dan Pembahasan
Setelah proses panelitian, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Curah Hujan Regional DAS Sungai Ular
Curah hujan efektif didefenisikan sebagai bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia
untuk kebutuhan air bagi tanaman. Besaran curah hujan efektif diprediksikan sebesar 70% dari curah hujan tengah
bulanan dengan probabilitas 80%.
Tabel 2. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif
Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi yang
bersangkutan untuk menjamin suatu tingkat produksi yang diharapkan.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des
2002 212 80 120 171 179 134 192 109 440 255 192 91
2003 152 163 145 182 189 165 230 189 255 264 235 181
2004 134 303 234 243 178 133 205 190 343 377 227 208
2005 132 84 89 212 235 214 220 201 234 515 238 212
2006 124 164 111 267 266 149 99 137 223 264 150 278
2007 180 100 139 178 328 185 186 298 434 330 336 183
2008 164 109 229 222 217 116 282 235 298 318 379 174
2009 206 132 400 232 264 145 144 271 285 390 227 224
2010 284 47 197 128 137 176 209 248 159 159 377 206
2011 170 108 367 144 214 167 85 253 211 347 241 246
Rata-rata 176 129 203 198 221 158 185 213 288 322 260 200
No. Bulan
Curah
Hujan Curah Hujan
No. Bulan
Curah
Hujan
Curah
Hujan
Efektif
padi
Efektif
palawija
Efektif padi
Efektif
palawija
1 Januari 6,25 7,93 7 Juli 6,72 9,57
2 Februari 3,92 5,09 8 Agustus 8,82 10,97
3 Maret 5,60 9,19 9 September 10,41 13,30
4 April 7,98 9,89 10 Oktober 12,32 15,40
5 Mei 8,35 10,13 11 November 10,59 11,11
6 Juni 6,25 7,70 12 Desember 8,45 9,71
Tabel 3. Rekapitulasi Evapotranspirasi
No. Bulan
Evapotranspirasi
No. Bulan
Evapotranspirasi
(mm/hari) mm/bulan (mm/hari) mm/bulan
1 Jan 74,29 4,64 7 Juli 60,16 3,76
2 Feb 69,98 4,67 8 Agust 72,50 4,53
3 Mar 66,02 4,13 9 Sept 72,31 4,82
4 Apr 59,50 3,97 10 Okt 76,83 4,80
5 Mei 67,64 4,23 11 Nov 60,26 4,02
6 Juni 52,03 3,47 12 Des 63,79 3,99
Tabel 4. Rekapitulasi hasil Analisa Kebutuhan Air
Karena nilai NFR padi I dan padi II alternatif 18 terkecil maka, pola tanam optimum didapatkan jika pola
tanam dimulai mengikuti alternatif 18 yaitu pola tanam dengan kebutuhan air irigasi terkecil.
Dari hasil analisa kebutuhan air irigasi yang dilakukan, maka didapatkan perencanaan pola tanam dengan
kebutuhan air irigasi yang paling rendah yaitu dimulai dari September II. Berikut ini disajikan analisa kebutuhan air
September II. Berdasarkan tabel analisa kebutuhan air diatas, maka didapat perencanaan Pola Tanam seperti berikut
:
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Gambar 3. Skema Pola Tanam
Bulan
Analisa
kebutuhan
Air
NFR
(mm/hari) Bulan
Analisa
kebutuhan
Air
NFR
(mm/hari)
jan I Alt - 1 10,15 Juli I Alt- 13 5,56
II Alt - 2 10,15 II Alt- 14 5,56
Feb I Alt - 3 9,05 Ags I Alt- 15 4,04
II Alt - 4 7,95 II Alt- 16 4,04
Mar I Alt - 5 6,95 Sep I Alt- 17 2,68
II Alt - 6 6,95 II Alt- 18 2,68
Apr I Alt - 7 5,38 Okt I Alt- 19 2,98
II Alt - 8 5,38 II Alt- 20 2,98
Mei I Alt - 9 6,91 Nop I Alt- 21 5,1
II Alt - 10 6,91 II Alt- 22 5,1
Juni I Alt - 11 6,66 Des I Alt- 23 7,79
II Alt - 12 6,66 II Alt- 24 7,79
LPLP Padi Padi Kedelai
Tabel 5. Efisiensi Irigasi
ALT
DR
Debit
Rencana
Nilai
Ket
ALT DR
Debit
Rencana
Nilai
Ket
(m3/dt)
Konsultan
(m3/dt)
Efisiensi
(%)
(m3/dt)
Konsultan
(m3/dt)
Efisiensi
(%)
1 0,94 0,624 50,58 Efisien 13 0,51 0,624 17,54
Tidak
Efisien
2 0,94 0,624 50,58 Efisien 14 0,51 0,624 17,54
Tidak
Efisien
3 0,84 0,624 34,26
Tidak
Efisien 15 0,62 0,624 0,71
Tidak
Efisien
4 0,74 0,624 17,94
Tidak
Efisien 16 0,62 0,624 0,71
Tidak
Efisien
5 0,64 0,624 3,20
Tidak
Efisien 17 0,25 0,624 60,27 Efisien
6 0,64 0,624 3,20
Tidak
Efisien 18 0,17 0,624 72,57 Efisien
7 0,50 0,624 20,21
Tidak
Efisien 19 0,28 0,624 55,80 Efisien
8 0,25 0,624 60,27 Efisien 20 0,28 0,624 55,80 Efisien
9 0,25 0,624 60,27 Efisien 21 0,47 0,624 24,28
Tidak
Efisien
10 0,28 0,624 55,80 Efisien 22 0,47 0,624 24,28
Tidak
Efisien
11 0,62 0,624 1,22
Tidak
Efisien 23 0,72 0,624 15,61
Tidak
Efisien
12 0,47 0,624 24,28
Tidak
Efisien 24 0,72 0,624 15,61
Tidak
Efisien
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Dari Analisis Data Curah Hujan didapat curah hujan maksimum rata  rata terjadi di bulan Oktober sebesar
322 mm dan minimum terjadi di bulan Februari sebesar 129 mm.
2. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat nilai NFR ( Net Farm Ratio)
yang terkecil (optimum) yaitu sebesar 2,68 mm/hari, dimana alternatif yang digunakan adalah alternatif ke-18
dengan awal Land Preparation pada periode September II.
3. Debit rencana di Pintu Pengambilan sebesar 0,624 m3
/dt memenuhi nilai DR pada pola tanam optimum yaitu
sebesar 0,171 m3
/dt.
4. Dari tabel perhitungan efisiensi didapat nilai efisiensi pada pola tanam opimum sebesar 72,57%.
5. Nilai debit andalan maksimum didapat pada bulan Januari sebesar 102,58 m3
/dt dan debit minimum andalan
pada bulan Juni sebesar 47,31 m3
/dt. Nilai debit dengan probabilitas terpenuhi 80% dalam 10 tahun adalah
45,04 m3
/dt.
6. Nilai debit andalan dari hasil perhitungan adalah debit andalan keseluruhan Sungai Ular.
Saran
1. Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan 10 tahun terakhir idealnya periode tanam untuk irigasi dilakukan
pada pertengahan September.
2. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum maka sebaiknya memakai pola tata tanam Padi  Padi 
Kedelai alternatif 18.
DAFTAR PUSTAKA
Dept. Pekerjaan Umum. 1989. Metode Perhitungan Debit Banjir SK SNI M-18-1989-F. Bandung: Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Dep. PU, Dit. Jen. Sumber Daya Air, Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara, 2006. Design Report of
Modification Design Work for Rehabilitation for Ular River Flood Control and Improvement of Irrigation
Project Volume-I: Main Report. Medan.
Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi (KP-01). Bandung: CV. Galang Persada.
Hariatama, Adean. 2012. Analisa Optimalisasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Namu Rambe Kabupaten Deli
Serdang. Medan: USU.
Pasandaran, Effendi. 1991. Irigasi di Indonesia (Berstrategi dan Pengembangan editor Effendi Pasandaran).
Jakarta: LP3ES.
Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suryadi, Abdi. 2011. Studi Pengembangan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi bandar Sidoras. Medan: USU.
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi

More Related Content

Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi

  • 1. ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG Dina Novitasari Alhinduan1 , Ivan Indrawan2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan Email: dalhinduan@gmail.com 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan ABSTRAK Irigasi merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Daerah irigasi adalah suatu wilayah daratan yang kebutuhan airnya dipenuhi oleh sistem irigasi. Daerah Irigasi Timbang Deli dengan luas 520 ha dengan debit rencana 0,624 m3 /s kebutuhan air irigasinya sebelumnya dipenuhi bangunan free intake dan sekarang dipenuhi oleh bangunan Bendung Sungai Ular. Untuk merencanakan pola tanam yang optimum memerlukan data hidrologi, klimatologi, topografi yang kemudian akan dianalisa untuk mendapatkan curah hujan efektif, evapotranspirasi, dan kebutuhan air irigasi. Dalam menentukan curah hujan regional digunakan metode rata-rata aljabar dengan data curah hujan 10 tahun dari tiga stasiun penakar hujan untuk mendapatkan nilai curah hujan efektif pada lokasi penelitian. Perhitungan Evapotranspirasi dilakukan dengan Metode Penman. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan didapat curah hujan maksimum rata rata terjadi di bulan Oktober sebesar 322 mm dan terendah terjadi di bulan Februari sebesar 129 mm. Dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat pola tanam optimum pada alternatif ke -18 dengan nilai NFR 2,68 mm/hari dan DR 0,33 lt/dt/ha dengan tingkat efisiensi 72,57%. Kata kunci : Pola Tanam, Efisiensi Pemakaian Air ABSTRACT Irrigation is a very important component to improve agricultural production in the context of national food security and welfare of the community. Irrigation area is an area of land where water demand met by the irrigation system. Deli area with extensive irrigation Weigh 520 ha with the discharge 0.624 m3 / s before irrigation water needs met free intake building and the building is now filled by a Ular River dam. To plan the optimum cropping pattern requires data hydrology, climatology, topography which will then be analyzed to obtain effective precipitation, evapotranspiration, and irrigation water requirements. In determining the use of regional rainfall average algebraic method with 10 years of rainfall data from rain graduated three stations to get the value of effective rainfall at the study site. Calculation Method of Evapotranspiration done Penmann. Based on the analysis of rainfall data obtained maximum rainfall average occurs in October amounted to 322 mm and the lowest occurred in February by 129 mm. By using 24 alternative cropping patterns obtained optimum cropping pattern at the alternatives 18th with NFR value 2.68 mm / day and DR 0.33 lt / dt / ha with 72.57% efficiency rate. Keywords: Planting Pattern, Water Use Efficiency
  • 2. 1. Pendahuluan Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi. Daerah Irigasi Timbang Deli (D.I. Timbang Deli) dilihat dari letak geografis, maka D.I Timbang Deli terletak pada posisi 3尊30 3尊31 LU dan 98尊5598尊56 BT, dengan luas 520 ha dengan debit rencana 0,624 3 /s (Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara, 2006). Kebutuhan air irigasi pada D.I. Timbang Deli sebelumya dipenuhi oleh bangunan free intake yang terletak pada sisi kiri badan sungai. Sekarang kebutuhan air irigasi dipenuhi oleh adanya bangunan Bendung Sungai Ular yang berada pada sisi kiri Bendung yang memotong melalui bawah tanah dari sisi kanan ke sisi kiri badan Sungai Ular. Perumusan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam daerah irigasi Timbang Deli adalah : Berapakah kebutuhan air irigasi untuk pola tanam optimum ? Berapakah kebutuhan air irigasi yang berasal dari curah hujan dan dari pintu pengambilan ? Apakah pintu pengambilan mampu dalam memenuhi kebutuhan air irigasi dengan pola tanam yang ada ? Apakah dengan adanya bangunan bendung yang baru kebutuhan air irigasi terpenuhi sepanjang tahun ? Apakah penggunaan air pada pola tanam optimum sudah efisien ? Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ditulis di atas maka permasalahan dibatasi mencakup hal-hal sebagai berikut : Penulisan tugas akhir dilakukan pada awal tahun 2013, dengan menggunakan data curah hujan dan klimatologi tahun 2002 sampai tahun 2011. Hanya menghitung irigasi daerah Timbang Deli dengan luas layanan seluas 520 ha. Menghitung curah hujan efektif dengan metode aljabar rata-rata. Mencari pola tanam yang optimum. Menghitung kebutuhan air irigasi terhadap pola tanam. Menganalisa efisiensi sesudah adanya bendung baru dari pola tanam optimum. Menghitung debit andalan dengan metode F.J.Mock. Tujuan Penulisan tugas akhir analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam daerah irigasi Timbang Deli ini bertujuan untuk : Menganalisa kebutuhan air untuk irigasi dengan debit yang dapat disediakan oleh bangunan Bendung Sungai Ular. Untuk mengetahui kebutuhan air optimum dan menentukan pola tanam terbaik untuk daerah irigasi tersebut. Dapat mengetahui kehandalan pintu pengambilan dalam memenuhi kebutuhan air irigasi dengan pola tanam yang ada. Mendapatkan pola tanam optimum untuk menentukan pemakaian air yang lebih efisien.
