1. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 1
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
TINJAUAN TEORITIS
Perkembangan energi baru dan terbarukan telah menjadi bagian
strategis dalam kebijakan ketenagalistrikan nasional, karena kebergantungan
yang tinggi terhadap sumber-sumber energi yang berasal dari fosil telah
disadari akan mengancam keamanan dan keberlanjutan suplai energi
nasional di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
telah menetapkan kebijakan diversifikasi energi yang dinyatakan dalam
peraturan Presiden RI No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,
yaitu terwujudnya energy-mix yang optimal pada tahun 2025. Salah satu
sasaran yang inign diwujudkan pada tahun 2025 adalah tercapainya
pemanfaatan energi terbarukan lebih dari 15% dari total pemanfaatan energi
nasional, yaitu :
Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen)
Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen)
Energi baru dan energi berbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir,
tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima
persen)
Jenis energi terbarukan yang memiliki prospek cukup baik untuk
dikembangkan adalah biogas yang potensi energinya cukup besar dan
tersebar di wilayah Indonesia.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).
Komponen bigas antara lain sebagai berikut : 賊 60% CH4 (Metana), 賊 38%
CO2 (Kabron dioksida), dan 賊 2% N2, O2, H2, & H2S.
Proses pembentukan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses
terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri
2. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 2
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4)
dan gas karbon dioksida (C02) yang volumenya lebih besar dari gas
hydrogen (H2), Gas nitrogen (N2) dan gas hydrogen sulfide (H2S). proses
fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas
dengan suhu optimum 350C dan pH optimum pada range 6,4 7,9. Bakteri
pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti
Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina
(Price and Paul, 1981). Biogas yang dibuat dari kotoran ternak sapi
menandung gas CH4 sebesar 55 65%, gas CO2 sebesar 30 35% dan sedikit
gas hydrogen (H2), gas nitgoren (N2) dan gas-gas lainnya. Panas yang
dihasilkan sebesar 600 BTU/cuft. Sedangkan, biogas yang dibuat dari gas
alam mengandung gas CH4 sebesar 80% dengan panas sebesar 1000
BTU/cuft. Kandungan gas CH4 dari bigoas dapat ditingkatkan dengan
memisahkan gas CO2 dan gas H2S yang bersifat korosif. Reaksi pembentukan
metan dari bahan-bahan organik yang dapat terdegradasi dengan bantuan
enzim maupun bakteri dapat dilihat sebagai berikut :
Reaksi kimia pembuatan biogas (gas metana) ada tiga tahap yaitu :
1. Reaksi Hidrolisa / Tahap Pelarutan
Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan
lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat dan
3. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 3
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 250 di digester.
Persamaan reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
2. Reaksi Asidogenik / Tahap Pengasaman
Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat dalam suasana
anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 250 C di digester. Persamaan
reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
3. Reaksi metanogenik / Tahap Gasifikasi
Pada tahap ini, bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan
secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 250C
di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30% CO2,
sedikit H2. Persamaan reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
Menurut Wellinger and Lindenberg (2000), komposisi biogas yang
dihasilkan sangat tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan.
Namun demikian, komposisi biogas yang utama adalah gas metana (CH4)
dan gas karbon dioksida (C02) dengan sedikit hydrogen sulfide (H2S).
komponen lainnya yang ditemukan dalam kisaran konsentrasi kecil (trace
element) antara lain senyawa sulfur organic, senyawa hidrokarbon
terhalogenasi (Halogenated hydrocarbons), gas hydrogen (H2), gas
4. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 4
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
nitrogen (N2), gas karbon monoksida (CO) dan gas oksigen (O2). Berikut
ini tabel mengenai komposisi utama yang terdapat dalam biogas.
Tabel 2.1 Komponen Utama Biogas
No Komponen Satuan
Komposisi
1*) 2**) 3***)
1 Gas Methan (CH4) % Vol 55-75 55-75 54-70
2 Karbon dioksida (CO2) % Vol 24-45 24-45 27-45
3 Nitrogen (N2) % Vol 0-0,3 <2 0-1
4 Hidrogen ( H2) % Vol 1-5 <1 0-1
5 Karbon Monoksida ( CO) % Vol 0,1
6 Oksigen ( O2) Ppm 0,1-0,5 <2 0,1
7 Hydrogen Sulfida ( H2S) Ppm 0-3 <2 sedikit
Karakteristik biogas adalah sebagai berikut :
1. Biogas kira-kira memiliki berat 20 % lebih ringan dibandingkan udara
dan memiliki suhu pembakaran antara 650 sampai 7500C.
2. Biogas tidak berbau dan berwarna yang apabaila dibakar akan
menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG.
3. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran
60 % pada konvesional kompor biogas.
Panas pembakaran dari suatu bahan bakar adalah panas yang dihasilkan dari
pembakaran sempurna bahan bakar pada bolume konstan dalam calorimeter
dan dinyatakan dalam kal/kg atau Btu/lb. panas pembakaran dari bahan
bakar bisa dinyatakan dalam High Heating Value (HHV). Dan Lower heating
Value (LHV). High Heating value merupakan panas pembakaran dari bahan
bakar yang di dalamnya masih termasuk latent heat dari uap air hasil
pembakaran. Low Heating Value merupakan panas pembakaran dari bahan
bakar setelah dikurangi latent heat dari uap hasil pembakaran Nilai kalor
pembakaran yang terdapat pada biogas berupa High Heating Value (HHV)
dan Lower Heating Value (LHV) pembakarannya dapat diperoleh dari tabel
berikut :
5. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 5
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
Tabel 2.2 Nilai kalor pembakaran biogas
Komponen
High heating Value Low Heating Value
Kkal /m3 Kkal/Kg Kkal/M3 Kkal/Kg
Hidrogen (H2) 2.842.21 33.903,61 2.402,62 2.8661,13
Kabon
Monoksida(CO)
2.811,95 2.414,31 2.811,95 2.414,31
Gas Methan (
CH4)
8.851.43 13.265,91 7.973,13 11.953,76
Natural Gas 9.166,55 12.943,70 8.320,18 11.749,33
Biogas sebenarnya telah dimanafaatkan sejak lama. Kebudayaan Mesir, Cina
dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam dengan cara dibakar
untuk menghasilkan panas. Serajah penemuan proses anaerobic digestion
untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan
Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1770,
beberapa dekade kemudian Avogadro mengidentifikasikan tentang gas
metana. Setelah tahun 1884 Pasteur melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteur menjadi landasan
untuk penelitian biogas hingga saat ini.
Sejak tahun 1975, instalasi biogas mulai diperkenalkan di Cina. Cina
memiliki biogas dengan skala rumah tangga dan telah dimanfaatkan oleh
sepertiga rumah tangga di pedesaan. Tahun 1992, sekitar lima juta rumah
tangga menggunakan instalasi biogas sehingga biogas merupakan bahan
bakar utama penduduk Cina. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah
model sumur tembok dengan bhan baku kotoran ternak dan manusia serta
limbah pertanian. Tahun 1981 mulai dikembangkan instalasi biogas di India.
Perkembangan instalasi biogas dilakukan oleh departemen sumber energi
non-konvensional melalui program The National Project on biogas
Development dengan melakukan riset terhadap perkembangan model
instalasi biogas. Reaktor biogas yang digunakan sama dengan reaktor biogas
yang dikembangkan di Cina yaitu menggunakan model sumur tembok dan
dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah
6. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 6
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
pertanian. Tahun 1999, sekitar tiga juta rumah tangga di India menggunakan
instalasi biogas.
Di Indonesia, teknologi biogas telah dikenal pada tahun 70-an dengan pengiat
utama para praktisi di perguruan tinggi dan NGO yang bergerak dalam
teknologi tepat guna. Pada tahun 80-an, Departemen Pertanian mulai
mengenalkan biogas kepada masyarakat pedesaan dengan bantuan FAO di
beberapa provinsi sebagai percontohan. Periode 90-an, perkembangan
biogas banyak dilakukan oleh NGO di Indonesia dengan LPTP Solo sebagai
motor penggiatnya.
Sampai awal tahun 2000-an, secara umum perkembangan biogas sangat
lambat disebabkan karena harga minyak tanah subsidi yang murah. Periode
2003-2005, kegiatan pengembangan biogas aktif kembali sebagai respon
terhadap berkurangnya subsidi minyak tanah. Saat ini, selain merupakan
salah satu energi alternatif yang dikembangkan di Indonesia instalasi biogas
juga merupakan unit pengolah limbah. Biogas di Indonesia pemanfaatannya
lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi domestic
yaitu untuk memasak di rumah-rumah.
Pada dasarnya secara teori, semua bahan organik bila terurai akan
menghasilkan biogas, tetapi agar biogas yang dihasilkan optimal, sangat
diperngaruhi oleh :
1. Ratio C/N
Hubungan antara jumlah Karbon dan Nitrogen yang terdapat pada bahan
organic dinyatakan dalam terminology rasio (perbandingan kandungan)
karbon/nitrogen (C/N). Apabila rasio C/N sangat tinggi, Nitrogen akan
dikonsumsi sangat cepat oleh bakteri metan sampai batas persyaratan
protein dan kandungan karbon pada bahan. Sebagai akibatnya produksi
metan akan menjadi rendah. Sebaliknya, apabila rasio C/N sangat rendah,
nitrogen akan bebas dan berakumulasi dalam betuk amoniak (NH4). NH4
7. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 7
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
akan meningkatkan derajat pH bahan dalam digester, pH lebih tinggi dari
8,5 akan mematikan/menurunkan populasi bakteri metan.
Tabel 2.3 Rasio C/N Dari Beberapa Bahan Organik
Bahan Rasio C/N
Kotoran Bebek 8
Kotoran manusia 8
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 18
Kotoran domba 19
Kotoran sapi/kerbau 24
Air hyacinth 25
Kotoran gajah 43
Jerami (jagung) 60
Jerami (padi) 70
Jerami (gandum) 90
Tahi gergajian Di atas 200
Sumber : Karki and Dixit (1984)
2. Nilai pH
Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai pH dari
campuran input di dalam digester (tempat pembentukan biogas) berada
pada kisaran 6 dan 7. Pada tahap awal, ketika proses fermentasi asam
organik dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri pembentuk asam, pH
dalam digester dapat mencapai dibawah 5. Keadaan ini cenderung
menghentikan proses pencernaan atau proses fermentasi. Bakteri-bakteri
metanogenik sangat peka terhadap pH dan tidak bertahan hidup di
bawah pH 6.6. Kemudian ketika proses pencernaan berlangsung,
konsentrasi NH4 bertambah. Penambahan nitrogen dapat meningkatkan
nilai pH di atas 8. Ketika produksi metana dalam kondisi stabil, kisaran
nilai pH adalah 7,2 sampai 8,2.
3. Suhu
Bakteri metanogen dalam keadaan tidak atif pada kondisi suhu ekstrim
tinggi maupun rendah. Suhu optimum yaitu 350C. Ketika suhu udara
turun sampai 100C produksi gas menjadi berhenti. Produksi gas sangat
8. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 8
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
bagus yaitu pada kisaran mesofilik, yaitu kisaran antara suhu 25 300 C.
Pengaturan suhu yang memadai pada digester membantu produksi gas
khususnya di daerah dingin.
4. Waktu Tinggal dalam Pencerna (Digester/Tempat Pembentukan
Biogas)
Waktu tinggal dalam pencerna adalah rata-rata periode waktu saat input
berada dalam digester dan proses pencernaan dilakukan oleh bakteri
metanogen. Dalam jaringan pencerna dengan kotoran sapi, waktu tinggal
diitung dari volume total digester dibagi volume input yang ditambah
setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada suhu, Antara 350C atau
suhu lebih tinggi, waktu tinggal semakin singkat. Terbentuknya biogas
pada digester dari kotoran sapi 賊 1 minggu, sedangkan pada biogas dari
kotoran manusia diperlukan 賊 6 bulan.
Biogas yang dihasilkan dari sebuah instalasi biogas dapat dimanfaatkan :
1. Untuk memasak, biogas dapat digunakan sebbagai bahan bakar pada
kompor biogas, dan digunakan untuk memasak. Unit biogas berukuran
setidaknya 4 m3 mampu menyediakan bahan bakar untuk kebutuhan
memasak sebuah keluarga yang terdiri dari 5 orang anggota keluarga.
2. Untuk penerangan, biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar pada
lampu. Untuk memperoleh cahaya setara dengan lampu lisrik 60 watt
dibutuhkan 0,13 m3 biogas per jamnya.
3. Genset listrik, biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar generator
listrik
4. Bahan bakar kendaraan bermotor, dengan perlakuan tertentu, kualitas
biogas dapat menyamai kualitas gas alam sehingga dapat digunakan
untuk kendaraan.
Khusus untuk wilayah pedesaan, manfaat lain dari biogas adalah :
1. Sumber daya yang lebih baik dan murah untuk memasak, penerangan
dan pembangkit listrik.
9. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 9
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
2. Menghasilkan pupuk yang berkualitas
3. Memperbaiki kondisi sanitasi dan higienitas masyarakat
4. Manfaat sosial, mengurangi beban untuk hutang dan mengurangi
kerepotan beban kerja ibu-ibu dan tidak berasap ketika digunakan
untuk memasak dipedesaan mapmu mengurangi penyakit mata dan
paru-paru
Berdasarkan bahan yang digunakan, setidaknya ada tiga jenis reaktor biogas,
pertama reaktor biogas plastic, reaktor biogas fix dome fiber dan reaktor
biogas fix dome beton.
Gambar 2.1: BiogasFixdome beton Gambar 2.2: BiogasFixdome fiber
Gambar 2.3: Biogasplastik
10. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 10
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
Saat ini jenis reaktor yang paling banyak dibangun adalah reaktor tipe fix
dome. Reaktor fix dome adalah reaktor yang memiliki volume tetap sehingga
produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reaktor (biodigester). Oleh
karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke
pengumpul gas di luar reaktor. Jenis reaktor biogas fix dome beton banyak
dipilih karena pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Material yang digunakan adalah material untuk pembangunan bangunan
sipil yang sangat umum sehingga dapat diperoleh dengan mudah di lokasi
pembangunan
Teknologi yang digunakan adalah teknologi tepat guna yang relative
sederhana, sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh penduduk local
sehingga pada gilirannya nanti pembangunan biogas ini dapat
dikembangkan secara mandiri.
Umur pakai panjang, karena terbuat dari pasangan tembok bata dan
beton, umur pakai reaktor biogas menjadi panjang, dengan pemeliharaan
yang benar reaktor dapat dipakai sapai lebih dari 10 tahun.
Sebuat reaktor biogas jenis fixdome memiliki 6 bagian utama yaitu : inlet
(tanki pencampur) sebagai tempat kotoran hewan masuk, reaktor (ruang
pencernaan anaerob), penampung gas (kubak/dome), outlet (ruang
pemisah), system pengangkutan atau distribusi gas dan lubang kompos/bio-
slurry. Secara keseluruhan reaktor biogas yang harus dibangun dalam
pekerjaan ini, adalah seperti gambar berikut ini :
11. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 11
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
Gambar 2.3 Instalasi biogas Fix Dome
Cara kerja reaktor biogas fix dome ini secara sederhana adalah sebagai
berikut : kotoran sapi yang merupakan limbah dari peternakan sapi akan
dicampur dengan air. Campuran kotoran sapid an air (dicampur dalam tanki
pencampur) dialirkan melalui saluran pipa inlet masuk ke dalam digester.
Dalam digester campuran kotoran air tadi akan mengalami proses
pencernaan (digestation) yang menghasilkan gas (terutama methan). Gas
yang terbentuk kemudian akan tersimpan dalam penampungan gas (bagian
atas kubah/dome). Setelah volume dan tekanannya cukup, gas dialirkan ke
dalam kompor di dapur melalui saluran pipa distribusi, untuk selanjutnya gas
tersebut digunakan sebagai bahan bakar kompor untuk memasak dan
keperluan lainnya.
