際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
PERCOBAAN 2
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
OLEH :
KELOMPOK 8 :
FRANSISKUS LAGAI
EVA TRIVONA KARUNDENG
JULIANA
YUYUN PAKKU
YUNI NURSANTI
NURFADILA
STIFA C
ASISTEN : DEWI SULISTIAWATI
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah
satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi
merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam
titrasi itu sendiri ada bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah
satunya adalah asidimetri dan alkalimetri.
Asidimetri dan alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena titrasi
asam basa sangat berguna dalam dunia industri. Contoh penggunaannya
adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang
dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai
penguji dengan proses titrasi. Dalam industri makanan digunakan untuk
penentuan kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus
dengan plastik dan dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat
warna AZO yang berbahaya.
Dalam bidang kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam
pembuatan obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri. Metode analisis
dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah
asidimetri dan alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk
menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan
standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat.
I.2. Maksud dan Tujuan
I.2.1. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
cara identifikasi suatu zat dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.
I.2.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain :
1. Mengidentifikasi Asam Sitrat, Asam Salisilat, dan Natrium Bikarbonat
secara kualitatif.
2. Menentukan kadar zat dari Asam Sitrat, Asam Salisilat dan Natrium
Bikarbonat dengan metode asidimetri-alkalimetri.
I.3 Prinsip Percobaan
 Asidimetri :
Penetapan kadar Asam Sitrat dan Asam Salisilat berdasarkan
reaksi netralisasi dengan menggunakan metode asidimetri dan
menggunakan larutan baku NaOH sebagai titran dan dengan penambahan
indikator fenoftalein, dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna dari bening menjadi merah muda.
 Alkalimetri :
Penetapan kadar Natrium Bikarbonat yang dilarutkan dengan H2O
dengan menggunakan metode alkalimetri dengan menggunakan indikator
metil merah dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
dari larutan tidak berwarna menjadi merah muda lemah tidak hilang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Asidi-alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi juga dapat dikatakan
sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton.Metode
titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan,
murah, dan mampu memberikan ketapatan yang tinggi.Keterbatasan metode
ini adalah bahwa metode titrimetrik kurang spesifik. Dalam analisis titrimetri
atau analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume,
sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang
kadar (konsentrasinya) telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung
secara kuantitatif. Suatu titrasi yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama
dengan titik ekivalen teoritis. Dalam kenyataannya selalu ada perbedaan kecil.
Beda ini disebut dengan kesalahan titrasi yang dinyatakan dengan mililiter
larutan baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator harus dilakukan sedemikian
rupa agar kesalahan ini sekecil-kecilnya. Dalam larutan, kadar bahan yang
terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya
massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume
(mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah
gram/mililiter (Rohman, 2007).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Sebaliknya, alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Keasaman permukaan
merupakan jumlah asam total (asam Bronsted dan asam Lewis) pada
permukaan padatan yang dinyatakan sebagai jumlah milimol asam perberat
sampel (Widihati, 2008).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi
sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator
umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan
berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi
munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna.Indikator
berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa
(Suirta, 2010).
Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari
empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri.
Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk
karena hidrolisis garamyang berasal dari asam lemah, dengansuatu standar
(asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisisgaram yang
berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi
ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk
air. (Bassett, 1994).
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat
dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus
berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi
samping. (Harjadi, 1990).
Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat
digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu
pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur
pH atau pOH versus mL titran. Kurva semacam itu membantu dalam
mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang
tepat.(Day dan Underwood, 1999).
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting :
asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai
satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan
pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam
lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada
konsentrasi rendah. (Harjadi, 1990).
Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas
mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa
konjugatnya.(Keenan, 1994).
Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan
berikut sebelum digunakan.
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu.
Tidak boleh ada reaksi samping.
2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik
ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus
sangat besar.
3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik
ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa
metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis
kapan penambahan titran dihentikan.
4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja).
(Day dan Underwood, 1999).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau
membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu.
Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat
indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan
menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik.
(Keenan, 1991)
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif.Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu
analisis titrimetri.Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel
tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya.Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan
hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.Analisis titrimetri yang didasarkan pada
terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut
analisis asidi  alkalimetri.Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis
yang dilakukan adalah analisis asidimetri.Sebaliknya jika digunakan suatu
basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis
alkalimetri. (Keenan, 1991)
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
ditentukan konsentrasinya ( larutan standar). (Syukri, 1999)
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat
dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang
dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat.Zat yang
memadai dalam hal ini disebut standar primer. (Day, 1998)
Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan, dan
mudah dipertahankan dalam keadaan murni.
2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi
ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi
oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uij-uji kuantitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui.
4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. Zat-zat yang
biasa dipakai sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium
karbonat, natrium tetraborat, KH(C8H4O4), asam klorida bertitik didih
konstan, dan asam benzoat.
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran
yang seksama volume  volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat
akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan alkalimetri
adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi alam
analisis titrimetri.Asidi  alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau
basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah,
dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar
(alkalimetri).Reaksi  reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen
dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994)
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu
reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar
teoritis).
2. Cepat dan reversibel. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu
banyak.
3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator).
4. Larutan baku yang direaksikan dengan analay harus mudah didapat dan
sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah saat disimpan.
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah.Setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya
sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya.Diantara indikator ada
yang mempunyai satu macam warna, misalnya fenolftalein yang berwarna
merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila keadaannya asam.
Indikator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam trayeknya,
akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pHnya. Untuk
fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila pH semakin tinggi (mendekati
9,6) dan makin muda bila semakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek
fenolftalein diantara 8,0 sampai 9,6 sehingga pada pH dibawah 8,0 larutan tak
berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah intensitasnya. (Harjadi,
1990)
Tabel 1. Beberapa indikator asam-basa yang penting
Nama Indikator Trayek pH
Warna
Asam Basa
1. Asam pikrat 0,1  0,8 Tidak berwarna Kuning
2. Biru timol 1,2  2,8 Merah Kuning
3. 2,6-Dinitrofenol 2,0  4,0 Tidak berwarna Kuning
4. Kuning metiil 2,9  4,0 Merah Kuning
5. Jingga metal 3,1  4,4 Merah Jingga
6. Hijau bromkresol 3,8  5,4 Merah Biru
7. Merah metal 4,2  6,3 Merah Kuning
8. Lakmus 4,5  8,3 Merah Biru
9. Purpur bromkresol 5,2  6,8 Kuning Purpur
10. Biru bromtimol 6,0  7,6 Kuning Biru
11. Merah fenol 6,4  8,0 Kuning Merah
12. p--Naftolftalein 7,0  9,0 Kuning Biru
13. Purpur kresol 7,4  9,6 Kuning Biru
14. Fenolftalein 8,0  9,6 Tidak berwarna Merah
15. Timolftalein 9,3  10,5 Tidak berwarna Biru
16. Kuning alizarin R 10,1  12,0 Kuning Violet
17. 1,3,5-
Trinitrobenzen
12,0  14,0 Tidak berwarna Jingga
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi
dihentikan.Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen.Pada titrasi asam
basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah
titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepay habis bereaksi. Untuk
mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator.Saat perubahan warna terjadi,
saat itu disebut titik akhir titrasi. (Sukmariah, 1990)
II.2. Uraian Bahan
1. Aquadest (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut
2. Asam klorida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM/BM : HCL/36,46
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
diencerkan dengan 2bagian air, asap dan bau
hilang
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai sampel
3. Asam Salisilat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 56)
Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain : Asam Salisilat
RM/BM : C7H6O3/138,12
Pemerian :Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih, hampir tidak berbau rasa agak
manis dan tajam
Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol(95%) p, dalam kloroform p dan dalam eter
p, larut dalam larutan ammonium asetat p,
dinatrium hidrogenfosfat p, kalium sitrat p dan
natrium sitrat p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel
4. Asam Sitrat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 50)
Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM
Nama Lain : Asam Sitrat
RM/BM : C6H8O7.H2O/210,14
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa sangat asam agak higroskopik,
merapuh dalam udara kering dan panas
Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol(95%) p, sukar larut dalam eter
p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel
5. Asam Sulfat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 58)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna, jika ditambahkan kedalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai zat tambahan
6. Besi (III) klorida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 659)
Nama resmi : FERRI CLORIDUM
Nama lain : besi (III) klorida
RM/BM : FeCl3/162,5
Pemerian : hablur atau serbuk hablur hitam kehijauan, bebas
warna jingga dari garam Hidrat yang telah
terpengaruh oleh kelembaban
Kelarutan : larut dalam air larutan beropalesensi berwarna
jingga
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai zat tambahan
7. Etanol ( Farmakope Indonesia Ed.III hal : 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanaol Atau Alkohol
RM/BM : C2H6O/242,4
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas,rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang
tidak berasap
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p
dan dalam eter p
Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : sebagai zat tambahan
8. Kalium Permanganat (Farmakope Indonesia Ed.III hal 331)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama Lain : Kalium Permanganate
RM/BM : KMnO4/158,03
Pemerian : hablur mengkilap, ungu tua atau hamper hitam,
tidak berbau rasa sepat
Kelarutan : larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air
mendidih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel
9. Natrium Bikarbonat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 424)
Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain : Natrium Bikarbonat atau Natrium Subkarbonat
RM/BM : NaHCO3/84,01
Pemerian : serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram,
tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut
dalam etanol (95%) p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel
10. Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH/40,00
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur
ataukeeping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur, putih, mudah
melelh basa. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap karbondioksida
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai penitran
11. Tembaga (II) sulfat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 731)
Nama resmi : CUPRII SULFAT
Nama lain : tembaga (II) sulfat
RM/BM : CuSO4/249,68
Pemerian : prisma triklinik atau serbuk hablur biru
Kelarutan : larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian
gliserol p, sangat sukar larut dalam Etanol (95%)
P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagi zat tambahan
12. Vanilin (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 632)
Nama Resmi : VANILLINUM
Nama Lain : Vanillin
RM/BM : C3H8O3/152,15
Pemerian : hablur halus berbentuk jarum, putih hingga agak
kuning, rasa dan bau khas
Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam air panas,
mudah larut dalam etanol (95%) p,dalam eter p
dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam
gliserol p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : sebagai zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang di gunakan dalam pratikum tersebut
yaitu ; Erlenmeyer, gelas kimia, gegep,hot plat, klem, kaca arloji, pipet
skala, pipet tetes, statif, tabung reaksi, timbangan analitik.
III.1.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam pratikum tersebut
yaitu, C2H6O, C6H8O7 (Asam Sitrat), C2H4O2 (Asam Asetat), C7H6O3
(Asam Salisilat), CaCL2 (Kalsium Klorida), FeCL3, Formalin, H2SO4
(Asam Sulfat), HCL (Asam Klorida), HNO3 (Asam Nitrat), H2O
(Aquadest), Indikator fenoptelein, Indikator metil merah, KMnO4
(Kalium Permanganat), Mg2SO4 (Magnesium Sulfat), MeOH (Metanol),
NH3 (amonia), NaOH (Natrium Hidroksida), NaHCO3
(NatriumBikarbonat), Pereaksi cuprifil, Raksa (III) sulfat.
III.2. Cara Kerja
III.2.1Analisa Asam Sitrat(     )
A. Kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukan asam sitrat ke dalam tabung reaksi secukupnya
d tambahkan larutan 3 駒3
3. Dimasukan vanillin ke dalam tabung reaksi kemudian di
tambahkan alkohol
4. Di masukan ke dalam cawan porselin kemudian di uapkan,
kemudian ditambahkan 2 4 pekat.
B. Kuantitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang asam sitrat 300mg
3. Dimasukan ke dalam gelas beker kemudian di larutkan
dengan 100 ml 2 
4. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer kemudian di
tambahkan indikator penoftelein
5. Dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N
6. Titik akhir titrasi bening-pink
III.2.2 Analisis Asam Salisilat (     )
A. Kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukan asam salisilat ke dalam tabung reaksi di
tambahkan 告駒3 kemudian d tambahkan alkohol
3. Dimasukan asam salisilat ke dalam tabung reaksi
ditambahkan etanol kemudian di tambahkan 2 4
B. Kuantitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 250 mg asam salisilat kemudian d masukan ke
dalam gelas beker
3. Dimasukan etanol netral 95% ke dalam gelas beker 15 ml
di tambahkan 2  20 ml
4. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer di tambahkan
indikator fenoptelein
5. Dimasukan larutan NaOH kedalam buret kemudian di
titrasi larutan
III.2.3 Analisis Natrium Bikarbonat(     )
A. Kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukan sampel ke dalam cawan porselin di tambahkan
alkohol,kemudian di bakar
3. Dimasukan Natrium bikarbonat di masukan ke dalam
tabung reaksi kemudin di didihkan d atas hot plat
4. Dimasukan Natrium bikarbonat ke dalam tabung reaksi,di
tambahkan 駒駒2kemudian di tambahkan 3
B. Kuantitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang natrium bikarbonat 500mg,dimsukan ke dalam
gelas beker,kemudian di tambahkan 2  100ml
3. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer,di tambahkan
indikator metil merah 2-3 tetes
4. Dimasukan larutan HCl 0,1 N ke dalam buret kemudin
titrasi larutan natrium bikarbonat
5. Titik akhir titrasi bening-pink
6. Dipanaskan larutan di atas hot plat hingga mendidih
7. Didinginkan larutan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. Tabel Pengamatan
A. Analisis Kualitatif
 Identifikasi Asam Sitrat
Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan
1. Asan sitrat + FeCl3
2. Asam Sitrat + prx cuprifil +
CuSO4
+ vanilin + alkohol 70 % 
uapkan + H2SO4
Kuning
Biru Muda
Biru Hijau
B. Identifikasi Asam Salisilat
Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan
1. As. Salisilat + FeCl3
+ Alkohol
2. As. Salisilat + MeOH + H2SO4
P (dipanaskan )
3. As. Salisilat + NaOH
4. As. Salisilat + HCl
5. As. Salisilat + Formalin +
H2SO4 P
6. As. Salisilat + HNO3P
Ungu
Ungu
Bau Metil Salisilat
Larut
Endapan putih
Merah Rose
Endapan Kuning
C. Identifikasi Natrium Bikarbonat
Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan
1. Nat. Bikarbonat + Alkohol
70 % (dibakar)
2. Nat. Bikarbonat + MgSO4
3. Nat. Bikarbonat + CaCl2 P
Nyala Kuning
Endapan Putih
Larutan Warna Putih
Analisis Kuantitatif
Rep Data
penimbangan/pengukuran
Volume
Titrasi
Volume
Blanko
Kadar
Sampel 1 Asam Sitrat
I 300 mg 1,1 1,467 %
II 300 mg 8,2 10,933%
III - -
Rata-rata
Sampel 2 Asam Salisilat
I 2,5 g 16,3 2,609%
II - -
III - -
Rata-rata
Sampel 3 NaHCO3
I 2,5 g 3,1 0,496
II - -
III - -
Rata-rata
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kita menggunakan analisis kualitatif
dan kuantitatif. Pada percobaan kualitatif dimana kita akan
menganalisa perubahan warna dari suatu larutan.
Pada percobaan asam sitrat, dimana asam sitrat ditambah
dengan larutan 告駒3 menghasilkan warna kuning, kedua asam sitrat
ditambah dengan pereaksi cupril menghasilkan warna biru muda,
kemudia di tambah lagi dengan vanillin dan alcohol di uapkan sampai
alcohol habis setelah itu di tambahkan 2 4 P menghasilkan warna
biru hijau
Kemudian pada percobaan asam salisilat, sampel di tambah
dengan 告駒3 warnanya ungu kemudian di tambah alkohol warnanya
tetap, yang kedua sampel di tambah methanol kemudian di tambah
lagi dengan 2 4 menghasilkan bau metal salisilat, yang ketiga yaitu
reaksi penagasan. Pertama, sampel ditambah NaOH dia akan larut.
Kedua, sampel di tambah HCl maka akan menghasilkan endapan
putih. Ketiga, sampel di tambah dengan formalin kemudian di tambah
2 4 maka akan menghasilkan warna merah. Terakhir sampel
ditambah dengan 諮3  dia akan menghasilkan endapan kuning.
Pada percobaan Natrium bikarbonat, untuk Natrium (Na)
pertama sampel di tambah dengan alkohol kemudian di bakar maka
menghasilkan nyala api kuning. Kedua, sampel di oven akan
menbenntuk Kristal kemudian di tambahkan dengan alkohol kemudian
di bakar maka akan membentuk nyala api kuning. Kemudian untuk
Bicarbonat, pertama larutan bicarbonate di tambah 4 di
didihkan maka akan menghasilkan endapan putih. Kedua, larutan
bicarbonate di tambah 駒駒2 kemudian di tambah lagi dengan 3
akan menghasilkan endapan putih.
Sedangkan pada analisa kuantitatif kita akan menetukan kadar
dari sampel tersebut. Pada penentuan kadar asam Sitrat menggunakan
metode asidimetri dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan
indicator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi
didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda.Volume yang dipelukan untuk menitrasi Asam Sitrat 300 mg
adalah 1,1 mL. Dari data tersebut didapatkan kadarnya.
Pada penentuan kadar asam salisilat 2,5 g menggunakan
metode asidimetri dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan
indicator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi
didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda. Volume yang dipelukan untuk menitrasi asam salisilat 2,5 g
adalah 16,3 mL.
Pada penentuan kadar natrium Bikarbonat 2,5 g menggunakan
metode alkalimetri dimana menggunakan HCl 0,1 N dengan indicator
metil merah sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan
pada perubahan warna dari merah menjadi menjadi kuning. Volume
yang dipelukan untuk menitrasi natrium bikarbonat 2,5 g adalah 3,1
mL.
BAB VI
PENUTUP
VI. Kesimpulan
Adapun hasil kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Asam Salisilat, Asam Sitrat, dan Natrium Bikarbonat teridentifikasi
karena setelah di tambahkan senyawa atau zat lain terjadi warna yang
diinginkan.
2. Pada asam sitrat penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.Volume yang dipelukan
untuk menitrasi Asam Sitrat 300 mg adalah 1,1 mL. Dari data tersebut
didapatkan kadarnya. Begitupun pada percobaan asam salisilat dan
natrium bikarbonat.