  • 3. 2. Tinjauan Pustaka Curah Hujan Efektif Tidak semua curah hujan yang jatuh diatas tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya, ada sebagian yang menguap dan mengalir sebagai limpasan permukaan. Air hujan yang jatuh diatas permukaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Curah hujan nyata, yaitu sejumlah air yang jatuh pada periode tertentu Curah hujan efektif, yaitu jumlah air hujan yang jatuh pada suatu daerah atau petak sawah semasa pertumbuhan tanaman dan dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun curah hujan efektif untuk tanaman palawija menurut KP-01 dipengaruhi oleh besarnya tingkat evapotranspirasi dan curah hujan daerah. Besaran curah hujan efektif harian dihitung dengan analisis pendekatan rumus (KP-01, 1986) sebagai berikut: Untuk padi, Re = 70% x R80 Untuk palawija, Re = 70% x R50 Efisiensi Irigasi Hampir seluruh air irigasi berasal dari pembagian dari saluran-saluran dari reservoir. Kehilangan air terjadi ketika air berlebih. Efisiensi irigasi dapat dicari dengan menggunakan rumus: CE = Wr Wf x 100 % dimana : Ec : efisiensi irigasi Wf : jumlah air yang terdapat di areal persawahan Wr : jumlah air yang tersedia yang berasal dari pintu pengambilan Kebutuhan Air di Sawah Kebutuhan air bersih disawah (NFR) dipengaruhi oleh faktor-faktor NFR seperti penyiapan lahan, pemakaian konsumtif, penggenangan, efisiensi irigasi, perkolasi dan infiltrasi, dengan memperhitungkan curah hujan efektif (Re). Bedanya kebutuhan pengambilan air irigasi (DR) juga ditentukan dengan memperhitungkan faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (e). Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan rumus sebagai berikut: NFR = Etc + P + WLR Re (1) DR = (NFR x A)/e (2) dimana: NFR = kebutuhan air irigasi disawah (mm/hari) atau (lt/det/ha) DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/det/ha) Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari) P = perkolasi (mm/hari) WLR = penggantian lapisan air (mm/hari) Re = curah hujan efektif A = luas areal irigasi rencana (ha) e = efisiensi irigasi Kebutuhan Penyiapan Lahan Metode yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan salah satunya adalah metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (KP-01,1968). Metode ini didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut : LP = M. ek / ( ek 1 ) (3)
  • 4. dimana : LP = Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah (mm/hari) M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah di jenuhkan (= Eo + P) Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari) (= Eto x 1,10) P = Perkolasi (mm/hari) T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari) S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm k = MT / S e = bilangan Napier (2,7183) Kebutuhan Air untuk Komsimtif Tanaman Untuk menghitung kebutuhan air untuk konsumtif tanaman digunakan persamaan empiris sebagai berikut : Etc = Kc x Eto (4) dimana : Kc : Koefisien tanaman Eto : Evapotranspirasi potensial (mm/hari) Etc : Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Perkolasi Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan genangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari (KP 01, 1986). Di daerah dengan kemiringan diatas 5 %, paling tidak akan ter terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan. Pergantian Lapisan Air 1. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. 2. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm ( atau 3,3 mm/hari selama 遜 bulan ) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. Pola Tanam Pada umumnya, pola tanam di suatu daerah irigasi harus di atur sedemikian rupa agar waktu panen dan menanam menjadi teratur. Pola tanam ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun. Terbatasnya persediaan air adalah alasan yang mempengaruhi penyusunan pola tanam dalam satu tahun (Suryadi, 2011).
