際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
ANTROPOLOGI

TRADISI LISAN
Oleh:

ERMA

GHINA

MUTIARA

RIKE

XI-BAHASA 2013
TRADISI LISAN
Pengertian

Ciri-Ciri

Jenis-jenis Tradisi
Lisan
 Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan
kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa
lisan dalam menyampaikan pengalaman seharihari dari seseorang kepada orang lain.
 Tradisi lisan merupakan pesan atau kesaksian yang
disampaikan secara lisan secara turun-temurun
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
 Penyebaran dilakukan secara lisan
 Anonim (penciptanya tidak diketahui)
 Menjadi milik bersama dari masyarakat (kolektif)
tertentu
 Bersifat tradisional
 Hadir dalam versi-versi yang berbeda
 Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki
kemampuan berkomunikasi meskipun belum
mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu
merekam pengalaman masa lalunya.
FOLKLOR
MITOLOGI

DONGENG
LEGENDA
FOLKLOR
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat
tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi
tidak dibukukan.
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1.

Folklor lisan yaitu folklor yang murni berbentuk lisan

2.

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan
campuran unsur lisan dan non-lisan, seperti: kepercayaan rakyat
(takhayul), permainan rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, pesta rakyat
dsb.

3.

Folklor bukan lisan adalah folklor yang berbentuk bukan lisan walaupun
cara pembuatannya diajarkan secara lisan, seperti: arsitektur rakyat,
kerajinan tangan, pakaian dan perhiasan daerah.
FOLKLOR LISAN
Folkor jenis ini terlihat pada:
 Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat
komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa
yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari.
Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
 Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari
pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung
kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
 Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional
yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya
harus diterka.
 Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk
tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk
memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti:
pantun, syair, sajak.
 Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan
secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam
masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.

 Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat
yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang
tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup
sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup
sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu
dari berbagai daerah.
Mite (myth)
berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh
masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak
mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau
setengah dewa.
Mitologi
adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang
dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu
kebudayaan. Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan
dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau
yang lama.
Contoh:
Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali, Nyai Pohaci dari Jawa Barat, Nyai Roro
Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta, Mado-Mado (lowalangi) dari Nias dan
Wahadi dari Timor.
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu
kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.


Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu
lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.



Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar
biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.



Legenda sering dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history). Meskipun
dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat
mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.



Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan
bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak
termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.



Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk
mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai
sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan
yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman
bagi generasi selanjutnya.
Jan Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4
kelompok, yaitu:
(1) Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau
saleh (hagiografi). Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih
merupakan folklor sebab versi asalnya masih tetap hidup diantara
rakyat sebagai tradisi lisan.
Contoh: Legenda Wali Songo.

(2) Legenda Alam Gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan
pernah dialami seseorang, berfungsi untuk meneguhkan
kebenarantakhyul atau kepercayaan rakyat.
Contoh: kepercayaan terhadap adanya
hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.
(3) Legenda Setempat
Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat,
dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah.
Contoh: terbentuknya Danau Toba.
(4) Legenda Perseorangan
Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang
empunya cerita benar-benar pernah terjadi.
Conto: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering
berintegrasi dengan dongeng Ande-ande Lumut dan dongeng
Kethek Ogleng
ANTROPOLOGI: TRADISI LISAN di INDONESIA

More Related Content

ANTROPOLOGI: TRADISI LISAN di INDONESIA

  • 3. Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman seharihari dari seseorang kepada orang lain. Tradisi lisan merupakan pesan atau kesaksian yang disampaikan secara lisan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  • 4. Penyebaran dilakukan secara lisan Anonim (penciptanya tidak diketahui) Menjadi milik bersama dari masyarakat (kolektif) tertentu Bersifat tradisional Hadir dalam versi-versi yang berbeda Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.
  • 6. FOLKLOR Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: 1. Folklor lisan yaitu folklor yang murni berbentuk lisan 2. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan non-lisan, seperti: kepercayaan rakyat (takhayul), permainan rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, pesta rakyat dsb. 3. Folklor bukan lisan adalah folklor yang berbentuk bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan, seperti: arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian dan perhiasan daerah.
  • 7. FOLKLOR LISAN Folkor jenis ini terlihat pada: Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan. Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah. Pertanyaan tradisional (teka-teki) Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
  • 8. Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak. Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng. Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
  • 9. Mite (myth) berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa. Mitologi adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama. Contoh: Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali, Nyai Pohaci dari Jawa Barat, Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta, Mado-Mado (lowalangi) dari Nias dan Wahadi dari Timor.
  • 10. Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib. Legenda sering dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi. Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
  • 11. Jan Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu: (1) Legenda keagamaan (religious legend) Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi). Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan. Contoh: Legenda Wali Songo. (2) Legenda Alam Gaib Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenarantakhyul atau kepercayaan rakyat. Contoh: kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.
  • 12. (3) Legenda Setempat Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah. Contoh: terbentuknya Danau Toba. (4) Legenda Perseorangan Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi. Conto: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan dongeng Ande-ande Lumut dan dongeng Kethek Ogleng