1. ASPEK KEMANUSIAAN PADA PERUMAHAN DENGAN KEPADATAN TINGGI Masalah kepadatan kurang diperhatikan dibandingkan perencanaan kota. Kepadatan dipandang sebagai ukuran. Jumlah rumah tidak bisa dijadikan pedoman ukuran tingkat kepadatan Flat-flat adalah tempat berkepadatan tinggi. Flat orang kaya : Lahan luas Gedung pencakar langit, gaya Corbusier Pelayanan baik Penghuni menikmatinya Kehidupan keluarga berjalan baik : bisa berekreasi, hubungan ibu dan anak dekat, berbelanja nyaman, pendidikan anak terjamin Flat orang miskin yang dibangun pemerintah terdapat banyak hal-hal yang tidak menyenangkan.
2. Rumah-rumah di pinggiran kota Memiliki privacy tinggi Bebas dari kebisingan (lalu lintas, tetangga) Bebas membuat kebisingan Hubungan yang baik dalam pergaulan Ruang terbuka, kebun disekitarnya DAPATKAH fasilitas tersebut disediakan bagi penghuni kota dengan kepadatan tinggi (flat) bagi yang tidak mampu?
3. BISA, JIKA Fasilitas tersebut dimasukkan dalam perencanaan dan tidak dikurangi demi alasan apapun (finansial, prioritas, dll) Privacy bisa diatasi dengan desain yang baik : penempatan jendela, perkiraan pemanfaatan ruang siang-malam, penyekatan suara, peredam pada plafond, struktur yang sesuai, dll. Pembuangan sampah : disediakan tempat pembuangan, mudah diakses, dilengkapi dengan sampah terpisah
4. Masalah arsitektural bukan sekedar desain bagu, yang terpenting : kenyamanan, ketentraman, penghematan pemeliharaan, misal: jendela dengan double glazing, mudah dibuka, ada pengaman, akses balkon yang luas Kebutuhan untuk anak harus mendapat pertimbangan lebih Fasilitas bermain bagi balita dalam jangkauan orang tua Melalui bermain anak belajar tentang hubungan sosial yang kooperatif, agar tidak menjadi gangguan ketika dewasa akibat tidak terdapat peluang bermain Menjadi tugas arsitek Merencanakan akses pada tempat bermain dan mengatasi kebisingan yang diakibatkan Mempunyai andil dalam masalah banyaknya ibu rumah tangga yang stress Turut berpartisipasi secara tak langsung dalam pembentukan komunitas : Banyak penghuni mengubah rumah dan menghancurkan lingkungan, mendirikan rumah-rumah liar, sehingga arsitek harus menyediakan ruang-ruang bagi komunitas
5. KEPUASAN HIDUP Flat bukan tempat yang baik bagi anak-anak Flat cocok bagi pria, wanita yang hidupnya untuk kerja, teman dan senang-senang Flat tidak cocok bagi keluarga besar Penghuni tidak dapat mengubah atau menambah serambi dan gudang Ketergantungan dengan lift (berbahaya, mahal) Banyak flat-flat menjadi MENURUN kualitas perumahannya, investasi yang sia-sia. Tidak dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya
6. SEBUAH KASUS DI SPITAFIELD Kota diluar London, dengan kepadatan tinggi Sejarahnya ; dahulu kota kuno, terjadi perubahan dari pertanian ke perdagangan dan seniman, banyak pendatang (Hugueuot, Irlandia, Yahudi), kemudian diambil alih orang Bagali dengan berpijak pada perindustrian. Dan menjadi tempat yang asing bagi masyarakatnya Kota tersebut juga menarik minat orang Kristen, Yahudi, Sekuler. Banyak gelandangan, pemabuk, tidak ada tempat bermain Terjadi URBAN CRISIS Pemerintah berusaha menyelesaikan : Menyediakan dana besar, warga antusias, rumah tidak masuk dalam agenda, membentuk komisi konsultatif tanpa hak voting Proyek yang ada hanya untuk memperoleh dana Home Office, untuk menghabiskan uang bantuan, tanpa keterlibatan masyarakat, mengabaikan organisasi sukarelawan (LSM) Proyek yang ada tidak terdapat fasilitas yang layak (KM, udara lembab merembes dinding, banyak tikus pada kantong-kantong sampah Terjadi perbedaan ras, imigran tergusur Jalan menjadi padat Yang diinginkan Masyarakat Pembangunan pelayanan kota (penanganan sampah, ruang terbuka hijau, dll Dana dikelola organisasi sukarelawan, pemerintah hanya mengatur dan membuat undang-undang