More Related Content
Viewers also liked (6)
Similar to Bahkan (20)
Recently uploaded (20)
Bahkan
- 1. Bahkan, di era otonomi daerah saat ini peluang guru untuk menjadi pejabat pengelola instasi pendidikan justru semakin sulit. Eratnya kepentingan politik dalam menentukan pejabat di daerah telah membuat guru semakin sulit terpakai sebagai pejabat pengelola pendidikan. Meskipun mereka memiliki kemampuan, pengalaman dan SDM yang mumpuni untuk mengelola pendidikan. Karena itu, tidak perlu heran jika sebagian besar pejabat pengelola pendidikan kita bukanlah orang-orang yang memiliki pengalaman sebagai guru. Di mata sebagian besar guru, mereka sebenarnya juga bukanlah orang-orang yang terlalu bernafsu untuk menjadi pejabat pengelola pendidikan. Apalagi dengan doktrinisasi guru harus ikhlas, tawadduk, qanaah, zuhud dan lain sebagainya, membuat sebagian besar guru tidak terlalu berselera untuk menjadi pejabat pengelola pendidikan. Mereka lebih senang menjadi muttabi ketimbang harus menjadi mujtahid di bidang pendidikan. Bahkan banyak pula yang hanya sekedar ingin menjadi guru tanpa mau peduli dengan hiruk pikuk berbagai permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan. Namun demikian, harus pula diakui bahwa secara teori gurulah yang lebih tahu dan lebih mengerti dengan dunia guru, dunia siswa, dunia sekolah dan dunia pendidikan secara umum. Karena itu, guru pula yang berhak mendidik siswa di sekolah, guru pula yang berhak menjadi kepala sekolah, pengawas sekolah, dan seharusnya guru atau orang yang berpengalaman jadi guru pula yang paling berhak untuk menjadi pejabat pengelola instansi pendidikan dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan sekolah. Tapi, jangankan untuk menjadi pejabat struktural di instansi pengelola pendidikan, untuk menjadi kepala sekolah saja saat ini juga tidak bisa semata-mata mengandalkan kemampuan/kompetensi dan pengalaman. Karena itu, tidak jarang guru-guru yang memiliki kompetensi untuk menjadi kepala sekolah tidak berselera menjadi kepala sekolah. Akhirnya kemampuan dan pengalaman mereka tidak termanfaatkan secara maksimal. SDM guru yang handal menjadi terboroskan. Bahkan, tidak saja dalam hal jabatan yang seharusnya diamanahkan kepada guru tapi tidak diberikan kepada guru, dalam bidang keilmuan saja guru juga sulit mendapat kesempatan. Sebagai contoh, dalam berbagai diklat guru, misalnya PLPG untuk guru sertifikasi, guru tidak pernah dilibatkan sebagai instruktur/fasilitator. Lalu, tidakkah ada guru yang layak jadi instruktur/fasilitator untuk diklat guru? Apakah dosen LPTK kita jauh lebih tahu dan lebih memahami dunia guru dibandingkan dengan guru sendiri yang menjadi aktornya?
- 2. Menurut hemat penulis, cukup banyak guru-guru yang pantas diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dalam diklat guru dengan teman-teman seprofesi mereka. Malah jika merujuk pada teori penelitian kualitatif, pelaku/aktorlah yang paling tahu dan mengerti tentang sebuah peristiwa. Karena itu, untuk memahami sesuatu tanyalah pada pelakunya (ask the actor!). Tentang dunia sekolah dan guru, agaknya tidak ada orang yang lebih paham dan lebih mengerti selain dari guru itu sendiri. Bahkan lagi, tidak saja untuk turut berkontribusi dalam berbagai pelatihan guru, dalam ruang