  • 5. 3. Hasil Dan Pembahasan Setelah proses panelitian, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Curah Hujan Regional DAS Sungai Ular Curah hujan efektif didefenisikan sebagai bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air bagi tanaman. Besaran curah hujan efektif diprediksikan sebesar 70% dari curah hujan tengah bulanan dengan probabilitas 80%. Tabel 2. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi yang bersangkutan untuk menjamin suatu tingkat produksi yang diharapkan. Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des 2002 212 80 120 171 179 134 192 109 440 255 192 91 2003 152 163 145 182 189 165 230 189 255 264 235 181 2004 134 303 234 243 178 133 205 190 343 377 227 208 2005 132 84 89 212 235 214 220 201 234 515 238 212 2006 124 164 111 267 266 149 99 137 223 264 150 278 2007 180 100 139 178 328 185 186 298 434 330 336 183 2008 164 109 229 222 217 116 282 235 298 318 379 174 2009 206 132 400 232 264 145 144 271 285 390 227 224 2010 284 47 197 128 137 176 209 248 159 159 377 206 2011 170 108 367 144 214 167 85 253 211 347 241 246 Rata-rata 176 129 203 198 221 158 185 213 288 322 260 200 No. Bulan Curah Hujan Curah Hujan No. Bulan Curah Hujan Curah Hujan Efektif padi Efektif palawija Efektif padi Efektif palawija 1 Januari 6,25 7,93 7 Juli 6,72 9,57 2 Februari 3,92 5,09 8 Agustus 8,82 10,97 3 Maret 5,60 9,19 9 September 10,41 13,30 4 April 7,98 9,89 10 Oktober 12,32 15,40 5 Mei 8,35 10,13 11 November 10,59 11,11 6 Juni 6,25 7,70 12 Desember 8,45 9,71
  • 6. Tabel 3. Rekapitulasi Evapotranspirasi No. Bulan Evapotranspirasi No. Bulan Evapotranspirasi (mm/hari) mm/bulan (mm/hari) mm/bulan 1 Jan 74,29 4,64 7 Juli 60,16 3,76 2 Feb 69,98 4,67 8 Agust 72,50 4,53 3 Mar 66,02 4,13 9 Sept 72,31 4,82 4 Apr 59,50 3,97 10 Okt 76,83 4,80 5 Mei 67,64 4,23 11 Nov 60,26 4,02 6 Juni 52,03 3,47 12 Des 63,79 3,99 Tabel 4. Rekapitulasi hasil Analisa Kebutuhan Air Karena nilai NFR padi I dan padi II alternatif 18 terkecil maka, pola tanam optimum didapatkan jika pola tanam dimulai mengikuti alternatif 18 yaitu pola tanam dengan kebutuhan air irigasi terkecil. Dari hasil analisa kebutuhan air irigasi yang dilakukan, maka didapatkan perencanaan pola tanam dengan kebutuhan air irigasi yang paling rendah yaitu dimulai dari September II. Berikut ini disajikan analisa kebutuhan air September II. Berdasarkan tabel analisa kebutuhan air diatas, maka didapat perencanaan Pola Tanam seperti berikut : Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 3. Skema Pola Tanam Bulan Analisa kebutuhan Air NFR (mm/hari) Bulan Analisa kebutuhan Air NFR (mm/hari) jan I Alt - 1 10,15 Juli I Alt- 13 5,56 II Alt - 2 10,15 II Alt- 14 5,56 Feb I Alt - 3 9,05 Ags I Alt- 15 4,04 II Alt - 4 7,95 II Alt- 16 4,04 Mar I Alt - 5 6,95 Sep I Alt- 17 2,68 II Alt - 6 6,95 II Alt- 18 2,68 Apr I Alt - 7 5,38 Okt I Alt- 19 2,98 II Alt - 8 5,38 II Alt- 20 2,98 Mei I Alt - 9 6,91 Nop I Alt- 21 5,1 II Alt - 10 6,91 II Alt- 22 5,1 Juni I Alt - 11 6,66 Des I Alt- 23 7,79 II Alt - 12 6,66 II Alt- 24 7,79 LPLP Padi Padi Kedelai
