ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Bagaimana Cara Kerja Deterjen Menghilangkan Noda Pada Pakaian?
Setiap hari manusia menggunakan deterjen untuk mencuci pakaian, tapi sedikit
yang tahu bagaimana deterjen tersebut dapat membersihkan pakaian. Sepanjang sejarah banyak
usaha dilakukan untuk membantu kita mengerjakan pekerjaan mencuci. Pencucian dengan air
saja, bahkan dengan penggosokan atau putaran mesin sekeras apapun, akan menghilangkan
sebagian saja bercak, kotoran dan partikel-partikel tanah. Air saja tidak dapat menghilangkan
debu yang tak larut dalam air. Air juga tak mampu menahan debu yang telah lepas dari kain agar
tetap tersuspensi (tetap berada di air, jadi tidak kembali menempel ke kain). Jadi diperlukan
bahan yang dapat membantu mengangkat kotoran dari air dan kemudian menahan agar kotoran
yang telah terangkat tadi, tetap tersuspensi.
Sejak ratusan tahun lalu telah dikenal sabun, yakni persenyawaan antara minyak atau lemak dan
basa. Awalnya orang-orang Arab secara tak sengaja menemukan bahwa campuran abu dan
lemak hewan dapat membantu proses pencucian. Walaupun berbagai usaha perbaikan pada
kualitas dan proses pembuatan sabun telah dilakukan, semua sabun hingga kini mempunyai satu
kekurangan utama yakni akan bergabung dengan mineral-mineral yang terlarut dalam air
membentuk senyawa yang sering disebut lime soap (sabun-kapur), membentuk bercak
kekuningan di kain atau mesin pencuci. Akibatnya kini orang mulai meninggalkan sabun untuk
mencuci seiring dengan meningkatnya popularitas deterjen.
[caption id="" align="alignnone" width="550" caption="Deterjen"]
[/caption]
Cara kerja Deterjen Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah
jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya surfaktannya,
memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun
yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau
tidak suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul
surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain
dan mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain. Akibatnya warna kain
akan dapat dipertahankan.
Komposisi Deterjen Dari penjelasan tentang cara kerja deterjen, disimpulkan komponen penting
deterjen adalah surfaktan. Fungsi surfaktan sekali lagi adalah untuk meningkatkan daya
pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat
kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Surfaktan yang biasa
digunakan dalam deterjen adalah linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat,
senyawa amonium kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat,
alkil sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif, memiliki
daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa banyak (biasanya digunakan untuk pencuci
kain dan pencuci piring).
Etoksilat, tidak berubah menjadi partikel yang bermuatan, busa yang dihasilkan sedikit, tapi
dapat bekerja di air sadah (air yang kandungan mineralnya tinggi), dan dapat mencuci dengan
baik hampir semua jenis kotoran. Senyawa-senyawa amonium kuarterner, berubah menjadi
partikel positif ketika terlarut dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan pada pelembut
(softener). Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel positif, netral atau negatif
bergantung pH air yang digunakan. Kedua surfaktan ini cukup kestabilan dan jumlah buih yang
dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk pencuci alatalat rumah tangga. Setelah
surfaktan, kandungan lain yang penting adalah penguat (builder), yang meningkatkan efisiensi
surfaktan.
Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang
terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga
membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat
berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah
lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat,
natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. Selain dua komponen utama tadi, deterjen masih
mengandung komponen-komponen lain seperti tabel berikut:
Klaim busa banyak? Pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu
dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan daya
bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dengan air yang
jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Untuk kebanyakan kegunaan di rumah
tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang
penting. Mengapa dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa penting? Karena dalam
pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap "memegang" partikel yang telah
dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian mencegah mengendapnya kembali kotoran
tersebut. Ismunandar, Dosen Kimia FMIPA ITB

More Related Content

Bagaimana cara kerja deterjen menghilangkan noda pada pakaian

  • 1. Bagaimana Cara Kerja Deterjen Menghilangkan Noda Pada Pakaian? Setiap hari manusia menggunakan deterjen untuk mencuci pakaian, tapi sedikit yang tahu bagaimana deterjen tersebut dapat membersihkan pakaian. Sepanjang sejarah banyak usaha dilakukan untuk membantu kita mengerjakan pekerjaan mencuci. Pencucian dengan air saja, bahkan dengan penggosokan atau putaran mesin sekeras apapun, akan menghilangkan sebagian saja bercak, kotoran dan partikel-partikel tanah. Air saja tidak dapat menghilangkan debu yang tak larut dalam air. Air juga tak mampu menahan debu yang telah lepas dari kain agar tetap tersuspensi (tetap berada di air, jadi tidak kembali menempel ke kain). Jadi diperlukan bahan yang dapat membantu mengangkat kotoran dari air dan kemudian menahan agar kotoran yang telah terangkat tadi, tetap tersuspensi. Sejak ratusan tahun lalu telah dikenal sabun, yakni persenyawaan antara minyak atau lemak dan basa. Awalnya orang-orang Arab secara tak sengaja menemukan bahwa campuran abu dan lemak hewan dapat membantu proses pencucian. Walaupun berbagai usaha perbaikan pada kualitas dan proses pembuatan sabun telah dilakukan, semua sabun hingga kini mempunyai satu kekurangan utama yakni akan bergabung dengan mineral-mineral yang terlarut dalam air membentuk senyawa yang sering disebut lime soap (sabun-kapur), membentuk bercak kekuningan di kain atau mesin pencuci. Akibatnya kini orang mulai meninggalkan sabun untuk mencuci seiring dengan meningkatnya popularitas deterjen. [caption id="" align="alignnone" width="550" caption="Deterjen"]
  • 2. [/caption] Cara kerja Deterjen Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain. Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan. Komposisi Deterjen Dari penjelasan tentang cara kerja deterjen, disimpulkan komponen penting deterjen adalah surfaktan. Fungsi surfaktan sekali lagi adalah untuk meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif, memiliki daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa banyak (biasanya digunakan untuk pencuci kain dan pencuci piring). Etoksilat, tidak berubah menjadi partikel yang bermuatan, busa yang dihasilkan sedikit, tapi dapat bekerja di air sadah (air yang kandungan mineralnya tinggi), dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Senyawa-senyawa amonium kuarterner, berubah menjadi partikel positif ketika terlarut dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan pada pelembut
  • 3. (softener). Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel positif, netral atau negatif bergantung pH air yang digunakan. Kedua surfaktan ini cukup kestabilan dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk pencuci alatalat rumah tangga. Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah penguat (builder), yang meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. Selain dua komponen utama tadi, deterjen masih mengandung komponen-komponen lain seperti tabel berikut: Klaim busa banyak? Pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting. Mengapa dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa penting? Karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap "memegang" partikel yang telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut. Ismunandar, Dosen Kimia FMIPA ITB