Makalah ini membahas tentang bahaya merokok yang tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan tetapi juga menyebabkan kemiskinan bangsa. Merokok dapat mengakibatkan gizi buruk pada anak karena orang tua lebih mengutamakan membeli rokok daripada makanan bergizi. Akhirnya disimpulkan bahwa merokok perlu dihindari karena dapat menyebabkan kemiskinan dan anjuran untuk memiliki pergaulan yang
2. BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Merokok merupakan suatu realitas masyarakat modern yang tidak bisa
dihindarkan. Banyak sekali kalangan remaja hingga dewasa gemar merokok, bahkan
anak usia dini pun tak jarang kedapatan menghisap benda berbahaya tersebut. Bahkan
diantara mereka mulai mengalami ketagihan. Bahaya akan rokok sudah jelas dapat
merusak organ tubuh tiap manusia yang mengkonsumsi, bahkan di abad 20 sekitar 100
juta orang telah meninggal akibat rokok. Lima ratus juta orang dewasa yang hidup di
muka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok dan kalau trend ini terus berjalan
maka di abad 21 akan ada 1 milyar orang yang meninggal akibat rokok.
Bahaya merokok bukan hanya masalah kesehatan, juga masalah kemiskinan
Secara kasat mata, jika kita melihat kehidupan masyarakat miskin, maka kita tidak
terlalu sulit menemukan para kepala keluarga miskin (Gakin) mengkonsumsi rokok.
Bahkan di kalangan masyarakat miskin, rokok dianggap sebagai "obat stress" dari
himpitan kemiskinan. Kepala keluarga miskin lebih mengutamakan kebutuhan "hisap
asap" daripada memberikan konsumsi gizi yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, tak
heran jika keluarga miskin identik dengan gizi buruk. Bagaimana mau memperbaiki
kesehatan anak dan Gakin, jika salah satu anggotanya masih menjadi perokok aktif.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
Mengetahui pengertian rokok
Mengetahui kandungan zat yang terdapat pada rokok
Mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan kemiskinan bangsa
3. BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (
bervariasi tergantung negara ) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual
dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan
mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan
tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru
atau serangan jantung.
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok yaitu :
Klobot, rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
Kawung, rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
Sigaret, rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
B. Kandungan rokok
Rokok dikenal mempunyai efek yang merugikan tulang dan kulit. Anda mungkin
terkejut untuk menemukan nama beberapa bahan kimia dalam asap rokok. Beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut :
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
Benzene juga dikenal sebagai bensol merupakan senyawa kimia organik
yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna.
4. Cadmium sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif yang
ditemukan baterai.
Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang juga
dikenal sebagai metil alkohol.
Asetilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las) merupakan
senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang
paling sederhana.
Amonia ditemukan di mana-mana di lingkungan tetapi sangat beracun
dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan asap yang dihasilkan rokok mengandung tar. Tar itu sendiri
mengandung banyak bahan beracun ke dalam tubuh. Ini adalah
substansi, tebal lengket, dan ketika menghirup itu melekat pada rambut-
rambut kecil di paru- paru.
C. merokok penyebab kemiskinan bangsa
Salah satu persoalan krusial yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah
kemiskinan. Berdasarkan data BPS 2010, saat ini angka kemiskinan Indonesia mencapai
32 juta jiwa atau sekitar 16%. Menurut Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan yang menjadi
salah satu pembicara dalam sebuah seminar Asia Pasific Conference on Tobacco of
Health (APACT) di Sydney, Australia yang berlangsung 6-9 Oktober 2010, mengatakan
konsumsi tembakau, terutama rokok, memperburuk kemiskinan. Karena itu, kondisi ini
harus menjadi kekhawatiran, terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia,
sebagai negara pengkonsumsi rokok ketiga terbesar di dunia setelah China dan India.
Secara kasat mata, jika kita melihat kehidupan masyarakat miskin, maka kita
tidak terlalu sulit menemukan para kepala keluarga miskin (Gakin) mengkonsumsi rokok.
