Gunung Merbabu terletak di perbatasan Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Kota Salatiga. Nama "Merbabu" berasal dari kata "meru" yang berarti gunung dan "abu" yang berarti warna abu-abu, sesuai warna gunung setelah meletus. Menurut cerita rakyat setempat, nama asli Gunung Merbabu adalah Gunung Candramuka, kemudian diganti menjadi Merbabu pada zaman Kerajaan Mataram.
1 of 1
Download to read offline
More Related Content
ASAL MULA GUNUNG MERBABU
1. ASAL MULA GUNUNG MERBABU
Kali ini saya menulis
tentang sejarah atau asal
mula Gunung Merbabu.
Banyak wisatawan yang
kurang mengetahui asal
mu-asal tempat yang
dikunjunginya, oleh sebab
itu di sini saya memaparkan
cerita rakyat menurut
warga sekitar tentang asal
mula Gunung Merbabu.
langsung aja ke cerita yuk
#SobatKeong Disini saya
ingin menceritakan asal
muasal Gunung Merbabu
berada di perbatasan
Kabupaten Magelang,
Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga. Nama Merbabu sendiri berasal dari kata maharu =
meru (gunung) dan abu (abu) yang berarti gunung yang berwarna abu-abu karena pada
saat meletus seluruh permukaan tanahnya tertutup oleh material abu vulkanik dan berwarna
abu-abu. Asal usul nama Merbabu, terdapat versi yang beredar di kalangan Keraton Mataram.
Konon, di bumi telah berdiri beberapa kerajaan yang saling berperang. Salah satu kerajaan
itu, yakni Mamenang, merupakan kerajaan pemenangnya. Kerajaan itu berada di bawah
pimpinan Maharaja Kusumawicitra. Waktu itu Resi Sengkala atau Jaka Sengkala atau Jitsaka
atau umum menyebutnya Ajisaka telah memberikan nama-nama gunung di seluruh Jawa.
Sebelum datang ke Pulau Jawa, sang resi adalah raja yang bertahta di Kerajaan Sumatri.
Karena kemenangan Maharaja Kusumawicitra itu, maka segala sesuatu yang berada di bawah
kekuasaannya diganti namanya disesuaikan dengan kebudayaan Mamenang. Nama Gunung
Candrageni, yang semua diberi nama Ajisaka, lantas Kusumawicitra menggantinya menjadi
Gunung Merapi. Begitu pula dengan Gunung Candramuka, diubah menjadi Gunung
Merbabu. Sehingga kita mengenal nama Gunung Merapi dan Merbabu. Dalam naskah-naskah
masa pra-Islam ada seorang sakti dari tataran Sunda bernama Bujangga Manik yang
seorang pengelana yang hidup pada tahun 1500-an dan pernah singgah dan membuat
pertapaan di lereng Merbabu. Bujangga Manik menyebut Gunung Merbabu sebagai Gunung
Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Perjalanan Bujangga Manik di lereng G. Merbabu
tecatat dalam naskah catatan Belanda, namun perlu dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih
lanjut (Rsi Hindu-Sunda karya KRT. Kusumotanoyo yang dimuat dalam buku Gema
Yubileum HIK, Yogyakarta, 1987).