  • 7. Tabel 5. Efisiensi Irigasi ALT DR Debit Rencana Nilai Ket ALT DR Debit Rencana Nilai Ket (m3/dt) Konsultan (m3/dt) Efisiensi (%) (m3/dt) Konsultan (m3/dt) Efisiensi (%) 1 0,94 0,624 50,58 Efisien 13 0,51 0,624 17,54 Tidak Efisien 2 0,94 0,624 50,58 Efisien 14 0,51 0,624 17,54 Tidak Efisien 3 0,84 0,624 34,26 Tidak Efisien 15 0,62 0,624 0,71 Tidak Efisien 4 0,74 0,624 17,94 Tidak Efisien 16 0,62 0,624 0,71 Tidak Efisien 5 0,64 0,624 3,20 Tidak Efisien 17 0,25 0,624 60,27 Efisien 6 0,64 0,624 3,20 Tidak Efisien 18 0,17 0,624 72,57 Efisien 7 0,50 0,624 20,21 Tidak Efisien 19 0,28 0,624 55,80 Efisien 8 0,25 0,624 60,27 Efisien 20 0,28 0,624 55,80 Efisien 9 0,25 0,624 60,27 Efisien 21 0,47 0,624 24,28 Tidak Efisien 10 0,28 0,624 55,80 Efisien 22 0,47 0,624 24,28 Tidak Efisien 11 0,62 0,624 1,22 Tidak Efisien 23 0,72 0,624 15,61 Tidak Efisien 12 0,47 0,624 24,28 Tidak Efisien 24 0,72 0,624 15,61 Tidak Efisien 4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Dari Analisis Data Curah Hujan didapat curah hujan maksimum rata rata terjadi di bulan Oktober sebesar 322 mm dan minimum terjadi di bulan Februari sebesar 129 mm. 2. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat nilai NFR ( Net Farm Ratio) yang terkecil (optimum) yaitu sebesar 2,68 mm/hari, dimana alternatif yang digunakan adalah alternatif ke-18 dengan awal Land Preparation pada periode September II. 3. Debit rencana di Pintu Pengambilan sebesar 0,624 m3 /dt memenuhi nilai DR pada pola tanam optimum yaitu sebesar 0,171 m3 /dt. 4. Dari tabel perhitungan efisiensi didapat nilai efisiensi pada pola tanam opimum sebesar 72,57%. 5. Nilai debit andalan maksimum didapat pada bulan Januari sebesar 102,58 m3 /dt dan debit minimum andalan pada bulan Juni sebesar 47,31 m3 /dt. Nilai debit dengan probabilitas terpenuhi 80% dalam 10 tahun adalah 45,04 m3 /dt. 6. Nilai debit andalan dari hasil perhitungan adalah debit andalan keseluruhan Sungai Ular.
  • 8. Saran 1. Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan 10 tahun terakhir idealnya periode tanam untuk irigasi dilakukan pada pertengahan September. 2. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum maka sebaiknya memakai pola tata tanam Padi Padi Kedelai alternatif 18. DAFTAR PUSTAKA Dept. Pekerjaan Umum. 1989. Metode Perhitungan Debit Banjir SK SNI M-18-1989-F. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Dep. PU, Dit. Jen. Sumber Daya Air, Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara, 2006. Design Report of Modification Design Work for Rehabilitation for Ular River Flood Control and Improvement of Irrigation Project Volume-I: Main Report. Medan. Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP-01). Bandung: CV. Galang Persada. Hariatama, Adean. 2012. Analisa Optimalisasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Namu Rambe Kabupaten Deli Serdang. Medan: USU. Pasandaran, Effendi. 1991. Irigasi di Indonesia (Berstrategi dan Pengembangan editor Effendi Pasandaran). Jakarta: LP3ES. Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Suryadi, Abdi. 2011. Studi Pengembangan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi bandar Sidoras. Medan: USU.