V.2 Saran
 Untuk Dosen, sebaiknya dosen dapat mendampingi praktikan saat
praktikum berlangsung.
 Untuk Asisten, Sebaiknya asisten dapat meringan kan lagi tugasnya
jangan sampai 35 lembar, kami berharap ada keringanan.
 Untuk Laboratorium, sebaiknya alat dan bahan yang ada di Lab lebih di
perhatikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analitik Kuantitatif
Anorganik. Kedokteran. EGC. Jakarta.
Day, R.A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.
Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga.
Jakarta.
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi dua. Binarupa Aksara. Jakarta.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widihati, I Gede. 2008. Adsorpsi Anion Cr(VI) Oleh Batu Pasir
Teraktivasi Asam dan Tersalut Fe2O3. Kimia FMIPA Universitas
Udayana, Bukit Jimbaran.
Suirta, I.W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai
Indikator dalam Titrasi. Jurusan Kimia F-MIPA Universitas
Udayana Bukit Jimbaran.

More Related Content

Asidimetri dan alkalimetri

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PERCOBAAN 2 ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI OLEH : KELOMPOK 8 : FRANSISKUS LAGAI EVA TRIVONA KARUNDENG JULIANA YUYUN PAKKU YUNI NURSANTI NURFADILA STIFA C ASISTEN : DEWI SULISTIAWATI LABORATORIUM KIMIA FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR 2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah satunya adalah asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia industri. Contoh penggunaannya adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Dalam industri makanan digunakan untuk penentuan kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus dengan plastik dan dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat warna AZO yang berbahaya. Dalam bidang kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri. Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidimetri dan alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat.
  • 3. I.2. Maksud dan Tujuan I.2.1. Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara identifikasi suatu zat dengan analisa kuantitatif dan kualitatif. I.2.2. Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain : 1. Mengidentifikasi Asam Sitrat, Asam Salisilat, dan Natrium Bikarbonat secara kualitatif. 2. Menentukan kadar zat dari Asam Sitrat, Asam Salisilat dan Natrium Bikarbonat dengan metode asidimetri-alkalimetri. I.3 Prinsip Percobaan Asidimetri : Penetapan kadar Asam Sitrat dan Asam Salisilat berdasarkan reaksi netralisasi dengan menggunakan metode asidimetri dan menggunakan larutan baku NaOH sebagai titran dan dengan penambahan indikator fenoftalein, dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Alkalimetri : Penetapan kadar Natrium Bikarbonat yang dilarutkan dengan H2O dengan menggunakan metode alkalimetri dengan menggunakan indikator metil merah dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari larutan tidak berwarna menjadi merah muda lemah tidak hilang.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum Asidi-alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton.Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketapatan yang tinggi.Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetrik kurang spesifik. Dalam analisis titrimetri atau analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasinya) telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Suatu titrasi yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen teoritis. Dalam kenyataannya selalu ada perbedaan kecil. Beda ini disebut dengan kesalahan titrasi yang dinyatakan dengan mililiter larutan baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator harus dilakukan sedemikian rupa agar kesalahan ini sekecil-kecilnya. Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter (Rohman, 2007). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya, alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Keasaman permukaan merupakan jumlah asam total (asam Bronsted dan asam Lewis) pada
  • 5. permukaan padatan yang dinyatakan sebagai jumlah milimol asam perberat sampel (Widihati, 2008). Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna.Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010). Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garamyang berasal dari asam lemah, dengansuatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisisgaram yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994). Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. (Harjadi, 1990). Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus mL titran. Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat.(Day dan Underwood, 1999).
  • 6. Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah. (Harjadi, 1990). Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya.(Keenan, 1994). Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan. 1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping. 2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar. 3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan. 4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja). (Day dan Underwood, 1999). Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan
  • 7. menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik. (Keenan, 1991) Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri.Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi alkalimetri.Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri.Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri. (Keenan, 1991) Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya ( larutan standar). (Syukri, 1999) Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat.Zat yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. (Day, 1998) Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan, dan mudah dipertahankan dalam keadaan murni. 2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida. 3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uij-uji kuantitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui.
