Bab ini membahas strategi pembelajaran konstruktivisme dan hasil belajar. Strategi pembelajaran konstruktivisme mencakup pengajaran berbasis masalah, kooperatif, kerja, inquiry, tugas, dan layanan. Konstruktivisme menekankan pengetahuan dibangun oleh pengalaman. Tahapan belajar mengajar konstruktivisme terdiri dari pemanasan, eksplorasi, konsolidasi, pembentukan sikap, dan penilaian. Hasil bel
1 of 9
Download to read offline
More Related Content
Bab ii
1. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas : (a) Strategi Pembelajaran , (b)
konstruktivisme , (c) tahapan belajar mengajar konstruktivisme , dan (d) Hasil
Belajar. Adapun penjelasannya :
A. Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran disekolah proses itu diperlancar,
digiatkan melalui peristiwa ¨C peristiwa (events) diluar diri siswa. Guru
mengatur even ¨C even eksternal ini dengan maksud memudahkan belajarnya
siswa, dan dengan cara beginilah pengajaran (pembelajaran) instruction
berlangsung (Gagne, 1998). Pengaturan peristiwa ¨C peristiwa ini perlu
dirancang secara seksama sehingga belajar siswa diperlancar, maju kearah
pencapaian tujuan belajar. Even ¨C even pembelajaran itu menurut Gagne
(1998) yang dikutip oleh Munandir (2001) adalah :
1. Membangkitkan perhatian dan minat
2. Memberitahukan apa tujuan belajar
3. Membantu mengingatkan kembali prasyarat belajar yang telah dikuasai
4. Menyajikan stimulus belajar
5. Memberikan bimbingan belajar
6. Membuat siswa berkinerja (merespon)
7. Memberikan balikan tentang kinerja
8. Menilai kinerja siswa
9. Menguatkan retensi (apa yang telah dipelajari) dan alih (transfer) belajar.
Menurut Hamalik (2002), mengatakan bahwa strategi merancang
sistem pengajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan prosedur
merancang sistem secara efisien. Strategi dasar dalam perencanaan meliputi :
1. Menganilisa tuntutan sistem
2. Mendesain sistem
3. Mengevaluasi dampak sistem
5
2. 6
Strategi merupakan suatu upaya, cara ataupun langkah ¨C langkah
pendekatan untuk mencapai sesuatu tujuan secara optimal. Strategi
pembelajaran merupakan cara ¨C cara yang dilakukan untuk menghasilkan
pembelajaran tersebut tercapai sesuai dengan pendekatan tujuan yang
direncanakan.
Berdasarkan pada konteks penelitian ini strategi pembelajaran
diarahkan pada strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran konstektual.
Diantaranya :
1. Pengajaran berbasis masalah
2. Pengajaran kooperatif
3. Pengajaran berbasis kerja
4. Pengajaran berbasis inquiry
5. Pengajaran berbasis tugas / proyek
6. Pengajaran berbasis jasa layanan. (Nurhadi &Senduk, 2003)
B. Konstruktivisme
Dalam pandangan konstrutivisme, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan :
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
dan
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir ( filosofi ) pembelajaran
konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangunn oleh manusia sedikit demi
sediki, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas ( sempit ( dan
3. 7
tidak sekonyong ¨C konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta ¨C fakta,
konsep atau kaidah yang sisap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata (Nurhadi,2003)
Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan yang meberikan pengakuan terhadap
keragaman siswa. Dalam pendangan pembelajaran konstruktivisme ini diakui
bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran , telah memiliki konsep kognitif,
afektif, dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman
sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa
membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru
yangsedang diperolehnya.
Prinsip konstruktivisme merupakan belajar bermakna dapat dicapai
melalui pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman. Pengalaman dalam hal
ini bukanlah pengalaman orang lain yang diabstraksikan dan dikumpulkan
dalam sebuah buku, tetap pengalaman langsung yang dilakukan sendiri.
Pengalaman itu selanjutnya harus diikuti dengan analisis dan refleksi.
Jonassen yang dikutip oleh Fahrurrazy (2000) menyatakan bahwa
dalam pandangan konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka
yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau sekurang ¨C
kurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Sebagai
implikasinya pendekatan konstruktivisme lebih menekankan bagaimana
pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan
keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyek ¨C obyek dan peristiwa
penting.
Sesungguhnya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
memiliki beberapa kelebihan , namun pada kenyataan implementasinya pada
kelas ¨C kelas pendidikan di Indonesia masih mempunyai banyak kendala. Bagi
guru kendala ¨C kendala yang dotemui diantaranya :
1. Guru ¨C guru Indonesia adalah tenanga pendidik yang telah dilatih di LPTK
dengan pendekatan tradisional dan telah melakukan proses pembelajaran
4. 8
bertahun ¨C tahun dengan pendekatan tradisional. Guru akan kesulitan
untuk mengubah pendekatann pembelajarannya dengan pembelajaran yang
baru.
2. Pembelajaran konstruktivisme memerlukan waktu yang lama untuk
menyelesaikan sebuah konsep, sedangkan sistem pendidikan menuntut
terselesainya target kurikulum.
3. Guru konstruktivisme dituntut untuk lebih kreatif dan berwawasan luas,
namun kondisi perekonomian guru membatasi akses guru, utamanya untuk
memanfaatkab perkembangan teknologi informasi.
4. Pendekatan konstruktivisme menuntut adanya perubahan sistem evaluasi,
sedangkan sistem pendidikan Indonesia masih mempergunakan sistem
evaluasi yang tradisional.
5. Guru telah terbiasa dengan kurikulum terkontrol sedangkan pendekatan
konstruktivisme memerlukan kurikulum yang fleksibel.
Dari bebrapa kendala pelaksanaan strategi pembelajaran tersebut,
diharapkan mampu diatasi oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh strategi
pembelajaran konstruksi tersebut.
C. Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme
Zamroni ( 1999 ) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya :
1) Murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran
2) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal
3) Interprestasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya
4) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan,
tetapi juga pengalihan ketrampilan dan kemampuan .
Berikut ini bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme , yang
meliputi :
1. Pemanasan apersepsi
2. Eksplorasi
3. Konsolidasi pembelajaran
5. 9
4. Pembentukan sikap dan perilaku
5. Penialaian formatif
Gambar. 2.1 Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme
ALOKASI
WAKTU
PEMANASAN ¨C APERSEPSI 5 ¨C 10 %
Tanya jawab tentang penegtahuan dan pengalaman
T
EKSPLORASI
Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman 25 ¨C 30 %
KONSOLIDASI PEMBELAJARAN 35 ¨C 40 %
Negoisasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru
PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU 10 %
Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku
10 %
PENILAIAN FORMATIF
Berdasarkan bagan tersebut di atas, dapat
Berdasarkan bagan diatas, dapat dijelaskan hal ¨C hal sebagai berikut :
1. Pemanasan Apersepsi, meliputi :
a. Pelajaran dimulai dengan hal ¨C hal yang diketahui dan dipahami siswa
b. Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi
siswa, dan
c. Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal ¨C hal yang baru.
2. Eksplorasi, meliputi :
a. Materi / Ketrampilan baru diperkenalkan
b. Kaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa, dan
6. 10
c. Mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan
penerimaan siswa akan materi baru.
3. Konsolidasi Pembelajaran, Meliputi :
a. Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi
ajaran baru.
b. Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving,
c. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi
ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan / kehidupan didalam
lingkungan dan
d. Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses
menjadi bagian dari pengetahuan siswa.
4. Pembentukan Sikap dan Perilaku, Meliputi :
a. Siswa didorong untuk menerapkan konsep / pengertian yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari ¨C hari.
b. Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari ¨C
hari berdasarkan pengertian yang dipelajari dan
c. Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap
perilaku siswa
5. Penilaian Formatif, meliputi :
a. Kembangkan cara ¨C cara untuk melihat hasil pembelajaran siswa.
b. Gunakan hasil penialaian tersebut untuk melihat kelemahan atau
kekurangan siswa dan masalah ¨C masalah yang dihadapi oleh guru, dan
c. Cari metodologi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
D. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mentaldan
psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan - perubahan pengetahuan , pemahaman,
ketrampilan, dan nilai sikap ( Winkel, 1984 )
7. 11
Nasution (2001) belajar adalah suatu proses yang berlangsung didalam
diri pembelajar ( siswa ).
Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah
laku sehingga diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1984).
Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu ( 1983 ) berpendapat bahwa
Learning in the process by wich an activity oreginites or is changed trough
responding to a situation provided the changed can not be attributed to
growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges.
Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru
atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat
disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara
orang tersebut karena kelelahan atau karena obat ¨C obatan, sehingga orang
tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan
dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman
bukan perubahan dengan sendirinya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahawa belajar
proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu
perubahan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan dan perubahan tersebut
dilakukan secara berkesinambungan.
Hasil belajar merupakan suatu bukti terjadinya suatu perubahan
tingkah laku pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Tingkah laku
memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur dan
unsur motoris adalah unsur jasmaniah.
Menurut Hamalik (2001), hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek ¨C aspek tersebut meliputi : (1)
pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan, (5) apresiasi, (6)
emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, dan (10)
sikap.
8. 12
Dari beberapa pendapat tentang konsep hasil belajar tesebut, maka
hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan
prestasi belajar. Adapun penjabarannya sebagai berikut :
1. Minat Belajar
Minat berkaitan erat dengan perasaan individu, objek, dan aktivitas.
Ada dua hal yang diperhatikan kaitannya dengan minat, yaitu : minat
sebagai dorongan dan minat sebagai kebutuhan. Minat adalah
kecenderungan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu
dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun
membuktikan lebih lanjut.
Minat belajar adalah suatu dorongan atau keinginan indvidu dalam
hal ini siswa sebagai upaya untuk mencapai hasil belajar yang dilakukan.
Membangkitkan minat beelajar pada siswa sulit dilaksanakan bila proses
belajar hanya menekankan pada satuam ¨C satuan kurikulum, sistem
kenaikan kelas, sistem ujian, yang mengutamakan kontinuitas dan
pendalaman belajar. (Sukmadinata,2001)
Minat belajar pada siswa ada yang bersifat sementara (jangka
pendek) dan bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang dapat
diusahakan untuk membangkitkan minat belajar siswa secara menetap
(jangka panjang) yaitu, pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak
, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan
untuk menemukan, menterjemahkan materi pembelajaran sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa, dan materi disampaikan dalam bentuk siswa
aktif anak banyak terlibat dalam proses belajar.
2. Prestasi Belajar
Woodworth (1951 ) mengatakan bahwa prestasi ( achivement
adalah actual ability and can be measured directly by use of lest.) Artinya
prestasi menunjukan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara
langsung dengan menggunakan tes.
Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan labih mudah dan
dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh.
9. 13
Kalau belajar berarti perubahan ¨C perubahan yang terjadi pada individu,
maka perubahan ¨C perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil
dari pengamatan dan penialaian inilah umumnya diwujudkan dalam
bentuk prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diukur dengan
menggunakan tes karena hasil belajar berupa ketrampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan dan nilai sikap.
Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan
bahwa hasil belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, ketrampilan, dan nilai sikap.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil belajar seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain
dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes.