Makalah ini membahas analisis unsur stilistika sastra dalam puisi "Sebutir Debu" karya Kahlil Gibran, mencakup pengertian stil, aspek gramatikal seperti referensi dan substitusi, serta aspek leksikal seperti repetisi dan sinonim yang terdapat dalam puisi tersebut."
1 of 17
Downloaded 20 times
More Related Content
Analisis Puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran
1. 1
ANALISIS UNSUR STILISTIKA SASTRA DALAM PUISI
SEBUTIR DEBU KARYA KAHLIL GIBRAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika yang diampu
oleh Cicilia O. Sihotang, M.Pd.
Oleh
YUSTINA LAHAGU
NPM 130920036
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
MEDAN
2014
2. 2
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Penulis juga berterima kasih kepada ibu Cicilia O. Sihotang sebagai
dosen pengampu mata kuliah Stilistika.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika. Adapun
judul makalah ini adalah Analisis Unsur Stilistika Sastra Dalam Puisi Sebutir
Debu Karya Agnes Kahlil Gibran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Terima kasih.
Medan, 10 November 2014
Penulis,
3. 3
DAFTAR ISI
PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ........................................................................ 1
1.1. Latar belakang ........................................................... 1
1.2. Perumusan masalah ................................................... 1
1.3. Tujuan penulisan ........................................................ 1
1.4. Manfaat penulisan ...................................................... 2
BAB II Pembahasan ......................................................................... 3
2.1. Pengertian Stil............................................................. 3
2.2. Aspek Gramatikal ....................................................... 3
2.2.1. Referensi ...................................................... 3
2.2.2. Substitusi ..................................................... 4
2.2.3. Elipsis .......................................................... 5
2.2.4. Paralelisme ................................................... 5
2.2.5. Konjungsi ..................................................... 5
2.3. Aspek Leksikal .......................................................... 6
2.3.1. Repetisi ........................................................ 6
2.3.2. Sinonim ........................................................ 7
2.3.3. Antonim ....................................................... 7
2.3.4. Kolokasi ....................................................... 7
2.3.5. Hipomini ...................................................... 7
2.3.6. Ekuivalensi .................................................. 7
BAB III Hasil analisis ...................................................................... 8
3.1. Aspek Gramatikal ....................................................... 8
3.2 Aspek Leksikal .......................................................... 9
3.3. Aspek Retorika .......................................................... 9
BAB IV Penutup ...................................................................... 11
4.1. Simpulan .................................................................... 11
4.2. Saran ........................................................................... 11
5. 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra yang merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya
sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Stilistika merupakan ilmu gaya
bahasa yang bisa digunakan untuk mengkaji sebuah karya sastra agar bisa lebih
memahami makna yang sesungguhnya yang terdapat dalam sebuah puisi secara
mendetail.
Jadi, stilistika adalah ilmu gaya bahasa yang digunakan untuk mengkaji
suatu makna, secara manyeluruh kajian stilistika berperan untuk membantu
menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah
karya sastra.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Stil dalam Stilistika!
2. Bagaimana aspek gramatikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil
Gibran?
3. Bagaimana aspek leksikal dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil
Gibran?
4. Bagaimana aspek retorika dalam puisi Sebutir Debu Karya Kahlil
Girbran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian Stil dalam Stilistika.
2. Untuk mendeskripsikan aspek gramatikal dalam puisi Sebutir Debu
Karya Kahlil Gibran.
3. Untuk mendeskripsikan aspek leksikal dalam puisi Sebutir Debu Karya
Kahlil Gibran.
4. Untuk mendeskripsikan aspek retorika dalam puisi Sebutir Debu Karya
Kahlil Girbran.
1
6. 6
1.4 Manfaat Penulisan
1. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra, khususnya dalam
perkuliahan stilistika.
2. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi oleh mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
3. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara puisi
yang berbeda pengarangnya.
7. 7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stil
Kata style diturunkan dari kata stilus, yang semacam alat menulis pada
lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas
tidaknya tulisan pada lempengan tersebut. Kelak pada waktu penekanan
dititikberatkan pada keahlian menulis Indus, maka stil (style) lalu berubah
menjadi kemampuan atau keahlian menulis atau mempergunakan kata-kata secara
indah (Keraf, 1987:112).
Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus
dan mengandung arti leksikan alat untuk menulis. Dalam karya sastra istilah
gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasan
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta
menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan
emosi pembaca. (Purba, 2005:17).
Stil artinya gaya. Stil mempunyai enam pengertian, yaitu
1. Bungkus yang membungkus inti penekanan sebelumnya,
2. Pilihan diantara berbagai perjalanan yang mungkin,
3. Sekumpulan karangan,
4. Penyimpangan norma atau kaidah,
5. Sekumpulan isi pribadi,
6. Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih
luas dari kalimat.
2.2 Aspek Gramatikal
2.2.1 Referensi
Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan
acuannya. Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis
sedangkan unsure-unsur yang diacunya disebut anteseden. Referensi dapat
3
8. 8
bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke anteseden yang ada
diluar wacana, dan bersifat endoforis (tekstual) apabila yang diacunya
terdapat di dalam wacana. Referensi endoforis yang berposisi sesudah
antesedennya disebut referensi anaforis, sedangkan yang berposisi sebelum
antesedennya disebut referensi kataforis.
Referensi dapat dinyatakan dengan pronomina, yaitu kata-kata yang
berfungsi untuk menggantikan nomina atau apa-apa yang dinominakan.
Pronomina dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan atau dipilah
sebagai berikut:
2.2.1.1 Pronomina persona:
1. Persona pertama (penyapa): saya, aku, kita, kami;
2. Persona kedua (pesapa): engkau, kamu, kau, anda,
kalian;
3. Persona ketiga (yang dibicarakan): ia, dia, mereka.
2.2.1.2 Pronomina posesif: -nya dan pronomina persona yang
ditempatkan di belakang nomina.
2.2.1.3 Pronomina demonstrative:
1. Penunjuk endoforis: ini, itu, begitu, begini, segini,
segitu;
2. Penunjuk eksoforis: sini, situ, sana.
2.2.1.4 Pronomina interogatif: siapa, apa, mana, kapan,
bagaimana, mengapa, berapa.
2.2.1.5 Pronomina taktakrif: apa-apa, siapa-siapa, semua, setiap.
2.2.2 Substitusi
Substitusi mengacu ke penggantian kata-kata dengan kata lain.
Substitusi mirip dengan referensi. Perbedaannya, referensi merupakan
hubungan makna sedangkan substitusi merupakan hubungan leksikal atau
gramatikal. Selain itu, substitusi dapat berupa proverba, yaitu kata-kata
yang digunakan untuk menunjukkan tindakan, keadaan, hal, atau isi bagian
9. 9
wacana yang sudah disebutkan sebelum dan sesudahnya juga dapat berupa
substitusi klausal.
2.2.3 Elipsis
Elipsis merupakan proses penghilangan satu bagian dari unsur
kalimat. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (unsur yang
sebelumnya ada tetapi sengaja dihilangkan / disembunyikan), tujuannya
untuk mendapatkan kepraktisan bahasa, yaitu agar efektivitas dan efesiensi
bahasa. Elipsis biasanya dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur
wacana yang telah disebutkan sebelumnya.
2.2.4 Paralelisme
Paralelisme merupakan pemakaian unsur-unsur gramatikal yang
sederajat. Hubungan antara unsur-unsur itu diurutkan langsung tanpa
konjungsi. ( Sudaryat 2011:155).
2.2.5 Konjungsi
Konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk menghubungkan
unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar.
Sebagai alat kohesi, berdasarkan perilaku sintaksisnya konjungsi dapat
dibedakan sebagai berikut:
2.2.5.1 Konjungsi koordinatif yang menghubungkan unsur-unsur
sintaksis yang sederajat seperti dan, atau, tetapi.
