1. anatomi organ reproduksi ternak jantan
TUGAS
FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK
tentang anatomi organ reproduksi ternak jantan
oleh :
Yudi Effriansyah
05101004006
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak
satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina
maupun jantan. (Anonymous.2009 ). Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang kompleks yang
melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya
hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami
dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat
berlangsung baik ternak jantan maupun betina.
Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri
dari testis yang terletak di dalam skrotum, saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris.
Alat kelamin jantan dibagi menjadi alat kelamin primer berupa testis dan alat kelamin sekunder
berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu vas deferent, epididimis,
vas deferent, dan penis yang di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan
cairan aksesoris keluar pada waktu ejakulasi .
Dan dalam paper ini kami akan menjabarkan masing-masing organ reproduksi ternak jantan beserta
letak masing-masing organ tersebut. Maka dari itu kami memberi judul paper ini ANATOMI ORGAN
REPRODUKSI TERNAK JANTAN , yang akan dijabarkan sebagaimana berikut ini.
3. 1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Jantan adalah mengetahui
ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin jantan serta mengetahui fungsi dari
masing-masing bagian tersebut. Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengenal dan
mengetahui ukuran, bentuk serta fungsi dari masing-masing bagian organ kelamin jantan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a) organ kelamin primer, yaitu gonad
jantan, dinamakan testis testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis didymos, (b)
sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar vesikularis, prostata dan cowper, dan
saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ
kopulatoris yaitu penis ( Toelihere, 1979 dan Marawali2001).
Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa
atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa
dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan
testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating
Hormone) (Toelihere, 1979).
4. Struktur-struktur testis meliputi; a) Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis.
Licin karena banyak mengandung pembuluh syaraf dan darah. b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus,
merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari Lobulus; d) Rete testis,
merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput
Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung
proximal testis. g) Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok ke
atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis yang
membelok ke atas. i) Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere 1979,
Marawali 2001).
Epididimis
Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri
dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu
penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya
berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis
(Toelihere, 1979). Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar
dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis
membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada
bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa
benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).
Vas deferens
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya
mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi.
Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001).
Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis
ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens
akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali
spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel
yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan
dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-
sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus
yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak
sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae
5. ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0
sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 2.5 cm, sedangkan pada
anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali, 2001).
Sperma diangkut dari ekor epididimis ke ampula di bantu dengan gerakan peristaltik vas deferens.
Kelenjar-kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara
manual untuk memperoleh semen (Toelihere 1979, Marawali 2001).
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra.
Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen. Pada saat
praktikum, untuk mengamati gambaran eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot licin
tersebut di kupas sampai testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari
epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati
cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan
vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang
abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang
membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas
deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf,
membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis.
Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan
membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10
sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya
2 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali,
2001).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 . ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN TERNAK
6. Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan
(glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini
terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis, vas deferens, dan urethra external
yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan
system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii.
Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi tiga yaitu; alat kelamin primer berupa testis, alat
kelamin sekunder yaitu vas deverent, epididimis, penis, dan uretra, sedangkan kelenjar aksesori yaitu
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostata, dan kelenjar cowper.
3.1.1. Alat kelamin primer.
Testis
Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet
jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun
melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya
gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada
cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat
pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal
membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan
turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen. Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-
13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada
sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica
vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh
ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat
sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane
jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah
permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica
albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi
segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous
(tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel
benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran
lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar
pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding
protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5
km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes.
Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan
dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
7. Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder dan untuk
tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk mengontrol aktivitas
kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands), produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran
reproduksi jantan. Sedangkan perannya dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan
kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam
saluran reproduksi betina.
3.1.2. Alat Reprodusi sekunder
a) Vas deverent dan uretra
Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal dari
cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang sepanjang corda
spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan
urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens
yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang
tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa.
Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.
Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan dengan
ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen. Pada sapid
an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas
deferens dan epididymis dengan ciran sekresi darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada
di daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an
domba. Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya
spermatozoa.
b) Penis
Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang
pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis.
Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf S
(sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak
tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks
memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam
tubuh kembali.
Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan erectile dibandingkan
dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous
8. (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan
jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada
pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah jaringan
cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya
kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum
dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal
bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada
saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic,
diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular,
diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika tidak ereksi.
Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Tipe muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan sebagainya.
2. Tipe fibroelastis terdapat pada sapi ,domba, kambing,babi,rusa, dan kerbau.
Penis mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada waktu ejakulasi dan
mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan penis terutama kepala penis (glans penis
) sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka terhadap segala rangsangan
,serperti panas, dingin atau sakit.hal ini penting untuk diperhatikan terutama pada waktu pengambilan
air mani seekor pejantan dengan memakai vagina buatan. Perlakuan yang kasar dan suhu yang panas
atau dingin, demikian pula permukaan yang terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan
terganggunya proses ejakulasi , sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Oleh karena itu,
suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari pengambilan air mani dengan
memakai vagina buatan.penis mempunyai persediaan daraah yang besar dan permukaan yang lunak
karena itu penis mudah sekal;i terluka dan pendarahan bisa cepat terjadi.
Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit
yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ
ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang
prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program
inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak
tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut
9. c) Skrotum dan kauda spermatikus.
Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di daerah
inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas
lapisan luar kulit yang tebal yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi
selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat.. Kantong skrotum terdiri dari
beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat di dalamnya.
Lapisan kedua adalah tunika dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit kecuali pada bagian dorsal
dari kantong skrotum. Lapisan ketiga adalah tunika vaginalis yang mempunyai pelebaran sampai ke
peeritoneum dari rongga perut. Tunika vaginalis mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang
membungkus testis dan epidididmis, lapisan pariental yang bersatu dengan rongga skrotum. Fungsi
skrotum adalah melindungi testis dari gangguan luar, berupa pukulan, panas, dingin, dan gangguan-
gangguan mekanis lainnya, fungsi terpenting adalah memcegah menurunnya suhu testis sampai
beberapa derajat di bawah suhu tubuh sehingga memungkinkan terjadinya proses spermatogenesis
secara sempurna.
d) Epididimis
Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun
longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis,
nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia yang menuyatu
menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang
testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari
epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar
daripada lumen corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens
dan urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti dengan
otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial.
*Fungsi Epididymis
Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi
spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi,
masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari. Beberapa factor yang menunjang perjalanan
spermatozoa dalam epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh produksi
spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan tekanan pada rete testis, vasa
efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan
pada testis dan epididymis, hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan atau gerak
untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan spermatozoa dibantu oleh
adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic melibatkan otot daging licin epididymis dan
10. tekanan negative yang ditimbulkan oleh kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa
dapat bergerak secara aktif dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra.
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa
memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah
100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan
menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang
ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi
pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis.
Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa. Sebagian
besar disimpan pada cauda, dimana spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen
besar. Epididymis sapi jantan dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi, pH
rendah, konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone, dan factor-faktor lain
bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai laju metabolisme yang rendah dan dapat
hidup lama. Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap fertile dalam waktu kira-kira 60 hari dalam
epididymis.
Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru
saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak
memiliki motilitas. Spermatozoa setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan
motilitas. Jika kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada terdekat
dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai 25 hari, sedangkan spermatozoa
yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa
semakin tua spermatozoa, maka semakin hilang kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak
keluar dari epididymis. Sementara spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan butir
protoplasma (cytoplasmic droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa selama spermatogenesis.
3.1.3. Kelenjar Kelenjar Tambahan
Kelenjar kelenjar tambahan (accessory glands) berada di sepanjang bagian uretra yang terletak
di daerah pelvis, mempunyai saluran saluran yang mengeluarkan sekresi sekresinya kedalam uretra.
Kelenjar kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar
bulbourethral atau kelenjar cowper. Kelenjar kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume
cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar kelenjar tambahan ini mengandung
sebuah larutan buffers, zat zat makanan dan substansi lain yang diperlukan bagi motilitas dan fertlitas.
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan
sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol anggur,
berbonggol bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi
yaitu berkisar 13 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi
mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai
11. kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira kira 4 cm. saluran saluran ekskretori
kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular
memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis jenis ternak lainnya
rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran
organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi substansilain di mana saja ada tubuh.
Campuran campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber
energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya
rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate
buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi
perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan
sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar
prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi
parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate
hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak
yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak tidaknya sumbangan kelenjar
prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak
ion ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak
sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran
dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada
babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen
hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa sisa urine yang ada dalam
uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes tetes dari preputilium sesaat
sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi
menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi
buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat
mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi
betina.
BAB IV
PENUTUP
12. 4.1. KESIMPULAN
1. Organ reproduksi ternak jantan meliputi organ reproduksi p
rimer, organ reproduksi sekunder, dan organ reproduksi tambahan atau aksesoris.
2. Organ reproduksi primer terdiri dari testis; Organ reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas
defferens/ductus efferent, skrotum, penis; organ reproduksi tambahan/aksesoris terdiri dari vesicula
urinaria, kelenjar prostata, kelenjar cowper/bulbo uretralis.
3. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Untuk
sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada
sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi
sebagai penghasil sperma dan hormon kelamin jantan (testosterone)
4. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas
deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki
panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm.
Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5
cm. Berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
5. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang
memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi
untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi
untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang
digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal
panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit
diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan kelenjar
vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk
memberikan bau yang khas terhadap semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan
sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa
sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk
lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan
berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.
13. 4.2. SARAN
Untuk asisten, sebaiknya pada saat praktikum memperhatikan peraktikan yang sedang bermain-main
dan menegurnya. Untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat laboratorium dan fasilitas lainnya dilengkapi
dan diperbaharui agar kelancaran praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2009.The Male Reproductive system.http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/
teaching/chap3.html
Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins:
Philadelphia.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen
Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang: Universitas Brawijaya
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI VETERINER.Jakarta. UI Press.
Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung