1. D. TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Tinjauan Teori
1.1. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains
Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompetensi
belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Namun, dalam
kenyataan saat ini siswa cenderung menghapal daripada memahami, padahal
pemahaman merupakan modal dasar bagi pengasaan selanjutnya. Siswa dikatakan
memahami apabila ia dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman tersebut pada
tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama maupun pada
konteks yang berbeda.
Model pembelajaran inkuiri biologi pada mulanya dikembangkan oleh
Schwab tahun 1965 yang termuat dalam Biological Science Curriculum Study
(BSCS), dan membahas tentang pengembangan kurikulum dan bentuk pembelajaran
biologi pada sekolah menengah ( Joice and Well, 1992). Esensi dari model
pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan
seperti halnya para peneliti biologi melakukan penelitian. Sedangkan prosedurnya
adalah melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah yang sebenarnya dengan cara
melibatkan dalam penelitian, mendorong siswa menemukan cara untuk memecahkan
masalah yang di hadapi.
Menurut Elfis (2010c), inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Selanjutnya
Dimyati dan Mudjiono (2006:173), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah
pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tujuan utama model inkuiri adalah
mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan
masalah secara ilmiah.
Menurut Sanjaya (2009:194), strategi pembelajaran inkuri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
2. dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa.
Beberapa prinsip-pinsip penggunaan inkuiri yang harus diperhatikan oleh
setiap guru yaitu:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
2) Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3) Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran inkuri
adalah guru sebagai penanya, sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak,
baik otak kiri maupun otak kanan.
5) Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
Kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarnya (Sanjaya,
2009:197).
Selanjutnya Trianto (2007:109), menyatakan bahwa inkuiri merupakan bagian
inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
3. merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri
terdiri dari (hyphotesis). Adapun langkah-langkah inkuiri adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lainnya
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan Hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien yang lain.
Tahapan Strategi pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2002: 108) adalah
dimulai dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Untuk meyakinkan
bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis,
kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. Siswa mrumuskan jawaban
sementara bersama guru. Siswa diminta melaksanakan kegiatan praktikum yang
digunakan untuk pengumpulan data. Tahap keempat adalah organisasi data, formulasi
dan penjelasan mengenai hasil praktikum. Tahap terakhir adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
1.2. Paradigma Pembelajaran Biologi
Paradigma merupakan seperangkat asumsi, konsep, nilai dan praktek yang
diterapkan dalam memandang realitas dalam komunitas yang sama, khususnya dalam
disiplin intelektual (Admin, 2010). Pendidikan IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA juga
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan
alam sekitar (Depdiknas dalam Elfis, 2008: 451).
Sementara Gardner dalam Wena (2009: 67), menyatakan bahwa mata
pelajaran biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompetensi belajar pada
ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Pemahaman merupakan
perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga
4. dapat menghantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan kompetensi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
dijadikan titik tolak dari kurukulum berbasis kompetensi. Dengan demikian
pemahaman merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar biologi.
Belajar untuk pemahaman dalam bidang biologi harus dipertimbangkan oleh para
pendidik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan mata pelajaran biologi.
Menurut Depdiknas dalam Elfis (2008: 377), mata pelajaran IPA di
SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya
2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan
prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat
4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap,
dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi
5) Menigkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan serta sumber daya alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.
Pelajaran biologi merupakan pelajaran sains yang masih banyak salah paham
dalam mengartikannya. Mereka sebagian besar mengatakan pelajaran biologi adalah
pelajaran hafalan, jadi tidak perlu susah payah untuk belajarnya. Image tersebut
datang bukan hanya dari kalangan praktisi di luar pelajaran IPA, tapi juga datang dari
praktisi IPA sendiri yang kurang paham hakikat pembelajaran IPA khususnya
Biologi. Jika peserta didik terbawa oleh paradigma biologi adalah pelajaran
hafalan, maka akibatnya sangat fatal, antara lain: pembelajaran biologi menjadi jalan
5. di tempat, logika sains yang di miliki biologi menjadi statis dan perkembangan
biologi menjadi berhenti karena pembelajaran biologi disampaikan secara monoton
dan letter lux harus sesuai dengan bahasa buku (Nizamudishamazias, 2010).
Menurut Nizamudishamazias (2010), agar pembelajaran IPA tidak menjadi
pelajaran hafalan maka guru harus menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Guru harus menyadari bahwa belajar biologi bukan sekedar menghafal, tetapi
harus pandai mengaitkan satu topik terdahulu dengan topik yang akan datang,
hingga membentuk pemahaman yang komprehensif.