2.2.5.2 Konjungsi subordinatif yang menghubungkan 2 klausa atau
lebih dan kedua klausa itu tidak memiliki status sintaksis
yang sama.
2.2.5.3 K. Subordinatif waktu seperti ketika, sebelum, setelah, sejak,
sementara.
2.2.5.4 K. Subordinatif syarat seperti jika, bila.
2.2.5.5 K. Subordinatif penyebab seperti karena.
2.2.5.6 K. Subordinatif pengakibatan seperti sehingga, ketika, maka.
2.2.5.7 K. Subordinatif tujuan seperti agar.
2.2.5.8 K. Subordinatif cara seperti dengan.
2.2.5.9 K. Subordinatif konsesif seperti meskipun, meski.
10. 10
2.2.5.10 K. Subordinatif penjelas atau hubungan terhadap kalimat
majemuk yang klausanya mengandung penjelasan yang
dinyatakan dalam klausa utama seperti bahwa.
2.2.5.11 K. Subordinatif pengandalan seperti kalaupun
2.2.5.12 K. Subordinatif antarkalimat yang menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat lain dalam sebuah wacana seperti
tetapi.
2.3 Aspek Leksikal
2.3.1 Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
2.3.1.1 Repetisi epizeuksis merupakan pengulangan kata / frase
yang dipentingkan beberapa kali secara berturu-turut.
2.3.1.2 Repetisi tautotes merupakan pengulangan kata / frase
beberapa kali dalam sebuah konstruksi.
2.3.1.3 Repetisi anafora merupakan pengulangan kata / frase
pertama pada kalimat berikutnya.
2.3.1.4 Repetisi episfora merupakan pengulangan kata / frase pada
akhir kalimat secara berturut-turut.
2.3.1.5 Repetisi simploke merupakan pengulangan kata / frase pada
awal dan akhir beberapa kalimat secara berturut-turut.
2.3.1.6 Repetisi mesodiplosis merupakan pengulangan kata / frase
ditengah-tengah kalimat secara berturut-turut.
2.3.1.7 Repetisi epanalepsis merupakan pengulangan kata / frase
pada awal kalimat yang diulang pada akhir kalimat yang
bersangkutan
2.3.1.8 Repetisi anadiplosis merupakan pengulangan kata / frase
terakhir dari kalimat menjadi kata / frase pertama pada
pertama berikutnya.
11. 11
2.3.2 Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno,
yaitu onoma yang berarti nama, dan syn yang berarti dengan. Maka
secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda / hal yang
sama.
2.3.2 Antonim
Menurut Verhaar (dalam Chaer 1990:91) antonim merupakan
ungkapan (biasanya berupa kata-kata, tetapi dapat pula berbentuk frase /
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Antonim adalah kata-kata yang mempunyai arti berlawanan (Sudaryat
2011:162).
2.3.3 Kolokasi
Kolokasi adalah kata / frasa tertentu yang berkaitan dengan kata /
frase lain yang berada dalam satu lingkungan / tempat. Kolokasi adalah
asosiasi hubungan yang tetap antara kata dengan kata yang lain
berdampingan (Kridalaksana 2008:127). Kolokasi atau sanding kata
adalah pemakaian kata-kata yang berada di lingkungan yang sama.
2.3.4 Hipomini
Hipomini merupakan hubungan dalam semantic antara makna
spesifik dan makna generic.
2.3.5 Ekuivalensi
Ekuivalensi adalah penggunaan kata-kata yang memiliki kemiripan
makna atau maknanya berdekatan (Sudaryat, 2011:162). Ekuivalensi
merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual (kata, frase,
kalimat) tertentu dengan satuan lingual lain dalam sebuah wacana /
karangan (Tugiati, 2004:53). Ekuivalensi adalah kata yang mempunyai
kata asal yang sama.
12. 12
BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Aspek Gramatikal
3.1.1 Aspek Gramatikal
3.1.1.1 Referensi
3.1.1.1.1 Referensi persona
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mentari, ia pun terlelap
Biarkan saja dia sendiri
3.1.1.1.2 Referensi posesif
Selimut kecil-nya tersapu angkasa
Rajut penghangat-nya tercerai tanpa janji
.......... detak jantung nafas-nya
...... dan keterpurukan-nya
.... tak cukup untuk menghangatkan-nya
biarkan sang raja malam mengurung-nya
Memenjarakan-nya dalam gelap
3.1.1.2 Substitusi
Selimut kecilnya tersapu angkasa,
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
3.1.1.3 Paralelisme
meringkuk kedingingan... mengitari bumi tanpa rona
walau hanya sekedar sapa.. hanya sekedar tanya
biarkan sang raja malam mengurungnya
memenjarakannya dalam gelap
menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
3.1.1.4 Konjungsi
3.1.1.4.1 Konjungsi koordinatif
13. 13
di setiap penat letih dan keterpurukannya
3.2 Aspek Leksikal
3.2.1 Repetisi
biarkan....
biarkan saja dia sendiri
bairkan saja dia sendiri
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
3.2.2 Sinonim
mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
walau hanya sekedar sapa
Hanya sebatas tanya
mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakannya dalam gelap
biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakannya dalam gelap
3.3 Aspek retorika
3.3.1 Pemajasan
3.3.1.1 Majas perumpamaan atau asosiasi
Sebutir debu
3.3.1.2 Majas personifikasi
Mengitari bumi ranpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Dia berlari ditengah gurun gulita
Mengais-ais oleh kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkannya
8
14. 14
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap
3.3.1.3 Majas Alegori
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Biarin saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan saja raja malam mengurungnya
Memenjarakannya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
3.3.2 Pencitraan
3.3.2.1 Citraan gerak
meringkuk kedinginan....
Mengitari bumi tanpa rona
masih mendekam dalam setiap dekat jantung nafasnya
dia berlari di tengah gurun gulita
3.3.2.2 Citraan penglihatan
mengitari bumi tanpa rona
dia berlari ditengah gurun gulita
memenjarakannya dalam gelap
3.3.2.3 Citraan rabaan
menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara
15. 15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Karya sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan
dan masyarakat pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan,
kisahan, dan amanat yang dikomunikasikan kepada pembaca. Untuk menangkap
ini, pembaca harus mampu mengapresiasikannya.
Berdasarkan analisis dari puisi diatas dapat disimpulkan bahwa puisi karya
Kahlil Gibran secara umum gaya bahasa yang digunakan personifikasi dan
alegori.
4.2 Saran
Menulis karya sastra adalah suatu hal yang menyenangkan dan menjadi
motivasi untuk menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar
berkarya sastra. Menulis bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Tingkatkanlah
prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
11
16. 16
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Purba, Antilan. 2005. Stilistika: Kaji Bahasa Karya Sastra. Medan: UNIMED.
Sudaryat, Yayat. 2011. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.
12
17. 17
Lampiran
SEBUTIR DEBU
Oleh Kahlil Gibran
Adalah sebutir debu
Meringkuk kedinginan Mengitari bumi tanpa rona
Selimut kecilnya tersapu angkasa
Rajut penghangatnya tercerai tanpa janji
Rindu
Masih mendekam dalam setiap detak jantung nafasnya
Walau hanya sekedar sapa.. hanya sebatas tanya
Di setiap penat letih dan keterpurukan nya
Dia berlari di tengah gurun gulita
Mengais-ais oleh kehangatan
Bintang di tirai angkasa, tak cukup untuk menghangatkan nya
Mencari bulan, namun raib
Mentari, ia pun terlelap.
Biarkan....
Biarkan saja dia sendiri
Menikmati renungan gulita
Biarkan sang raja malam mengurungnya
Memenjarakan nya dalam gelap
Menghangatkan diri sendiri di perapian bagaskara.
13