際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
1
ANALISIS UNSUR STILISTIKA SASTRA DALAM PUISI
SEBUTIR DEBU KARYA KAHLIL GIBRAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika yang diampu
oleh Cicilia O. Sihotang, M.Pd.
Oleh
YUSTINA LAHAGU
NPM 130920036
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
MEDAN
2014
2
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Penulis juga berterima kasih kepada ibu Cicilia O. Sihotang sebagai
dosen pengampu mata kuliah Stilistika.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika. Adapun
judul makalah ini adalah Analisis Unsur Stilistika Sastra Dalam Puisi Sebutir
Debu Karya Agnes Kahlil Gibran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Terima kasih.
Medan, 10 November 2014
Penulis,
3
DAFTAR ISI
PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ........................................................................ 1
1.1. Latar belakang ........................................................... 1
1.2. Perumusan masalah ................................................... 1
1.3. Tujuan penulisan ........................................................ 1
1.4. Manfaat penulisan ...................................................... 2
BAB II Pembahasan ......................................................................... 3
2.1. Pengertian Stil............................................................. 3
2.2. Aspek Gramatikal ....................................................... 3
2.2.1. Referensi ...................................................... 3
2.2.2. Substitusi ..................................................... 4
2.2.3. Elipsis .......................................................... 5
2.2.4. Paralelisme ................................................... 5
2.2.5. Konjungsi ..................................................... 5
2.3. Aspek Leksikal .......................................................... 6
2.3.1. Repetisi ........................................................ 6
2.3.2. Sinonim ........................................................ 7
2.3.3. Antonim ....................................................... 7
2.3.4. Kolokasi ....................................................... 7
2.3.5. Hipomini ...................................................... 7
2.3.6. Ekuivalensi .................................................. 7
BAB III Hasil analisis ...................................................................... 8
3.1. Aspek Gramatikal ....................................................... 8
3.2 Aspek Leksikal .......................................................... 9
3.3. Aspek Retorika .......................................................... 9
BAB IV Penutup ...................................................................... 11
4.1. Simpulan .................................................................... 11
4.2. Saran ........................................................................... 11
4
Daftar Pustaka ........................................................................................ 12
Lampiran ................................................................................................ 13
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra yang merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya
sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Stilistika merupakan ilmu gaya
bahasa yang bisa digunakan untuk mengkaji sebuah karya sastra agar bisa lebih
memahami makna yang sesungguhnya yang terdapat dalam sebuah puisi secara
mendetail.
Jadi, stilistika adalah ilmu gaya bahasa yang digunakan untuk mengkaji
suatu makna, secara manyeluruh kajian stilistika berperan untuk membantu
menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah
karya sastra.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Stil dalam Stilistika!
2. Bagaimana aspek gramatikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil
Gibran?
3. Bagaimana aspek leksikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil
Gibran?
4. Bagaimana aspek retorika dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil
Girbran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian Stil dalam Stilistika.
2. Untuk mendeskripsikan aspek gramatikal dalam puisi Sebutir Debu
Karya Kahlil Gibran.
3. Untuk mendeskripsikan aspek leksikal dalam puisi Sebutir Debu Karya
Kahlil Gibran.
4. Untuk mendeskripsikan aspek retorika dalam puisi Sebutir Debu Karya
Kahlil Girbran.
1
6
1.4 Manfaat Penulisan
1. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra, khususnya dalam
perkuliahan stilistika.
2. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi oleh mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
3. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara puisi
yang berbeda pengarangnya.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stil
Kata style diturunkan dari kata stilus, yang semacam alat menulis pada
lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas
tidaknya tulisan pada lempengan tersebut. Kelak pada waktu penekanan
dititikberatkan pada keahlian menulis Indus, maka stil (style) lalu berubah
menjadi kemampuan atau keahlian menulis atau mempergunakan kata-kata secara
indah (Keraf, 1987:112).
Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus
dan mengandung arti leksikan alat untuk menulis. Dalam karya sastra istilah
gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasan
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta
menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan
emosi pembaca. (Purba, 2005:17).
Stil artinya gaya. Stil mempunyai enam pengertian, yaitu
1. Bungkus yang membungkus inti penekanan sebelumnya,
2. Pilihan diantara berbagai perjalanan yang mungkin,
3. Sekumpulan karangan,
4. Penyimpangan norma atau kaidah,
5. Sekumpulan isi pribadi,
6. Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih
luas dari kalimat.
2.2 Aspek Gramatikal
2.2.1 Referensi
Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan
acuannya. Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis
sedangkan unsure-unsur yang diacunya disebut anteseden. Referensi dapat
3
8
bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke anteseden yang ada
diluar wacana, dan bersifat endoforis (tekstual) apabila yang diacunya
terdapat di dalam wacana. Referensi endoforis yang berposisi sesudah
antesedennya disebut referensi anaforis, sedangkan yang berposisi sebelum
antesedennya disebut referensi kataforis.
Referensi dapat dinyatakan dengan pronomina, yaitu kata-kata yang
berfungsi untuk menggantikan nomina atau apa-apa yang dinominakan.
Pronomina dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan atau dipilah
sebagai berikut:
2.2.1.1 Pronomina persona:
1. Persona pertama (penyapa): saya, aku, kita, kami;
2. Persona kedua (pesapa): engkau, kamu, kau, anda,
kalian;
3. Persona ketiga (yang dibicarakan): ia, dia, mereka.
2.2.1.2 Pronomina posesif: -nya dan pronomina persona yang
ditempatkan di belakang nomina.
2.2.1.3 Pronomina demonstrative:
1. Penunjuk endoforis: ini, itu, begitu, begini, segini,
segitu;
2. Penunjuk eksoforis: sini, situ, sana.
2.2.1.4 Pronomina interogatif: siapa, apa, mana, kapan,
bagaimana, mengapa, berapa.
2.2.1.5 Pronomina taktakrif: apa-apa, siapa-siapa, semua, setiap.
2.2.2 Substitusi
Substitusi mengacu ke penggantian kata-kata dengan kata lain.
Substitusi mirip dengan referensi. Perbedaannya, referensi merupakan
hubungan makna sedangkan substitusi merupakan hubungan leksikal atau
gramatikal. Selain itu, substitusi dapat berupa proverba, yaitu kata-kata
yang digunakan untuk menunjukkan tindakan, keadaan, hal, atau isi bagian
9
wacana yang sudah disebutkan sebelum dan sesudahnya juga dapat berupa
substitusi klausal.
2.2.3 Elipsis
Elipsis merupakan proses penghilangan satu bagian dari unsur
kalimat. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (unsur yang
sebelumnya ada tetapi sengaja dihilangkan / disembunyikan), tujuannya
untuk mendapatkan kepraktisan bahasa, yaitu agar efektivitas dan efesiensi
bahasa. Elipsis biasanya dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur
wacana yang telah disebutkan sebelumnya.
2.2.4 Paralelisme
Paralelisme merupakan pemakaian unsur-unsur gramatikal yang
sederajat. Hubungan antara unsur-unsur itu diurutkan langsung tanpa
konjungsi. ( Sudaryat 2011:155).
2.2.5 Konjungsi
Konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk menghubungkan
unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar.
Sebagai alat kohesi, berdasarkan perilaku sintaksisnya konjungsi dapat
dibedakan sebagai berikut:
2.2.5.1 Konjungsi koordinatif yang menghubungkan unsur-unsur
sintaksis yang sederajat seperti dan, atau, tetapi.
2.2.5.2 Konjungsi subordinatif yang menghubungkan 2 klausa atau
lebih dan kedua klausa itu tidak memiliki status sintaksis
yang sama.
2.2.5.3 K. Subordinatif waktu seperti ketika, sebelum, setelah, sejak,
sementara.
2.2.5.4 K. Subordinatif syarat seperti jika, bila.
2.2.5.5 K. Subordinatif penyebab seperti karena.
2.2.5.6 K. Subordinatif pengakibatan seperti sehingga, ketika, maka.
2.2.5.7 K. Subordinatif tujuan seperti agar.
2.2.5.8 K. Subordinatif cara seperti dengan.
2.2.5.9 K. Subordinatif konsesif seperti meskipun, meski.
10
2.2.5.10 K. Subordinatif penjelas atau hubungan terhadap kalimat
majemuk yang klausanya mengandung penjelasan yang
dinyatakan dalam klausa utama seperti bahwa.
2.2.5.11 K. Subordinatif pengandalan seperti kalaupun
2.2.5.12 K. Subordinatif antarkalimat yang menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat lain dalam sebuah wacana seperti
tetapi.
2.3 Aspek Leksikal
2.3.1 Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
2.3.1.1 Repetisi epizeuksis merupakan pengulangan kata / frase
yang dipentingkan beberapa kali secara berturu-turut.
2.3.1.2 Repetisi tautotes merupakan pengulangan kata / frase
beberapa kali dalam sebuah konstruksi.
2.3.1.3 Repetisi anafora merupakan pengulangan kata / frase
pertama pada kalimat berikutnya.
2.3.1.4 Repetisi episfora merupakan pengulangan kata / frase pada
akhir kalimat secara berturut-turut.
2.3.1.5 Repetisi simploke merupakan pengulangan kata / frase pada
awal dan akhir beberapa kalimat secara berturut-turut.
2.3.1.6 Repetisi mesodiplosis merupakan pengulangan kata / frase
ditengah-tengah kalimat secara berturut-turut.
2.3.1.7 Repetisi epanalepsis merupakan pengulangan kata / frase
pada awal kalimat yang diulang pada akhir kalimat yang
bersangkutan
2.3.1.8 Repetisi anadiplosis merupakan pengulangan kata / frase
terakhir dari kalimat menjadi kata / frase pertama pada
pertama berikutnya.
11
2.3.2 Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno,
yaitu onoma yang berarti nama, dan syn yang berarti dengan. Maka
secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda / hal yang
sama.
2.3.2 Antonim
Menurut Verhaar (dalam Chaer 1990:91) antonim merupakan
ungkapan (biasanya berupa kata-kata, tetapi dapat pula berbentuk frase /
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Antonim adalah kata-kata yang mempunyai arti berlawanan (Sudaryat
2011:162).
2.3.3 Kolokasi
Kolokasi adalah kata / frasa tertentu yang berkaitan dengan kata /
frase lain yang berada dalam satu lingkungan / tempat. Kolokasi adalah
asosiasi hubungan yang tetap antara kata dengan kata yang lain
berdampingan (Kridalaksana 2008:127). Kolokasi atau sanding kata
adalah pemakaian kata-kata yang berada di lingkungan yang sama.
2.3.4 Hipomini
Hipomini merupakan hubungan dalam semantic antara makna
spesifik dan makna generic.
2.3.5 Ekuivalensi
Ekuivalensi adalah penggunaan kata-kata yang memiliki kemiripan
makna atau maknanya berdekatan (Sudaryat, 2011:162). Ekuivalensi
merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual (kata, frase,
kalimat) tertentu dengan satuan lingual lain dalam sebuah wacana /
karangan (Tugiati, 2004:53). Ekuivalensi adalah kata yang mempunyai
kata asal yang sama.
12
BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Aspek Gramatikal
3.1.1 Aspek Gramatikal
3.1.1.1 Referensi
3.1.1.1.1 Referensi persona
 Dia berlari di tengah gurun gulita
Mentari, ia pun terlelap
Biarkan saja dia sendiri
3.1.1.1.2 Referensi posesif
Selimut kecil-nya tersapu angkasa
Rajut penghangat-nya tercerai tanpa janji
.......... detak jantung nafas-nya
...... dan keterpurukan-nya
.... tak cukup untuk menghangatkan-nya
biarkan sang raja malam mengurung-nya
Memenjarakan-nya dalam gelap
3.1.1.2 Substitusi
 Selimut kecilnya tersapu angkasa,
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
3.1.1.3 Paralelisme
 meringkuk kedingingan... mengitari bumi tanpa rona
walau hanya sekedar sapa.. hanya sekedar tanya
biarkan sang raja malam mengurungnya
memenjarakannya dalam gelap
menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
3.1.1.4 Konjungsi
3.1.1.4.1 Konjungsi koordinatif
13
 di setiap penat letih dan keterpurukannya
3.2 Aspek Leksikal
3.2.1 Repetisi
 biarkan....
