際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai salah satu daerah penghasil komoditas karet di Indonesia,
Kalimantan Tengah memiliki potensi yang besar bagi pengembangan tanaman karet.
Hal ini juga didukung oleh letak geografis dan kondisi iklim yang cocok untuk
petumbuhan karet di wilayah tersebut. Semenjak tahun 2007 ketersediaan lahan
untuk pengembangan industri karet di Kalimantan Tengah cukup besar, lahan yang
sudah dimanfaatkan untuk menanam karet sekitar 346.510 Ha, sedangkan sisa lahan
yang tersedia sekitar 47.665 Ha, dengan status lahan sebagian besar berstatus tanah
negara.1
Sementara itu, untuk mendukung upaya percepatan perkebunan rakyat,
pemerintah melakukan program revitalisasi perkebunan, melalui kegiatan perluasan,
peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung penyediaan dana
kredit investasi dan subsidi bunga, dengan melibatkan pemerintah dan Perkebunan
Besar sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil
usaha masyarakat. Rencana revitalisasi perkebunan rakyat di Kalimantan Tengah
sampai dengan tahun 2010, khusus untuk perkebunan karet dialokasikan sekitar
15.000 hektar.2
Berdasarkan luas lahan yang dimanfaatkan untuk areal tanaman karet di
Kalimantan Tengah masih didominasi oleh pola perkebunan rakyat yang dikelola dan
1
2

No Name, potensidaerah.ugm.ac.id/.../p18_..., t.th. 2
Ibid

1
2

dikembangkan secara tradisional dan bersifat alamiah. Di samping mempunyai
manfaat ekonomis, tanaman karet juga memiliki potensi sebagai aset sosial. Aset
sosial di sini dapat diartikan sebagai nilai kultural dan kearifan lokal yang masih
dianut oleh masyarakat hingga saat ini, misalnya dapat dilihat dari sistem
pemanfaatan lahan, sistem pengelolaan sampai pada usaha mempertahankan sistem
keutuhan nilai-nilai kehidupan sosial budaya.
Bagi para petani tradisional tanaman karet di Desa Hanua dan Desa Ramang,
sistem pengelolaan dan pengembangan tanaman karet tetap mengandalkan pada
potensi hutan luas yang dikelola secara semi permanen, bukan pada sistem
pengelolaan perkebunan secara modern sebagaimana lajimnya yang dikembangkan
di negara-negara maju. Hal ini berdampak pada nilai jual hasil produksi rakyat yang
sangat rendah.
Dalam pengelolaan perkebunan karet ini, dalam masyarakat Dayak Ngaju
tidak asing menemukan partisipasi perempuan dalam proses produksinya.
Persoalannya, dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemerintah, seperti
bantuan perkreditan atau subsidi bagi masyarakat, acap kali perempuan tidak terlibat
atau dilibatkan di dalamnya. Padahal, dalam kegiatan produksi petani penyadap karet
harian, perempuan sangat terlibat.
Tenaga kerja perempuan sebagai gender kelas dua, selain menerima dampak
ekonomi yakni rendahnya nilai jual hasil produksi karet, akibat pengelolaan masih
bersifat tradisonal. Juga secara sosial kultural, menerima ketidakadilan gender yang
berasal dari anggapan bahwa dalam urusan publik, seperti program perkreditan dan
perencanaan subsidi, tidak perlu dilibatkan. Akibatnya, perempuan mengalami
marginalisasi ekonomi dan sosial sekaligus.
3

Berdasarkan hal di atas, menarik untuk mencari tahu peran perempuan dan
laki-laki dalam pengelolaan sumber daya alam produktif, dalam hal ini adalah
perkebunan karet tradisional. Untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan
dan sumber daya alam yang dikuasai perempuan dan laki-laki. Dengan tujuan untuk
memperkuat perspektif gender dalam kegiatan perancangan program bagi rakyat.
Agar rancangan program yang dilaksanakan tidak hanya berdasarkan kerangka
berpikir perancang program. Hal ini sangat terkait dengan sejauh mana perspektif
gender dimiliki oleh perancang program.
Perancangan dan implementasi program yang tidak didasarkan pada
informasi yang akurat tentang pembagian peran antara perempuan dan laki-laki di
wilayah program akan berdampak pada tidak ada kesetaraan dan keadilan gender
dalam pengembangan program, sehingga dapat dikatakan program tersebut tidak
efektif bagi rakyat. Untuk itu, analisa gender diperlukan untuk memperkuat
pemahaman program yang perspektif gender. Analisis gender ini menggunakan
analisis Gender Harvard untuk melihat profil peran gender dalam kelompok sosial
masyarakat.
Penelitian ini mengajukan judul PERAN PETANI PENYADAP KARET
PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM PRODUKTIF (Analisis Gender (Harvard) pada Masyarakat Petani Penyadap
Karet di Desa Hanua dan Ramang Kec. Banama Tingang kab. Pulang Pisau).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas, maka penelitian ini akan
memahami persoalan sebagai berikut:
4

a. Bagaimana gambaran profil peran gender atau pembagian kerja antara perempuan
dan laki-laki dalam usaha produksi petani penyadap karet di Desa Hanua dan
Desa Ramang?
b. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi partisipasi
perempuan dalam program usaha produktif petani penyadap karet di Desa Hanua
dan Desa Ramang?
1.3. Batasan masalah
Ruang lingkup dan batasan masalah penelitian ini sebagai berikut:
a. Menampilkan deskripsi tentang profil peran gender dalam pengelolaan sumber
daya produktif sebanyak 20 keluarga petani-penyadap karet di Desa Hanua dan
Desa Ramang.
b. Mendeskripsikan kondisi peran gender dalam kategori aktifitas, akses dan kontrol
laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam produktif
perkebunan karet rakyat yang dikelola secara tradisional dan semi modern.
c. Memaparkan variabel-variabel yang termasuk dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman gender terhadap peran gender masyarakat.
1.4. Asumsi Sementara
Berdasarkan pendekatan dan konsep di atas, maka terdapat asumsi sementara
terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam
produktif, yakni:
1. Terdapat pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan sumber
daya produktif (petani-penyadap karet), baik dalam aktivitas yang dilakukan,
maupun akses dan kontrol terhadap hasil produksinya.
5

2. Perempuan memiliki memiliki akses dan kontrol yang lebih terbatas terhadap
pengelolaan hasil produksi dan pemanfaatannya.
5

2. Perempuan memiliki memiliki akses dan kontrol yang lebih terbatas terhadap
pengelolaan hasil produksi dan pemanfaatannya.

More Related Content

What's hot (20)

PPTX
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
Nestri Yuniardi
PPT
Penyuluhan Pertanian
Sri Wahyuni
PPTX
Penyuluhan pertanian
tita siti rosita
PPTX
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Syahyuti Si-Buyuang
PPTX
2 disertasi (syahyuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PDF
Bahan ajar dpkp 2015
Andrew Hutabarat
DOCX
Studi banding tentang pertanian
Operator Warnet Vast Raha
PPTX
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPTX
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPT
Kontrak kuliah penyuluhan pertanian
Herry Mulyadie
PDF
Martani Edisi 2
Komunitas Averroes
DOC
Studi banding
Operator Warnet Vast Raha
PPTX
Kelembagaan rawa lebak (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPT
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
Lia Kristiana
PPTX
Krkp 22 mei 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPTX
Bimtek psekp 4 rekayasa kelembagaan agb (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPTX
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Herry Mulyadie
PPTX
Penyuluhan modern slideshare (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPTX
Korporasi petani lp3 es 11 nov 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
PPTX
Pelatihan Content Writing dan Phonegraphy
Ziadah Ziad
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
Nestri Yuniardi
Penyuluhan Pertanian
Sri Wahyuni
Penyuluhan pertanian
tita siti rosita
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Syahyuti Si-Buyuang
2 disertasi (syahyuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Bahan ajar dpkp 2015
Andrew Hutabarat
Studi banding tentang pertanian
Operator Warnet Vast Raha
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Kontrak kuliah penyuluhan pertanian
Herry Mulyadie
Martani Edisi 2
Komunitas Averroes
Kelembagaan rawa lebak (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
Lia Kristiana
Krkp 22 mei 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Bimtek psekp 4 rekayasa kelembagaan agb (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Herry Mulyadie
Penyuluhan modern slideshare (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Korporasi petani lp3 es 11 nov 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
Pelatihan Content Writing dan Phonegraphy
Ziadah Ziad

More from evinurleni (20)

DOCX
Abstrak,daftr isi,dll
evinurleni
DOC
Lampiran
evinurleni
DOCX
Cover
evinurleni
DOCX
Pertanyaan penelitian
evinurleni
DOC
Bab vi
evinurleni
DOC
Bab iv
evinurleni
DOC
Bab iii
evinurleni
DOC
Bab ii
evinurleni
DOC
Bab ii
evinurleni
DOC
Lampiran
evinurleni
DOCX
Abstrak,daftr isi,dll
evinurleni
DOCX
Abstrak,daftr isi,dll
evinurleni
PPTX
7. kapital sosial
evinurleni
PPTX
6. guru
evinurleni
PPTX
4. ruang kelas
evinurleni
PPTX
3. sosialisasi
evinurleni
PPTX
2. pendekatan pendidikan
evinurleni
PPTX
8. outline sak
evinurleni
PPTX
7. merumuskan masalah
evinurleni
PPTX
6. kertas dan huruf
evinurleni
Abstrak,daftr isi,dll
evinurleni
Lampiran
evinurleni
Cover
evinurleni
Pertanyaan penelitian
evinurleni
Bab vi
evinurleni
Bab iv
evinurleni
Bab iii
evinurleni
Bab ii
evinurleni
Bab ii
evinurleni
Lampiran
evinurleni
Abstrak,daftr isi,dll
evinurleni
Abstrak,daftr isi,dll
evinurleni
7. kapital sosial
evinurleni
6. guru
evinurleni
4. ruang kelas
evinurleni
3. sosialisasi
evinurleni
2. pendekatan pendidikan
evinurleni
8. outline sak
evinurleni
7. merumuskan masalah
evinurleni
6. kertas dan huruf
evinurleni
Ad

Bab i

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu daerah penghasil komoditas karet di Indonesia, Kalimantan Tengah memiliki potensi yang besar bagi pengembangan tanaman karet. Hal ini juga didukung oleh letak geografis dan kondisi iklim yang cocok untuk petumbuhan karet di wilayah tersebut. Semenjak tahun 2007 ketersediaan lahan untuk pengembangan industri karet di Kalimantan Tengah cukup besar, lahan yang sudah dimanfaatkan untuk menanam karet sekitar 346.510 Ha, sedangkan sisa lahan yang tersedia sekitar 47.665 Ha, dengan status lahan sebagian besar berstatus tanah negara.1 Sementara itu, untuk mendukung upaya percepatan perkebunan rakyat, pemerintah melakukan program revitalisasi perkebunan, melalui kegiatan perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung penyediaan dana kredit investasi dan subsidi bunga, dengan melibatkan pemerintah dan Perkebunan Besar sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil usaha masyarakat. Rencana revitalisasi perkebunan rakyat di Kalimantan Tengah sampai dengan tahun 2010, khusus untuk perkebunan karet dialokasikan sekitar 15.000 hektar.2 Berdasarkan luas lahan yang dimanfaatkan untuk areal tanaman karet di Kalimantan Tengah masih didominasi oleh pola perkebunan rakyat yang dikelola dan 1 2 No Name, potensidaerah.ugm.ac.id/.../p18_..., t.th. 2 Ibid 1
  • 2. 2 dikembangkan secara tradisional dan bersifat alamiah. Di samping mempunyai manfaat ekonomis, tanaman karet juga memiliki potensi sebagai aset sosial. Aset sosial di sini dapat diartikan sebagai nilai kultural dan kearifan lokal yang masih dianut oleh masyarakat hingga saat ini, misalnya dapat dilihat dari sistem pemanfaatan lahan, sistem pengelolaan sampai pada usaha mempertahankan sistem keutuhan nilai-nilai kehidupan sosial budaya. Bagi para petani tradisional tanaman karet di Desa Hanua dan Desa Ramang, sistem pengelolaan dan pengembangan tanaman karet tetap mengandalkan pada potensi hutan luas yang dikelola secara semi permanen, bukan pada sistem pengelolaan perkebunan secara modern sebagaimana lajimnya yang dikembangkan di negara-negara maju. Hal ini berdampak pada nilai jual hasil produksi rakyat yang sangat rendah. Dalam pengelolaan perkebunan karet ini, dalam masyarakat Dayak Ngaju tidak asing menemukan partisipasi perempuan dalam proses produksinya. Persoalannya, dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemerintah, seperti bantuan perkreditan atau subsidi bagi masyarakat, acap kali perempuan tidak terlibat atau dilibatkan di dalamnya. Padahal, dalam kegiatan produksi petani penyadap karet harian, perempuan sangat terlibat. Tenaga kerja perempuan sebagai gender kelas dua, selain menerima dampak ekonomi yakni rendahnya nilai jual hasil produksi karet, akibat pengelolaan masih bersifat tradisonal. Juga secara sosial kultural, menerima ketidakadilan gender yang berasal dari anggapan bahwa dalam urusan publik, seperti program perkreditan dan perencanaan subsidi, tidak perlu dilibatkan. Akibatnya, perempuan mengalami marginalisasi ekonomi dan sosial sekaligus.
  • 3. 3 Berdasarkan hal di atas, menarik untuk mencari tahu peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan sumber daya alam produktif, dalam hal ini adalah perkebunan karet tradisional. Untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dan sumber daya alam yang dikuasai perempuan dan laki-laki. Dengan tujuan untuk memperkuat perspektif gender dalam kegiatan perancangan program bagi rakyat. Agar rancangan program yang dilaksanakan tidak hanya berdasarkan kerangka berpikir perancang program. Hal ini sangat terkait dengan sejauh mana perspektif gender dimiliki oleh perancang program. Perancangan dan implementasi program yang tidak didasarkan pada informasi yang akurat tentang pembagian peran antara perempuan dan laki-laki di wilayah program akan berdampak pada tidak ada kesetaraan dan keadilan gender dalam pengembangan program, sehingga dapat dikatakan program tersebut tidak efektif bagi rakyat. Untuk itu, analisa gender diperlukan untuk memperkuat pemahaman program yang perspektif gender. Analisis gender ini menggunakan analisis Gender Harvard untuk melihat profil peran gender dalam kelompok sosial masyarakat. Penelitian ini mengajukan judul PERAN PETANI PENYADAP KARET PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM PRODUKTIF (Analisis Gender (Harvard) pada Masyarakat Petani Penyadap Karet di Desa Hanua dan Ramang Kec. Banama Tingang kab. Pulang Pisau). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas, maka penelitian ini akan memahami persoalan sebagai berikut:
  • 4. 4 a. Bagaimana gambaran profil peran gender atau pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam usaha produksi petani penyadap karet di Desa Hanua dan Desa Ramang? b. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi partisipasi perempuan dalam program usaha produktif petani penyadap karet di Desa Hanua dan Desa Ramang? 1.3. Batasan masalah Ruang lingkup dan batasan masalah penelitian ini sebagai berikut: a. Menampilkan deskripsi tentang profil peran gender dalam pengelolaan sumber daya produktif sebanyak 20 keluarga petani-penyadap karet di Desa Hanua dan Desa Ramang. b. Mendeskripsikan kondisi peran gender dalam kategori aktifitas, akses dan kontrol laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam produktif perkebunan karet rakyat yang dikelola secara tradisional dan semi modern. c. Memaparkan variabel-variabel yang termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman gender terhadap peran gender masyarakat. 1.4. Asumsi Sementara Berdasarkan pendekatan dan konsep di atas, maka terdapat asumsi sementara terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam produktif, yakni: 1. Terdapat pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan sumber daya produktif (petani-penyadap karet), baik dalam aktivitas yang dilakukan, maupun akses dan kontrol terhadap hasil produksinya.
  • 5. 5 2. Perempuan memiliki memiliki akses dan kontrol yang lebih terbatas terhadap pengelolaan hasil produksi dan pemanfaatannya.
  • 6. 5 2. Perempuan memiliki memiliki akses dan kontrol yang lebih terbatas terhadap pengelolaan hasil produksi dan pemanfaatannya.