Bahkan di kalangan masyarakat miskin, rokok dianggap sebagai "obat stress" dari
himpitan kemiskinan. Kepala keluarga miskin lebih mengutamakan kebutuhan "hisap
asap" daripada memberikan konsumsi gizi yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, tak
heran jika keluarga miskin identik dengan gizi buruk. Bagaimana mau memperbaiki
kesehatan anak dan Gakin, jika salah satu anggotanya masih menjadi perokok aktif.
5. Menurut Sekjen KOMNAS Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, dari angka kematian
balita sebesar 162.000 per tahun sesuai data Unicief 2006, konsumsi rokok pada Gakin
telah menyumbang 32.400 kematian setiap tahun atau hampir 90 kematian balita per
hari. Hal ini ditegaskan dengan Survey tahun 1999-2003 yang menemukan, pada lebih
dari 175.000 Gakin perkotaan di Indonesia yang di survey, tiga dari empat keluarga
(73,8%) adalah perokok aktif.
Studi sejenis tahun 2002-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin
perkotaan dan pedesaan membuktikan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada
keluarga yang dengan orangtua merokok daripada tidak merokok. Kerugian yang
diderita anak akibat merokok tidak hanya permasalaan malnutrisi. Ketika mereka
meranjak remaja, kembali rokok menjadi suatu pokok persoalan yang mendera mereka
kerena mereka menjadi target sasaran iklan rokok.
Perilaku merokok pada sebuah keluarga miskin mengakibatkan gizi buruk pada
anak karena orang tua lebih mengutamakan membeli rokok dibandingkan dengan
membeli beras, telor, ikan, dan makanan bergizi lainnya. Belanja rokok telah menggeser
kebutuhan terhadap makanan bergizi yang esensial untuk tumbuh kembang anak balita.
Tingginya angka balita yang bergizi buruk tentunya akan berpotensi meningkatkan angka
kematian balita. Dalam hal angka kematian bayi, Indonesia (31/1.000 kelahiran) hanya
lebih baik dibandingkan dengan Kamboja (97/1.000) dan Laos (82/1.000). Jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, kita masih tertinggal. Singapura dan Malaysia
memiliki angka kematian bayi amat rendah, masing-masing 3 dan 7 per 1.000 kelahiran.
Ini menunjukkan besarnya perhatian negara itu terhadap masalah gizi dan kesehatan
yang dihadapi anak-anak.
6. BAB 3
KESIMPULAN
A. kesimpulan
berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa merokok tidak hanya
berbahaya bagi kesehatan, tapi juga dapat menyebabkan kemiskinan bangsa karena
kebiasaan buruk merokok. Itulah alasannya mengapa rokok diharamkan oleh MUI.
B. Saran
Isi jiwa dan raga anda dengan kerohanian.
Hal yang paling perlu di lakukan adalah menyadari bahwa merokok itu membuat
kitaterikat dengan rokok dan itu bearti berdosa. Dosa itu adalah kejahatan di mata
Tuhan. kita berhenti merokok,kita bukan hanya menjaga tubuh kita tatap sehat,tetapi
menyenangkan hati Tuhan juga.Oleh karena itu berhentilah meroko,lakukan dengan
kekuatan dan niat yang tulus dan minta pertolongan Tuhan. Niscaya Pasti bisa.
Mulailah dengan pergaulan yang sehat
Pergaulan yang buruk akan membawa pada kebiasaan yang buruk.Jadi berusahalah
jauhi teman- teman yang merokok,tapi bukan bearti memutuskan hubungannya sebagai
teman. Bila di tawari katakan dengan sungguh- sungguh bahwa kamu sendiri sudah
berhenti merokok dengan perasaan bangga. Sebab mereka juga pasti ingin berhenti tapi
tidak mampu saja.Daripada sendiri tertular dan menjadi perokok pasif yangpada
akhirnya dapat terkena dampak negatifnya juga dari rokok,lebih baik menjauh. Mulailah
memiliki pergaulan yang sehat bukan hanya demi menjaga kesehatan, namun juga tidak
menghamburkan uang hanya untuk membeli rokok.