biarkan saja dia sendiri
 bairkan saja dia sendiri
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
3.2.2 Sinonim
 mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
 walau hanya sekedar sapa
Hanya sebatas tanya
mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakannya dalam gelap
biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakannya dalam gelap
3.3 Aspek retorika
3.3.1 Pemajasan
3.3.1.1 Majas perumpamaan atau asosiasi
Sebutir debu
3.3.1.2 Majas personifikasi
Mengitari bumi ranpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Dia berlari ditengah gurun gulita
Mengais-ais oleh kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkannya
8
14
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap
3.3.1.3 Majas Alegori
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Biarin saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan saja raja malam mengurungnya
Memenjarakannya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
3.3.2 Pencitraan
3.3.2.1 Citraan gerak
meringkuk kedinginan....
Mengitari bumi tanpa rona
 masih mendekam dalam setiap dekat jantung nafasnya
dia berlari di tengah gurun gulita
3.3.2.2 Citraan penglihatan
 mengitari bumi tanpa rona
 dia berlari ditengah gurun gulita
memenjarakannya dalam gelap
3.3.2.3 Citraan rabaan
menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Karya sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan
dan masyarakat pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan,
kisahan, dan amanat yang dikomunikasikan kepada pembaca. Untuk menangkap
ini, pembaca harus mampu mengapresiasikannya.
Berdasarkan analisis dari puisi diatas dapat disimpulkan bahwa puisi karya
Kahlil Gibran secara umum gaya bahasa yang digunakan personifikasi dan
alegori.
4.2 Saran
Menulis karya sastra adalah suatu hal yang menyenangkan dan menjadi
motivasi untuk menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar
berkarya sastra. Menulis bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Tingkatkanlah
prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
11
16
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Purba, Antilan. 2005. Stilistika: Kaji Bahasa Karya Sastra. Medan: UNIMED.
Sudaryat, Yayat. 2011. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.
12
17
Lampiran
SEBUTIR DEBU
Oleh Kahlil Gibran
Adalah sebutir debu
Meringkuk kedinginan Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oleh kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
13

More Related Content

Analisis Puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran

  • 1. 1 ANALISIS UNSUR STILISTIKA SASTRA DALAM PUISI SEBUTIR DEBU KARYA KAHLIL GIBRAN MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika yang diampu oleh Cicilia O. Sihotang, M.Pd. Oleh YUSTINA LAHAGU NPM 130920036 PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN 2014
  • 2. 2 PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis juga berterima kasih kepada ibu Cicilia O. Sihotang sebagai dosen pengampu mata kuliah Stilistika. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika. Adapun judul makalah ini adalah Analisis Unsur Stilistika Sastra Dalam Puisi Sebutir Debu Karya Agnes Kahlil Gibran. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Terima kasih. Medan, 10 November 2014 Penulis,
  • 3. 3 DAFTAR ISI PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI .......................................................................................... ii BAB I Pendahuluan ........................................................................ 1 1.1. Latar belakang ........................................................... 1 1.2. Perumusan masalah ................................................... 1 1.3. Tujuan penulisan ........................................................ 1 1.4. Manfaat penulisan ...................................................... 2 BAB II Pembahasan ......................................................................... 3 2.1. Pengertian Stil............................................................. 3 2.2. Aspek Gramatikal ....................................................... 3 2.2.1. Referensi ...................................................... 3 2.2.2. Substitusi ..................................................... 4 2.2.3. Elipsis .......................................................... 5 2.2.4. Paralelisme ................................................... 5 2.2.5. Konjungsi ..................................................... 5 2.3. Aspek Leksikal .......................................................... 6 2.3.1. Repetisi ........................................................ 6 2.3.2. Sinonim ........................................................ 7 2.3.3. Antonim ....................................................... 7 2.3.4. Kolokasi ....................................................... 7 2.3.5. Hipomini ...................................................... 7 2.3.6. Ekuivalensi .................................................. 7 BAB III Hasil analisis ...................................................................... 8 3.1. Aspek Gramatikal ....................................................... 8 3.2 Aspek Leksikal .......................................................... 9 3.3. Aspek Retorika .......................................................... 9 BAB IV Penutup ...................................................................... 11 4.1. Simpulan .................................................................... 11 4.2. Saran ........................................................................... 11
  • 4. 4 Daftar Pustaka ........................................................................................ 12 Lampiran ................................................................................................ 13
  • 5. 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Stilistika merupakan ilmu gaya bahasa yang bisa digunakan untuk mengkaji sebuah karya sastra agar bisa lebih memahami makna yang sesungguhnya yang terdapat dalam sebuah puisi secara mendetail. Jadi, stilistika adalah ilmu gaya bahasa yang digunakan untuk mengkaji suatu makna, secara manyeluruh kajian stilistika berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. 1.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian Stil dalam Stilistika! 2. Bagaimana aspek gramatikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran? 3. Bagaimana aspek leksikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran? 4. Bagaimana aspek retorika dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Girbran? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mendeskripsikan pengertian Stil dalam Stilistika. 2. Untuk mendeskripsikan aspek gramatikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran. 3. Untuk mendeskripsikan aspek leksikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran. 4. Untuk mendeskripsikan aspek retorika dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Girbran. 1
  • 6. 6 1.4 Manfaat Penulisan 1. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra, khususnya dalam perkuliahan stilistika. 2. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia. 3. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara puisi yang berbeda pengarangnya.
  • 7. 7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Stil Kata style diturunkan dari kata stilus, yang semacam alat menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tersebut. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian menulis Indus, maka stil (style) lalu berubah menjadi kemampuan atau keahlian menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 1987:112). Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikan alat untuk menulis. Dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasan dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. (Purba, 2005:17). Stil artinya gaya. Stil mempunyai enam pengertian, yaitu 1. Bungkus yang membungkus inti penekanan sebelumnya, 2. Pilihan diantara berbagai perjalanan yang mungkin, 3. Sekumpulan karangan, 4. Penyimpangan norma atau kaidah, 5. Sekumpulan isi pribadi, 6. Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas dari kalimat. 2.2 Aspek Gramatikal 2.2.1 Referensi Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan acuannya. Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis sedangkan unsure-unsur yang diacunya disebut anteseden. Referensi dapat 3
  • 8. 8 bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke anteseden yang ada diluar wacana, dan bersifat endoforis (tekstual) apabila yang diacunya terdapat di dalam wacana. Referensi endoforis yang berposisi sesudah antesedennya disebut referensi anaforis, sedangkan yang berposisi sebelum antesedennya disebut referensi kataforis. Referensi dapat dinyatakan dengan pronomina, yaitu kata-kata yang berfungsi untuk menggantikan nomina atau apa-apa yang dinominakan. Pronomina dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan atau dipilah sebagai berikut: 2.2.1.1 Pronomina persona: 1. Persona pertama (penyapa): saya, aku, kita, kami; 2. Persona kedua (pesapa): engkau, kamu, kau, anda, kalian; 3. Persona ketiga (yang dibicarakan): ia, dia, mereka. 2.2.1.2 Pronomina posesif: -nya dan pronomina persona yang ditempatkan di belakang nomina. 2.2.1.3 Pronomina demonstrative: 1. Penunjuk endoforis: ini, itu, begitu, begini, segini, segitu; 2. Penunjuk eksoforis: sini, situ, sana. 2.2.1.4 Pronomina interogatif: siapa, apa, mana, kapan, bagaimana, mengapa, berapa. 2.2.1.5 Pronomina taktakrif: apa-apa, siapa-siapa, semua, setiap. 2.2.2 Substitusi Substitusi mengacu ke penggantian kata-kata dengan kata lain. Substitusi mirip dengan referensi. Perbedaannya, referensi merupakan hubungan makna sedangkan substitusi merupakan hubungan leksikal atau gramatikal. Selain itu, substitusi dapat berupa proverba, yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan tindakan, keadaan, hal, atau isi bagian
  • 9. 9 wacana yang sudah disebutkan sebelum dan sesudahnya juga dapat berupa substitusi klausal. 2.2.3 Elipsis Elipsis merupakan proses penghilangan satu bagian dari unsur kalimat. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (unsur yang sebelumnya ada tetapi sengaja dihilangkan / disembunyikan), tujuannya untuk mendapatkan kepraktisan bahasa, yaitu agar efektivitas dan efesiensi bahasa. Elipsis biasanya dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur wacana yang telah disebutkan sebelumnya. 2.2.4 Paralelisme Paralelisme merupakan pemakaian unsur-unsur gramatikal yang sederajat. Hubungan antara unsur-unsur itu diurutkan langsung tanpa konjungsi. ( Sudaryat 2011:155). 2.2.5 Konjungsi Konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar. Sebagai alat kohesi, berdasarkan perilaku sintaksisnya konjungsi dapat dibedakan sebagai berikut: 2.2.5.1 Konjungsi koordinatif yang menghubungkan unsur-unsur sintaksis yang sederajat seperti dan, atau, tetapi. 2.2.5.2 Konjungsi subordinatif yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan kedua klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. 2.2.5.3 K. Subordinatif waktu seperti ketika, sebelum, setelah, sejak, sementara. 2.2.5.4 K. Subordinatif syarat seperti jika, bila. 2.2.5.5 K. Subordinatif penyebab seperti karena. 2.2.5.6 K. Subordinatif pengakibatan seperti sehingga, ketika, maka. 2.2.5.7 K. Subordinatif tujuan seperti agar. 2.2.5.8 K. Subordinatif cara seperti dengan. 2.2.5.9 K. Subordinatif konsesif seperti meskipun, meski.
  • 10. 10 2.2.5.10 K. Subordinatif penjelas atau hubungan terhadap kalimat majemuk yang klausanya mengandung penjelasan yang dinyatakan dalam klausa utama seperti bahwa. 2.2.5.11 K. Subordinatif pengandalan seperti kalaupun 2.2.5.12 K. Subordinatif antarkalimat yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain dalam sebuah wacana seperti tetapi. 2.3 Aspek Leksikal 2.3.1 Repetisi Repetisi adalah pengulangan satuan lingual yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. 2.3.1.1 Repetisi epizeuksis merupakan pengulangan kata / frase yang dipentingkan beberapa kali secara berturu-turut. 2.3.1.2 Repetisi tautotes merupakan pengulangan kata / frase beberapa kali dalam sebuah konstruksi. 2.3.1.3 Repetisi anafora merupakan pengulangan kata / frase pertama pada kalimat berikutnya. 2.3.1.4 Repetisi episfora merupakan pengulangan kata / frase pada akhir kalimat secara berturut-turut. 2.3.1.5 Repetisi simploke merupakan pengulangan kata / frase pada awal dan akhir beberapa kalimat secara berturut-turut. 2.3.1.6 Repetisi mesodiplosis merupakan pengulangan kata / frase ditengah-tengah kalimat secara berturut-turut. 2.3.1.7 Repetisi epanalepsis merupakan pengulangan kata / frase pada awal kalimat yang diulang pada akhir kalimat yang bersangkutan 2.3.1.8 Repetisi anadiplosis merupakan pengulangan kata / frase terakhir dari kalimat menjadi kata / frase pertama pada pertama berikutnya.
  • 11. 11 2.3.2 Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama, dan syn yang berarti dengan. Maka secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda / hal yang sama. 2.3.2 Antonim Menurut Verhaar (dalam Chaer 1990:91) antonim merupakan ungkapan (biasanya berupa kata-kata, tetapi dapat pula berbentuk frase / kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Antonim adalah kata-kata yang mempunyai arti berlawanan (Sudaryat 2011:162). 2.3.3 Kolokasi Kolokasi adalah kata / frasa tertentu yang berkaitan dengan kata / frase lain yang berada dalam satu lingkungan / tempat. Kolokasi adalah asosiasi hubungan yang tetap antara kata dengan kata yang lain berdampingan (Kridalaksana 2008:127). Kolokasi atau sanding kata adalah pemakaian kata-kata yang berada di lingkungan yang sama. 2.3.4 Hipomini Hipomini merupakan hubungan dalam semantic antara makna spesifik dan makna generic. 2.3.5 Ekuivalensi Ekuivalensi adalah penggunaan kata-kata yang memiliki kemiripan makna atau maknanya berdekatan (Sudaryat, 2011:162). Ekuivalensi merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual (kata, frase, kalimat) tertentu dengan satuan lingual lain dalam sebuah wacana / karangan (Tugiati, 2004:53). Ekuivalensi adalah kata yang mempunyai kata asal yang sama.
  • 12. 12 BAB III HASIL ANALISIS 3.1 Aspek Gramatikal 3.1.1 Aspek Gramatikal 3.1.1.1 Referensi 3.1.1.1.1 Referensi persona Dia berlari di tengah gurun gulita Mentari, ia pun terlelap Biarkan saja dia sendiri 3.1.1.1.2 Referensi posesif Selimut kecil-nya tersapu angkasa Rajut penghangat-nya tercerai tanpa janji .......... detak jantung nafas-nya ...... dan keterpurukan-nya .... tak cukup untuk menghangatkan-nya biarkan sang raja malam mengurung-nya Memenjarakan-nya dalam gelap 3.1.1.2 Substitusi Selimut kecilnya tersapu angkasa, Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji 3.1.1.3 Paralelisme meringkuk kedingingan... mengitari bumi tanpa rona walau hanya sekedar sapa.. hanya sekedar tanya biarkan sang raja malam mengurungnya memenjarakannya dalam gelap menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara 3.1.1.4 Konjungsi 3.1.1.4.1 Konjungsi koordinatif
  • 13. 13 di setiap penat letih dan keterpurukannya 3.2 Aspek Leksikal 3.2.1 Repetisi biarkan.... biarkan saja dia sendiri bairkan saja dia sendiri Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara 3.2.2 Sinonim mengitari bumi tanpa rona Selimut kecilnya tersapu angkasa walau hanya sekedar sapa Hanya sebatas tanya mencari bulan, namun raib Mentari, ia pun terlelap Biarkan sang raja malam mengurungnya Memenjarakannya dalam gelap biarkan sang raja malam mengurungnya Memenjarakannya dalam gelap 3.3 Aspek retorika 3.3.1 Pemajasan 3.3.1.1 Majas perumpamaan atau asosiasi Sebutir debu 3.3.1.2 Majas personifikasi Mengitari bumi ranpa rona Selimut kecilnya tersapu angkasa Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya Dia berlari ditengah gurun gulita Mengais-ais oleh kehangatan Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkannya 8
  • 14. 14 Mencari bulan, namun raib Mentari, ia pun terlelap 3.3.1.3 Majas Alegori Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji Biarin saja dia sendiri Menikmati renungan gulita Biarkan saja raja malam mengurungnya Memenjarakannya dalam gelap Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara. 3.3.2 Pencitraan 3.3.2.1 Citraan gerak meringkuk kedinginan.... Mengitari bumi tanpa rona masih mendekam dalam setiap dekat jantung nafasnya dia berlari di tengah gurun gulita 3.3.2.2 Citraan penglihatan mengitari bumi tanpa rona dia berlari ditengah gurun gulita memenjarakannya dalam gelap 3.3.2.3 Citraan rabaan menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
  • 15. 15 BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Karya sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan dan masyarakat pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisahan, dan amanat yang dikomunikasikan kepada pembaca. Untuk menangkap ini, pembaca harus mampu mengapresiasikannya. Berdasarkan analisis dari puisi diatas dapat disimpulkan bahwa puisi karya Kahlil Gibran secara umum gaya bahasa yang digunakan personifikasi dan alegori. 4.2 Saran Menulis karya sastra adalah suatu hal yang menyenangkan dan menjadi motivasi untuk menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar berkarya sastra. Menulis bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Tingkatkanlah prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. 11
  • 16. 16 Daftar Pustaka Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Purba, Antilan. 2005. Stilistika: Kaji Bahasa Karya Sastra. Medan: UNIMED. Sudaryat, Yayat. 2011. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya. 12
  • 17. 17 Lampiran SEBUTIR DEBU Oleh Kahlil Gibran Adalah sebutir debu Meringkuk kedinginan Mengitari bumi tanpa rona Selimut kecilnya tersapu angkasa Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji Rindu Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya Di setiap penat letih dan keterpurukan nya Dia berlari di tengah gurun gulita Mengais-ais oleh kehangatan Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya Mencari bulan, namun raib Mentari, ia pun terlelap. Biarkan.... Biarkan saja dia sendiri Menikmati renungan gulita Biarkan sang raja malam mengurungnya Memenjarakan nya dalam gelap Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara. 13