  • 8. 4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan. 5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan. 6. Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. Zat-zat yang biasa dipakai sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat, natrium tetraborat, KH(C8H4O4), asam klorida bertitik didih konstan, dan asam benzoat. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi alam analisis titrimetri.Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri).Reaksi reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994) Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut : 1. Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis). 2. Cepat dan reversibel. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu banyak. 3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator). 4. Larutan baku yang direaksikan dengan analay harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah saat disimpan. Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.Setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya
  • 9. sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya.Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna, misalnya fenolftalein yang berwarna merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila keadaannya asam. Indikator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam trayeknya, akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pHnya. Untuk fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bila semakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek fenolftalein diantara 8,0 sampai 9,6 sehingga pada pH dibawah 8,0 larutan tak berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah intensitasnya. (Harjadi, 1990) Tabel 1. Beberapa indikator asam-basa yang penting Nama Indikator Trayek pH Warna Asam Basa 1. Asam pikrat 0,1 0,8 Tidak berwarna Kuning 2. Biru timol 1,2 2,8 Merah Kuning 3. 2,6-Dinitrofenol 2,0 4,0 Tidak berwarna Kuning 4. Kuning metiil 2,9 4,0 Merah Kuning 5. Jingga metal 3,1 4,4 Merah Jingga 6. Hijau bromkresol 3,8 5,4 Merah Biru 7. Merah metal 4,2 6,3 Merah Kuning 8. Lakmus 4,5 8,3 Merah Biru 9. Purpur bromkresol 5,2 6,8 Kuning Purpur 10. Biru bromtimol 6,0 7,6 Kuning Biru 11. Merah fenol 6,4 8,0 Kuning Merah 12. p--Naftolftalein 7,0 9,0 Kuning Biru 13. Purpur kresol 7,4 9,6 Kuning Biru 14. Fenolftalein 8,0 9,6 Tidak berwarna Merah
  • 10. 15. Timolftalein 9,3 10,5 Tidak berwarna Biru 16. Kuning alizarin R 10,1 12,0 Kuning Violet 17. 1,3,5- Trinitrobenzen 12,0 14,0 Tidak berwarna Jingga Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan.Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen.Pada titrasi asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepay habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator.Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi. (Sukmariah, 1990)
  • 11. II.2. Uraian Bahan 1. Aquadest (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 96) Nama Resmi : AQUA DESTILLATA Nama Lain : Air Suling RM/BM : H2O/18,02 Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai pelarut 2. Asam klorida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 53) Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM Nama Lain : Asam Klorida RM/BM : HCL/36,46 Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, diencerkan dengan 2bagian air, asap dan bau hilang Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : sebagai sampel 3. Asam Salisilat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 56) Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM Nama Lain : Asam Salisilat RM/BM : C7H6O3/138,12 Pemerian :Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir tidak berbau rasa agak manis dan tajam Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol(95%) p, dalam kloroform p dan dalam eter p, larut dalam larutan ammonium asetat p,
  • 12. dinatrium hidrogenfosfat p, kalium sitrat p dan natrium sitrat p Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai sampel 4. Asam Sitrat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 50) Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM Nama Lain : Asam Sitrat RM/BM : C6H8O7.H2O/210,14 Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat asam agak higroskopik, merapuh dalam udara kering dan panas Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol(95%) p, sukar larut dalam eter p Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai sampel 5. Asam Sulfat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 58) Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM Nama Lain : Asam Sulfat RM/BM : H2SO4/98,07 Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : sebagai zat tambahan 6. Besi (III) klorida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 659) Nama resmi : FERRI CLORIDUM Nama lain : besi (III) klorida RM/BM : FeCl3/162,5
  • 13. Pemerian : hablur atau serbuk hablur hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam Hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban Kelarutan : larut dalam air larutan beropalesensi berwarna jingga Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai zat tambahan 7. Etanol ( Farmakope Indonesia Ed.III hal : 65) Nama Resmi : AETHANOLUM Nama Lain : Etanaol Atau Alkohol RM/BM : C2H6O/242,4 Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas,rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala api biru yang tidak berasap Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter p Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api Kegunaan : sebagai zat tambahan 8. Kalium Permanganat (Farmakope Indonesia Ed.III hal 331) Nama Resmi : KALII PERMANGANAS Nama Lain : Kalium Permanganate RM/BM : KMnO4/158,03 Pemerian : hablur mengkilap, ungu tua atau hamper hitam, tidak berbau rasa sepat Kelarutan : larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
  • 14. Kegunaan : sebagai sampel 9. Natrium Bikarbonat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 424) Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS Nama Lain : Natrium Bikarbonat atau Natrium Subkarbonat RM/BM : NaHCO3/84,01 Pemerian : serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram, tidak berbau, rasa asin Kelarutan : larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) p Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai sampel 10. Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 412) Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM Nama Lain : Natrium Hidroksida RM/BM : NaOH/40,00 Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur ataukeeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah melelh basa. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai penitran 11. Tembaga (II) sulfat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 731) Nama resmi : CUPRII SULFAT Nama lain : tembaga (II) sulfat RM/BM : CuSO4/249,68 Pemerian : prisma triklinik atau serbuk hablur biru
  • 15. Kelarutan : larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian gliserol p, sangat sukar larut dalam Etanol (95%) P Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : sebagi zat tambahan 12. Vanilin (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 632) Nama Resmi : VANILLINUM Nama Lain : Vanillin RM/BM : C3H8O3/152,15 Pemerian : hablur halus berbentuk jarum, putih hingga agak kuning, rasa dan bau khas Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam etanol (95%) p,dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam gliserol p Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya Kegunaan : sebagai zat tambahan
  • 16. BAB III METODE KERJA III.1. Alat Dan Bahan III.1.1 Alat Adapun alat-alat yang di gunakan dalam pratikum tersebut yaitu ; Erlenmeyer, gelas kimia, gegep,hot plat, klem, kaca arloji, pipet skala, pipet tetes, statif, tabung reaksi, timbangan analitik. III.1.2. Bahan Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam pratikum tersebut yaitu, C2H6O, C6H8O7 (Asam Sitrat), C2H4O2 (Asam Asetat), C7H6O3 (Asam Salisilat), CaCL2 (Kalsium Klorida), FeCL3, Formalin, H2SO4 (Asam Sulfat), HCL (Asam Klorida), HNO3 (Asam Nitrat), H2O (Aquadest), Indikator fenoptelein, Indikator metil merah, KMnO4 (Kalium Permanganat), Mg2SO4 (Magnesium Sulfat), MeOH (Metanol), NH3 (amonia), NaOH (Natrium Hidroksida), NaHCO3 (NatriumBikarbonat), Pereaksi cuprifil, Raksa (III) sulfat. III.2. Cara Kerja III.2.1Analisa Asam Sitrat( ) A. Kualitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukan asam sitrat ke dalam tabung reaksi secukupnya d tambahkan larutan 3 駒3 3. Dimasukan vanillin ke dalam tabung reaksi kemudian di tambahkan alkohol
  • 17. 4. Di masukan ke dalam cawan porselin kemudian di uapkan, kemudian ditambahkan 2 4 pekat. B. Kuantitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang asam sitrat 300mg 3. Dimasukan ke dalam gelas beker kemudian di larutkan dengan 100 ml 2 4. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer kemudian di tambahkan indikator penoftelein 5. Dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N 6. Titik akhir titrasi bening-pink III.2.2 Analisis Asam Salisilat ( ) A. Kualitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukan asam salisilat ke dalam tabung reaksi di tambahkan 告駒3 kemudian d tambahkan alkohol 3. Dimasukan asam salisilat ke dalam tabung reaksi ditambahkan etanol kemudian di tambahkan 2 4 B. Kuantitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang 250 mg asam salisilat kemudian d masukan ke dalam gelas beker 3. Dimasukan etanol netral 95% ke dalam gelas beker 15 ml di tambahkan 2 20 ml 4. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer di tambahkan indikator fenoptelein
  • 18. 5. Dimasukan larutan NaOH kedalam buret kemudian di titrasi larutan III.2.3 Analisis Natrium Bikarbonat( ) A. Kualitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukan sampel ke dalam cawan porselin di tambahkan alkohol,kemudian di bakar 3. Dimasukan Natrium bikarbonat di masukan ke dalam tabung reaksi kemudin di didihkan d atas hot plat 4. Dimasukan Natrium bikarbonat ke dalam tabung reaksi,di tambahkan 駒駒2kemudian di tambahkan 3 B. Kuantitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang natrium bikarbonat 500mg,dimsukan ke dalam gelas beker,kemudian di tambahkan 2 100ml 3. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer,di tambahkan indikator metil merah 2-3 tetes 4. Dimasukan larutan HCl 0,1 N ke dalam buret kemudin titrasi larutan natrium bikarbonat 5. Titik akhir titrasi bening-pink 6. Dipanaskan larutan di atas hot plat hingga mendidih 7. Didinginkan larutan
  • 19. BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1. Tabel Pengamatan A. Analisis Kualitatif Identifikasi Asam Sitrat Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan 1. Asan sitrat + FeCl3 2. Asam Sitrat + prx cuprifil + CuSO4 + vanilin + alkohol 70 % uapkan + H2SO4 Kuning Biru Muda Biru Hijau B. Identifikasi Asam Salisilat Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan 1. As. Salisilat + FeCl3 + Alkohol 2. As. Salisilat + MeOH + H2SO4 P (dipanaskan ) 3. As. Salisilat + NaOH 4. As. Salisilat + HCl 5. As. Salisilat + Formalin + H2SO4 P 6. As. Salisilat + HNO3P Ungu Ungu Bau Metil Salisilat Larut Endapan putih Merah Rose Endapan Kuning
  • 20. C. Identifikasi Natrium Bikarbonat Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan 1. Nat. Bikarbonat + Alkohol 70 % (dibakar) 2. Nat. Bikarbonat + MgSO4 3. Nat. Bikarbonat + CaCl2 P Nyala Kuning Endapan Putih Larutan Warna Putih Analisis Kuantitatif Rep Data penimbangan/pengukuran Volume Titrasi Volume Blanko Kadar Sampel 1 Asam Sitrat I 300 mg 1,1 1,467 % II 300 mg 8,2 10,933% III - - Rata-rata Sampel 2 Asam Salisilat I 2,5 g 16,3 2,609% II - - III - - Rata-rata Sampel 3 NaHCO3 I 2,5 g 3,1 0,496 II - - III - - Rata-rata
  • 21. BAB V PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini kita menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pada percobaan kualitatif dimana kita akan menganalisa perubahan warna dari suatu larutan. Pada percobaan asam sitrat, dimana asam sitrat ditambah dengan larutan 告駒3 menghasilkan warna kuning, kedua asam sitrat ditambah dengan pereaksi cupril menghasilkan warna biru muda, kemudia di tambah lagi dengan vanillin dan alcohol di uapkan sampai alcohol habis setelah itu di tambahkan 2 4 P menghasilkan warna biru hijau Kemudian pada percobaan asam salisilat, sampel di tambah dengan 告駒3 warnanya ungu kemudian di tambah alkohol warnanya tetap, yang kedua sampel di tambah methanol kemudian di tambah lagi dengan 2 4 menghasilkan bau metal salisilat, yang ketiga yaitu reaksi penagasan. Pertama, sampel ditambah NaOH dia akan larut. Kedua, sampel di tambah HCl maka akan menghasilkan endapan putih. Ketiga, sampel di tambah dengan formalin kemudian di tambah 2 4 maka akan menghasilkan warna merah. Terakhir sampel ditambah dengan 諮3 dia akan menghasilkan endapan kuning. Pada percobaan Natrium bikarbonat, untuk Natrium (Na) pertama sampel di tambah dengan alkohol kemudian di bakar maka menghasilkan nyala api kuning. Kedua, sampel di oven akan menbenntuk Kristal kemudian di tambahkan dengan alkohol kemudian di bakar maka akan membentuk nyala api kuning. Kemudian untuk Bicarbonat, pertama larutan bicarbonate di tambah 4 di didihkan maka akan menghasilkan endapan putih. Kedua, larutan
  • 22. bicarbonate di tambah 駒駒2 kemudian di tambah lagi dengan 3 akan menghasilkan endapan putih. Sedangkan pada analisa kuantitatif kita akan menetukan kadar dari sampel tersebut. Pada penentuan kadar asam Sitrat menggunakan metode asidimetri dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan indicator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.Volume yang dipelukan untuk menitrasi Asam Sitrat 300 mg adalah 1,1 mL. Dari data tersebut didapatkan kadarnya. Pada penentuan kadar asam salisilat 2,5 g menggunakan metode asidimetri dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan indicator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Volume yang dipelukan untuk menitrasi asam salisilat 2,5 g adalah 16,3 mL. Pada penentuan kadar natrium Bikarbonat 2,5 g menggunakan metode alkalimetri dimana menggunakan HCl 0,1 N dengan indicator metil merah sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan warna dari merah menjadi menjadi kuning. Volume yang dipelukan untuk menitrasi natrium bikarbonat 2,5 g adalah 3,1 mL.
  • 23. BAB VI PENUTUP VI. Kesimpulan Adapun hasil kesimpulan dari percobaan ini adalah : 1. Asam Salisilat, Asam Sitrat, dan Natrium Bikarbonat teridentifikasi karena setelah di tambahkan senyawa atau zat lain terjadi warna yang diinginkan. 2. Pada asam sitrat penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.Volume yang dipelukan untuk menitrasi Asam Sitrat 300 mg adalah 1,1 mL. Dari data tersebut didapatkan kadarnya. Begitupun pada percobaan asam salisilat dan natrium bikarbonat. V.2 Saran Untuk Dosen, sebaiknya dosen dapat mendampingi praktikan saat praktikum berlangsung. Untuk Asisten, Sebaiknya asisten dapat meringan kan lagi tugasnya jangan sampai 35 lembar, kami berharap ada keringanan. Untuk Laboratorium, sebaiknya alat dan bahan yang ada di Lab lebih di perhatikan lagi.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik. Kedokteran. EGC. Jakarta. Day, R.A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga. Jakarta. Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta. Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB. Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta. Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi dua. Binarupa Aksara. Jakarta. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widihati, I Gede. 2008. Adsorpsi Anion Cr(VI) Oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam dan Tersalut Fe2O3. Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Suirta, I.W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam Titrasi. Jurusan Kimia F-MIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran.