際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Iin Laksmini Baba
No. Stambuk : 11 16 777 14 104
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul Referat : Kista Dentigerous
Bagian : Ilmu Radiologi
Bagian Ilmu Radiologi
RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat
Palu, Mei 2017
Pembimbing Mahasiswa
dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad Iin Laksmini Baba,S.Ked
KPM Ilmu Radiologi
dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad
BAB I
PENDAHULUAN
Kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan, bahan
setengah cair atau padat dan seringkali dibatasi oleh lapisan epitel dan
bagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat serta pembuluh darah.
Berdasarkan klasifikasi WHO kista dentigerous merupakan kista dari
lapisan epitel pada rahang yang terjadi karena proses
pertumbuhannya. Kista dentigerous berasal dari dental follicle gigi
yang tidak mengalami erupsi atau sedang dalam pertumbuhan (setelah
proses kalsifikasi).(2)
Kista dentigerous dapat tumbuh membesar yang bisa
menyebabkan pembengkakan bahkan dapat terjadinya fraktur
patologis yang tanpa disertai rasa sakit kecuali bila kista tersebut
terinfeksi. Serta terdapat kecenderungan untuk menjadi
ameloblastoma. Jika kista dentigerous khususnya pada gigi molar
rahang atas membesar dan terinfeksi maka sangat memudahkan
terjadinya sinusitis maksilaris.(6)
Kista dentigerous biasanya lebih banyak ditemukan pada laki-
laki dibanding wanita dan hampir 60% dari kista ini terjadi pada
dekade dua hingga dekade tiga kehidupan. Sekitar 70% dari lesi
terjadi pada mandibula dan 30% terjadi pada maksila. Hampir 62%
terjadi pada gigi molar, 12% terjadi pada premolar, dan 12% terjadi
pada gigi kaninus dan sisanya 14% muncul pada tempat lain dalam
tulang rahang. Prevalensi kista dentigerous pada populasi kulit putih
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi kulit hitam.(5)
Etiologi kista dentigerous biasanya berhubungan dengan gigi
impaksi, gigi yang erupsinya tertunda, perkembanggan gigi, dan
odontoma.(7)
Manifestasi klinis dari kista dentigerous biasanya asimtomatik
kecuali ukurannya menjadi sangat besar (10-15cm) atau bila terjadi
infeksi sekunder sehingga akan terasa sakit. Infeksi sekunder ini
sering terjadi. Dapat pula menyebabkan ekspansi rahang.(3)
Secara radiografik aspek internal kista terlihat radiolusen kecuali
untuk mahkota gigi yang terlibat. Kista terlihat translusen dan
compressible ketika ekspansi kista menyebabkan resorpsi tulang
kortikal.(2)

More Related Content

Bab i

  • 1. HALAMAN PENGESAHAN Nama : Iin Laksmini Baba No. Stambuk : 11 16 777 14 104 Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Universitas : Alkhairaat Judul Referat : Kista Dentigerous Bagian : Ilmu Radiologi Bagian Ilmu Radiologi RSU ANUTAPURA PALU Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu, Mei 2017 Pembimbing Mahasiswa dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad Iin Laksmini Baba,S.Ked KPM Ilmu Radiologi dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan, bahan setengah cair atau padat dan seringkali dibatasi oleh lapisan epitel dan bagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat serta pembuluh darah. Berdasarkan klasifikasi WHO kista dentigerous merupakan kista dari lapisan epitel pada rahang yang terjadi karena proses pertumbuhannya. Kista dentigerous berasal dari dental follicle gigi yang tidak mengalami erupsi atau sedang dalam pertumbuhan (setelah proses kalsifikasi).(2) Kista dentigerous dapat tumbuh membesar yang bisa menyebabkan pembengkakan bahkan dapat terjadinya fraktur patologis yang tanpa disertai rasa sakit kecuali bila kista tersebut terinfeksi. Serta terdapat kecenderungan untuk menjadi ameloblastoma. Jika kista dentigerous khususnya pada gigi molar rahang atas membesar dan terinfeksi maka sangat memudahkan terjadinya sinusitis maksilaris.(6) Kista dentigerous biasanya lebih banyak ditemukan pada laki- laki dibanding wanita dan hampir 60% dari kista ini terjadi pada dekade dua hingga dekade tiga kehidupan. Sekitar 70% dari lesi terjadi pada mandibula dan 30% terjadi pada maksila. Hampir 62% terjadi pada gigi molar, 12% terjadi pada premolar, dan 12% terjadi pada gigi kaninus dan sisanya 14% muncul pada tempat lain dalam tulang rahang. Prevalensi kista dentigerous pada populasi kulit putih lebih tinggi dibandingkan dengan populasi kulit hitam.(5)
  • 3. Etiologi kista dentigerous biasanya berhubungan dengan gigi impaksi, gigi yang erupsinya tertunda, perkembanggan gigi, dan odontoma.(7) Manifestasi klinis dari kista dentigerous biasanya asimtomatik kecuali ukurannya menjadi sangat besar (10-15cm) atau bila terjadi infeksi sekunder sehingga akan terasa sakit. Infeksi sekunder ini sering terjadi. Dapat pula menyebabkan ekspansi rahang.(3) Secara radiografik aspek internal kista terlihat radiolusen kecuali untuk mahkota gigi yang terlibat. Kista terlihat translusen dan compressible ketika ekspansi kista menyebabkan resorpsi tulang kortikal.(2)