Slurry yang tak lain adalah sisa hasil pencernaan dalam digester akan
mengalir keluar dari digester menuju outlet dan menjadi bio-slurry mengalir
ke lubang slurry yang letaknya dalam rumah slurry biodigester. Di dalam
rumah slurry ini, kemudian slurry akan diolah mnejadi pupuk organic yang
nantinya dapat digunakan untuk pemupukan tanaman budidaya sesuai
kebutuhan.
12. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 12
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
Banyak factor yang harus di perhatikan agar implementasi dan
pembangunan instalasi biogas dapat memberi manfaat yang optimal,
berkelanjutan dan tidak sia-sia. Faktor utama yang menentukan
pembangunan instalasi biogas adalah jumlah kotoran ternak yang
merupakan input reactor biogas. Oleh karena itu, untuk reactor biogas yang
memanfaatkan kotoran sapi, jumlah sapi yang dimiliki peternak tidak boleh
kurang dari 2 ekor.
Lokasi yang paling ideal untuk pembangunan reaktor biogas ditentukan
berdasarkan factor-faktor berikut :
1. Lokasi harus mempermudah pengerjaan kontruksi
2. Lokasi yang pilih harus sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
peningkatan biaya kontruksi
3. Lokasi yang dipilih harus yang mudah dijangkau untuk penggunaan dan
pemeliharaan
4. Lokasi harus aman dari gangguan
Berdasarkan factor-faktor di atas, pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan hal berikut :
1. Agar reaktor biogas dibangun nantinya dapat berfungsi efektif, suhu
yang benar (20 300C) harus dapat dijaga di bagian dalam reaktor.
Karenanya, tempat dingin dan berkabut harus dihindari. Tempat hangat
yang disinari matahari lebih baik.
2. Lokasi konstruksi harus memiliki permukaan yang datar
3. Lokasi harus lebih tinggi dibandingkan sekitarnya untuk mencegah
genangan air dan memperlancar aliran bio-slurry dari outlet ke lubang
pembuatan kompos. Tempat pengolahan harus berlokasi dekat dengan
kandang ternak untuk memudahkan penggunaan dan menghindari
kehilangan bahan baku, khususnya kotoran ternak.
4. Pertimbangan jumlah air yang dibutuhkan untuk dicampur dengan
kotoran. Sumber air yang jauh akan merepotkan. Untuk menjaga air
13. d
LAPORAN PENDAHULUAN BAB II 13
Updating Perencanaan Pembangunan Instalasi Biogas di Kab.
Bandung
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat
supaya tidak terkena polusi, jarak sumur atau sumber mata air minimal
10 meter dari reaktor biogas, khususnya lubang bio-slurry.
5. Pipa gas yang terlalu panjang akan menambah resiko kebocoran gas dan
biaya yang lebih tinggi. Katup gas utama yang terpasang di atas
penampung gas harus dibuka dan ditutup sebelum dan sesudah biogas
digunakan. Akan lebih baik jika tempat pengolahan dekat dengan tempat
pemakaian.
6. Ujung tempat pengolahan minimal 2 meter dari fondasi rumah atau
bangunan lain.
7. Lubang kompos harus cukup luas karena bagian ini merupakan satu
kesatuan dari reaktor biogas.
8. Lokasi harus cukup jauh dari pepohonan untuk menghindari kerusakan
reaktor biogas yang disebabkan oleh akar pohon.
9. Jenis tanah harus dapat menahan muatan untuk mencegah bangunan
ambles ke dalam tanah.
10. Luas lahan yang dibutuhkan untuk membangun reaktor biogas minimal
3x6 meter. Apabila luas tempat menjadi masalah, kandang hewan ternak
dapat didirikan di atas tempat pengolahan setelah reaktor biogas selesai
di cor.
Perencanaan yang baik dan lengkap menjadi penting, untuk menjamin agar
implementasi dan pembangunan instalasi biogas dapat memberi manfaat
yang optimal, berkelanjutan dan tidak sia-sia, karena perencanaan berperan
penting dalam menekan resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan perecanaan, kita dapat memprediksi hal-hal yang tidak diinginkan
yang mungkin akan terjadi di masa depan dan melakukan tindakan antisipasi
sejak dini.