2) Siswa harus dilatih melakukan analisa dan bahasa yang tidak teks book tetapi
bebas menggunakan bahasa yang logis dan sesuai dengan substansi materi.
3) Siswa jangan dibatasi pada materi yang ada di buku saja tetapi harus di
hubungkan dengan biologi nyata sesuai konteks dan materi yang dipelajari.
4) Pembelajaran harus interaktif.
5) Penilaian harus objektif dan kontinyu.
Pelajaran IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan Biologi diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pembelajaran biologi
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran biologi berorientasi pada siswa. Peran guru
bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan
dan memperkaya pengalaman siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui
serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan
teman, lingkungan dan nara sumber lain (Elfis, 2010c).
1.3. Strategi Pembelajarn Inkuiri
Menurut Sanjaya (2010: 196), pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk
6. mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Tiga hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri.
3) Tujuan dari strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2010: 196).
Menurut Wena (2009: 68), model pembelajaran inkuiri biologi terdiri atas
empat tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Investigasi
Dalam tahap ini siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang perlu
dilakukan kajian/investigasi dan guru merancang bahan ajar yang mampu
mendorong/merangsang siswa untuk melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap
permasalahan yang ada, yakni mengumpulkan data, mengkaji,
mengklasifikasikan, data dan sejenisnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Meier
dalam Wena (2009: 68), bahwa dalam proses belajar mengajar guru harus
mampu menciptakan siswa yang aktif berfikir, belajar dan mencipta, serta
mengeksplorasi.
2) Penentuan masalah
Dalam tahap ini siswa didorong untuk mampu memetakan permasalahan
merupakan salah satu tujuan utama dari pembelajaran sains (Minstrel dalam
Wena, 2009: 68).
3) Identifikasi masalah
7. Dalam tahap ini siswa melakukan identifikasi dan memverifikasi permasalahan,
mengembangkan hipotesis, mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, dan
mengembangkan kesimpulan sementara.
4) Penyimpulan/penyelesaian masalah
Dalam tahap ini siswa didorong untuk mencari pemecahan masalah yang paling
tepat. Siswa harus mampu menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik
dan tepat untuk menyelesaikan soal yang ada. Kemampuan pemecahan masalah
adalah tujuan utama dari pembelajaran sains (Smith dalam Wena, 2009: 69).
Gulo dalam Trianto (2007: 137) menyatakan, bahwa inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan proses yang bermula
dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan
membuat kesimpulan.
Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya konsep IPA-Biologi pokok
bahasan saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan
terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari
lingkungan dengan bimbingan guru (Trianto, 2007: 141).
Menurut Wena (2009: 69), terdapat empat langkah utama atau tahapan
didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah itu
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Investigasi Memberikan permasalahan Membaca permasalahan
yang terkait dengan secara umum
pembelajaran pada siswa. Menganalisis masalah
Mengumpulkan data
Mendorong dan Melakukan
membimbing siswa pengkajian/investigasi
melakukan terhadap permasalahan.
pengkajian/investigasi
terhadap permasalahan.
Mendorong siswa aktif Memennciptakan dan
8. berfikir, belajar, dan mengeksplorasi
mencipta, serta
mengekplorasi.
Mendorong siswa Melakukan pengkajian
melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap
lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada.
permasalahan yang ada, Mengumpulkan data,
mengumpulkan data, mengkaji,
mengkaji, mengklasifikasikan data,
mengklasifikasikan data, dan sejenisnya.
dan sejenisnya.
2. Penentuan Membimbing dan Memverifikasi dan
Masalah mengarahkan siswa untuk memetakan data
menentukan, memetakan Menentukan masalah
masalah sesuai jenisnya. sesuai data yang ada
Membantu siswa untuk Melihat keterkaitan antara
melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah
kelompok/jenis masalah dan membuat pohon
serta membuat pohon permasalahan dan
permasalahan yang sejenisnya.
sejenisnya.
3. Identifikasi Membantu siswa melakukan Melakukan identifikasi
identifikasi dan verifikasi permasalahan,
permasalahan. mengembangkan
hipotesis, mencari
berbagai alternatif
pemecahan dan
mengembangkan
kesimpulan sementara.
Mendorong siswa Mengembangkan hipotesis.
mengembangkan
hipotesis.
Mendorong siswa mencari Mencari berbagai alternatif
berbagai alternatif pemecahan masalah.
pemecahan masalah.
Mendorong siswa mencari Mencari berbagai alternatif
berbagai alternatif pemecahan masalah.
pemecahan masalah
4. Penyimpulan Mendorong siswa untuk Menyimpulkan pemecahan
mencari pemecahan masalah yang paling baik
masalah yang paling dan tepat untuk
tepat/ sesuai. meyelesaikan soal yang
ada.
Mengarahkan siswa Menganalisis (kelemahan
menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai
dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah
kesimpulan yang telah dibuat.
dibuat.
9. Mengarahkan dan membantu Menetapkan suatu
siswa menetapkan suatu kesimpulan yang paling
kesimpulan yang paling tepat.
tepat.
Sumber: Wena (2009: 69)
Menurut Herdian (2010) Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang
diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
a). Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.
Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan
ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
b). Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri
bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa
diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan
menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah
yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah
adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai
alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara
mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa
10. menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain
dari masalah yang diselidiki.
c). Inkuiri Bebas Yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
inkuiri sebelumnya, yaitu; pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri
bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki
tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah
dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan
yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 89), inkuiri terbimbing merupakan
kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku
teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut
dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Selajutnya menurut Agung (2009),
pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada
siswa. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang
berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu
mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa yang mempunyai
intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan, oleh sebab itu guru harus memiliki
kemampuan mengelola kelas yang bagus.
1.4. Minat Belajar
1.4.1. Pengertian Minat Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi sisiwa dalam belajar. Salah satu faktor
tersebut adalah minat (Slameto, 2003: 54). Minat merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik dalam belajar, bekerja
11. maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Minat timbul dari dalam diri karena adannya
kebutuhan. Karena kebutuhan merupakan faktor yang pesnting bagi siswa dalam
melaksanankan kegiatan-kegiatan atau usahanya. Beberapa definisi minat
dikemukakan oleh para ahli, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2003: 180).
Sedangkan menurut Hilgrad (2003: 57): minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang dimiliki seseorang
diperlihatkan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Syah (2000: 136) juga
menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Selanjutnya Sanjaya (2007: 71) menyatakan bahwa minat adalah
kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan, minat juga merupakan
aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat
adalah suatu keinginan untuk mengetahui suatu objek sehingga menimbulkan rasa
suka dalam mempelajari objek tersebut. Sedangkan minat belajar adalah perhatian,
rasa suka, keterkaitan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui
keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan siswa dalam belajar.
1.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Reber yang dikutip Syah (2006: 136): mengemukakan bahwa faktor internal
yang mempengaruhi minat siswa adalah: (1) pemusatan perhatian, (2) keingin tahuan,
(3) motivasi, (4) kebutuhan.
Menurut Slameto (2003: 60): mengemukakan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar siswa adalah: (1) faktor lingkungan keluarga, (2) faktor
sekolah dan (3) faktor masyarakat. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi siswa
dalam belajar, terutama lingkungan social dalam keluarga.
Dengan demikian, jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu,
maka tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari
hal tersebut. Tapi sebaliknya, jika seseorang belajar sesuai dengan minatnya, maka
12. dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Minat siswa terhadap pelajaran yang
disajikan guru dapat dilihat dari prilaku siswa dalam memperhatikan guru
menjelaskan, kosentrasi dalam belajar dan memperoleh hasil yang baik.
Adapun cirri-ciri minat tinggi menurut sunaryo (1985: 95) yaitu: (1) Kesiapan
menerima pelajaran, (2) Mengetahui apa yang akan dipelajari, (3) Kesungguhan
menerima pelajaran, (4) Interaksi siswa pada pelajaran.
Dari urain diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat adalah: 1) Merasa tertarik atau terdorong dalam bidang tertentu,
2) Karena ingin mendapat hasil belajar yang memuaskan untuk meraih sukses dalam
bidang tertentu. Sedangkan cirri-ciri minat tinggi pada diri siswa adalah: 1)
Mempunyai sifat ingin tahu pada pelajaran tertentu, 2) Meyakini dapat mempelajari
dan menerima pelajaran tersebut.
Berdasarkan urain diatas maka peneliti menyusun indicator-indikator minat
sebagai berikut:
1. Kesiapan menerima pelajaran biologi
Indikator kesiapan menerima pelajaran dapat ditunjukan siswa dengan cirri-
ciri:
a) Mempelajri terlebih dahulu dirumah tentang meteri yang akan dipelajari
disekolah
b) Siap mengerjakan PR di rumah
c) Siap mengerjakan soal latihan/tugas/ulangan yang diberikan.
d) Duduk dibangku tanpa mengobrol yang tak penting dengan teman
e) Sudah mempersiapkan perlengkapan belajar
f) Siap menjawab pertanyaan dari guru mengenai pelajaran biologi
2. Kesungguhan menerima pelajaran
Indikator kesungguhan menerima pelajaran dapat ditunjukan siswa dengan
cirri-ciri:
a) Memperhatikan guru saat menjelaskan.
b) Tidak bermain atau mengerjakan tugas lain pada proses pembelajaran
biologi
13. c) Selalu mengerjakan soal/tugas yang diberikan guru.
d) Mengingat hal-hal penting yang dipelajari, misalnya: Rumus-rumus,
definisi-definisi dan lain-lain dalam pelajaran biologi
3. Memiliki sifat ingin tahu
Indikator Memiliki sifat ingin tahu dapat ditunjukan siswa dengan cirri-ciri:
a) Selalu menayakan tentang materi yang tidak dimengerti.
b) Memusatkan perhatian pada saat guru menjelaskan
c) Senang membaca buku biologi
d) Berusaha menyelesaikan soal-soal biologi untuk mendapatkan jawabanya
e) Mencari tahu tentang materi yang dipelajari pada sumber/buku yang lain.
4. Senang mengikuti pelajaran
Indikator Senang mengikuti pelajaran dapat ditunjukan siswa dengan cirri-
ciri:
a) Merasa senang setiap kali guru bertanya tentang pelajaran biologi
b) Senang apabila diberi tugas/latihan.
c) Tak bosan dalam belajar
d) Senag pada saat jam pelajaran biologi dimulai
5. Merasa tertantang
Indikator Merasa tertantang dapat ditunjukan siswa dengan cirri-ciri:
a) Merasa tertantang melihat nilai teman lebih tinggi.
b) Berusaha mendapatkan nilai yang tinggi.
c) Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan soal yang sulit.
1.5. Hasil Belajar
Belajar merupakan kegiatan semua orang, dengan belajar seseorang akan
mengalami suatu perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya. Selanjutnya
Sardiman (2007:19), menyatakan bahwa bila terjadi proses belajar, maka bersama itu
14. pula terjadi proses mengajar. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu
hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan
pembelajaran atau hasil belajar.
Menurut Kunandar dalam Nurfadilah (2011:20), hasil belajar adalah kemampuan
siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu
kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang
perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar
yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2010:5). Selanjutnya Sudjana
(2008:22), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bloom dalam Sudjana
(2008:22) membagi tiga klasifikasi hasil belajar sebagai berikut :
1) Kognitif : berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi
2) Afektif : berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi
3) Psikomotorik : berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Berasarkan uraian di atas di peroleh suatu kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah suatu yang menjadi milik siswa berupa tingkat penguasaan/pemahaman
setelah dilakukan proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar biologi pada
penelitian ini adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa setelah melalui proses
strategi pembelajaran inkuiri.
1.5.1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar Siswa - Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa
dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek
dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
15. seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh
siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi
dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus
bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud
disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia
menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley
dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1).
Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-
cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
1.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat
ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang
dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa
hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %
dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004 : 14). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
16. diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud
adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di
bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku
(psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu
yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
1.6. Hubungan Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Minat dan
Hasil Belajar
Mengajar adalah suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral
yang cukup berat. Berhasilnya pengajaran biologi sangat tergantung pada
pertanggung jawaban guru dalam menjalankan tugasnya. Salah satu hal yang
menentukan keberhasilan pendidikan dan pengajaran biologi yaitu strategi dalam
mengajar. Selain strategi, guru juga harus menguasai materi pelajaran, menguasai
bahan yang akan diajarkan merupakan syarat dasar bagi seorang guru. Tetapi
penguasaan materi belumlah cukup untuk dapat membawa peserta didik berpartisipasi
secara intelektual dalam belajar. Guru hendaknya dapat memilih strategi yang sesuai
sehingga belajar biologi menjadi bermakna. Pada langkah-langkah pembelajaran
inkuiri terlihat dengan jelas kegiatan dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan
guru.
17. Menurut hamalik (2003: 63) pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa, dimana siswa dibawa kedalam persoalan untuk
mencari dan menemukan jawaban.
Namun menurut sanjaya (2006: 196) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Bila dilihat dari cirri-ciri strategi
pembelajaran inkuiri ini dapat menarik minat siswa, sebab dengan pembelajaran
inkuiri siswa dapat mengemukakan pendapat dengan leluasa dari pengetahuan yang
dimilikinya. Pengetahuan yang diperoleh siswa lebih tahan lama dan mudah untuk
diingat karena pembelajaran ini berpusat pada siswa.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
akan dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya(Slameto, 2000: 57). Oleh sebab
itu bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan mudah dipelajari dan disimpan.
Selanjutnya Sardiman (2000: 93) mengemukakan bahwa minat dapat
dibangkitkan dengan cara: 1) Adanya suatu kebutuhan, 2) Dengan persoalan masa
lampau, 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, 4) Mengunakan
variasi dalam mengajar. Oleh karena itu, peneliti menerapkan strategi pembelajaran
inkuiri untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar karena pembelajaran inkuiri
merupakan salah satu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif.
Sehingga, siswa akan berminat untuk belajar biologi
Penerapan strategi pembelajaran inkuiri member kesempatan kepada siswa
untuk belajar dengan mengalami sendiri kemudian member makna pada pengetahuan
itu, pada proses pembelajaran ini, siswa aktif dalam membangun pengetahuanya.
Adapun cara yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa adalah: memberikan
kesempatan yang luas kepada siswa untuk bertanya dan member kesempatan untuk
mengemukakan ide. Hal ini akan memungkinkan akan bertambahnya wawasanyang
dimiliki siswa dan akan menimbulkan minat yang tinggi dalam diri siswa terhadap
pelajaran. Dengan demikian, siswa mampu menerapkan pengalamanya belajarnya
18. dalam memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya dan dapat meningkatkan
minat belajar biologi siswa. Sehingga, siswa akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitaian yang telah dilakukan Wahyono menunjukan bahwa
strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII SMP
N 03 Batang Cenaku Tahun Ajaran 2011/2012. Selain itu, Nur Hayati juga
menyatakan bahwa dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa, maka dibutuhkan kecakapan
dan keterampilan guru dalam mengembangkan pengetahuan siswa. Keterampilan itu
antara lain, menggunakan strategi, metode, menguasai bahan pelajaran dan memiliki
kemampuan dalam pemecahan masalah biologi.
Menurut Gulo dalam Trianto (2007: 135) menyatakan strategi inkuiri berarti
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
Munandar dalam Trianto (2007: 136), mengemukakan beberapa perumusan
kreativitas dengan dirancangnya pembelajaran inkuiri sebagai berikut kreativitas
(berfikir kreatif) adalah kemampuan, berdasarkan data atau informasi yang tersedia,
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap sesuatu masalah dimana
penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban. Makin banyak
kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreativitas
seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya.
Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan,
bukan guru. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi motivasi siswa pada
proses pembelajaran didalam kelas untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik agar
tidak tertinggal dari teman-teman yang lain, yang akan mempengaruhi hasil belajar
sisiwa.
19. Berdasarkan hasil penelitaian yang telah dilakukan Wahyono menunjukan
bahwa strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII
SMPN 03 Batang Cenaku Tahun Ajaran 2011/2012. Selain itu, Nur Hayati juga
menyatakan bahwa dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.7. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyono
(2010), pada siswa kelas VII SMPN 3 Batang Cenaku Tahun Ajaran 2010/2011 telah
terbukti meningkatkan minat dan hasil belajar biologi dengan rata-rata hasil belajar
siswa setelah menerapkan strategi pembelajaran inkuiri, maka mengalami
peningkatan dari sebelum PTK dengan rata-rata 67% meningkat pada siklus I nilai
ulangan harian rata-rata 73% dan meningkat pada siklus II menjadi 74% dengan
katagori baik.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sigit Pramono (2011), pada siswa
kelas VII SMPN 2 Puntianai Tahun Ajaran 2011/2012, telah terbukti meningkatkan
daya serap dan ketuntasan belajar biologi. Daya serap sebelum PTK adalah 64,10%,
sesudah PTK siklus 1 adalah 66,3% dan pada siklus 2 adalah 73,25%. Ketuntasan
belajar sebelum PTK adalah 63,04%, sesudah PTK siklus 1 adalah 80,43% dan pada
siklus 2 adalah 89,13%.
2. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan teoritis, maka hipotesis pada
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: jika diterapkannya strategi
pembelajaran inkuiri maka akan meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa
Kelas VII SMPN 03 Batang Cenaku Tahun Ajaran 2012/2013