Indonesia adalah produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Cadangan batubara Indonesia diperkirakan akan habis dalam 83 tahun ke depan. Tiga daerah dengan cadangan terbesar adalah Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Ekspor batubara Indonesia mencapai 70-80% dari total produksi.
1 of 4
Download to read offline
More Related Content
Batubara di indonesia
1. Batubara di Indonesia
Produksi dan Ekspor Batubara Indonesia
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Sejak tahun 2005,
ketika melampaui produksi Australia, Indonesia kemudian menjadi eksportir terdepan batubara
thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah
(antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang
sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, cadangan batubara
Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi saat
ini diteruskan. Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati
peringkat ke-10 dengan sekitar 3.1 persen dari total cadangan batubara global terbukti
berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara
total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang
memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
Sejumlah kantung cadangan batubara yang lebih kecil terdapat di pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan cadangan batubara
terbesar di Indonesia adalah:
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan banyak pelaku skala
kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang batubara (terutama di Sumatra dan
Kalimantan).
2. Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali untuk investasi
luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara dalam
negeri. Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif masih rendah. Ekspor batubara
Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara, sisanya dijual di
pasar domestik.
Produksi, Ekspor, Konsumsi & Harga Batubara:
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Production
(in million tons)
217 240 254 275 353 412 474 458 376
Export
(in million tons)
163 191 198 210 287 345 402 382 296
Domestic
(in million tons)
61 49 56 65 66 67 72 76 80
Price (HBA)
(in USD/ton)
n.a n.a 70.7 91.7 118.4 95.5 82.9 72.6 60.1
Sources:Indonesian Coal MiningAssociation (APBI)& Ministryof Energy andMineral Resources
Indonesian Government's Benchmark Thermal Coal Price (HBA):
Month 2012 2013 2014 2015 2016
January 109.29 87.55 81.90 63.84 53.20
February 111.58 88.35 80.44 62.92 50.92
March 112.87 90.09 77.01 67.76 51.62
April 105.61 88.56 74.81 64.48 52.32
May 102.12 85.33 73.60 61.08
June 96.65 84.87 73.64 59.59
July 87.56 81.69 72.45 59.16
August 84.65 76.70 70.29 59.14
September 86.21 76.89 69.69 58.21
October 86.04 76.61 67.26 57.39
November 81.44 78.13 65.70 54.43
December 81.75 80.31 69.23 53.51
in USD/ton
Source: Ministryof Energy and Mineral Resources
Apa yang Mendorong Peningkatan Produksi dan Ekspor Batubara di Indonesia?
3. ï‚· Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik. Paling sedikit 27
persen dari total output energi dunia dan lebih dari 39 persen dari seluruh listrik
dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara karena kelimpahan jumlah
batubara, proses ekstrasinya yang relatif mudah dan murah, dan persyaratan-persyaratan
infrastruktur yang lebih murah dibandingkan dengan sumberdaya energi lainnya.
ï‚· Indonesia memiliki cadangan batubara kualitas menengah dan rendah yang melimpah.
Jenis batubara ini dijual dengan harga kompetitif di pasar internasional (ikut disebabkan
karena upah tenaga kerja Indonesia yang rendah).
ï‚· Indonesia memiliki posisi geografis strategis untuk pasar raksasa negara-negara
berkembang yaitu RTT dan India. Permintaan untuk batubara kualitas rendah dari kedua
negara ini telah naik tajam karena banyak pembangkit listrik bertenaga batubara baru
yang telah dibangun untuk mensuplai kebutuhan listrik penduduknya yang besar.
Negara tujuan utama untuk ekspor batubara Indonesia adalah China, India, Jepang dan Korea.
Batubara jelas penting untuk pendapatan negara karena komoditas ini berkontribusi untuk sekitar
85% dari pendapatan sektor pertambangan.
Prospek Masa Depan Sektor Pertambangan Batubara Indonesia
Boom komoditas pada era 2000-an menghasilkan keuntungan yang signifikan untuk perusahaan-
perusahaan yang bergerak di dalam ekspor batubara. Kenaikan harga komoditas ini - sebagian
besar - dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Kendati begitu, situasi
yang menguntungkan ini berubah pada saat terjadi krisis keuangan global pada tahun 2008 ketika
harga-harga komoditas menurun begitu cepat. Indonesia terkena pengaruh faktor-faktor eksternal
ini karena ekspor komoditas (terutama untuk batubara dan minyak sawit) berkontribusi untuk
sekitar 50% dari total ekspor Indonesia, sehingga membatasi pertumbuhan PDB tahun 2009
sampai 4,6% (yang boleh dikatakan masih cukup baik, terutama didukung oleh konsumsi
domestik). Pada semester 2 tahun 2009 sampai awal tahun 2011, harga batubara global
mengalami rebound tajam. Kendati begitun, penurunan aktivitas ekonomi global telah
menurunkan permintaan batubara, sehingga menyebabkan penurunan harga batubara yang
dimulai dari awal tahun 2011.
Selain dari lambatnya pertumbuhan ekonomi global (dan penurunan besar-besaran perekonomian
RRT), penurunan permintaan komoditas, ada pula faktor lain yang berperan. Pada era boom
komoditi 2000-an yang menguntungkan, banyak perusahaan pertambangan baru yang didirikan
di Indonesia sementara perusahaan-perusahaan tambang yang sudah ada meningkatkan investasi
untuk memperluas kapasitas produksi mereka. Hal ini menyebabkan kelebihan suplai yang
sangat besar dan diperburuk oleh antusiasme para penambang batubara di tahun 2010-2013
untuk memproduksi dan menjual batubara sebanyak mungkin - karena rendahnya harga batubara
global - dalam rangka menghasilkan pendapatan dan keuntungan.
Walaupun kesadaran global telah dibangun untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
fosil, perkembangan sumber energi terbarukan tidak menujukan indikasi bahwa ketergantungan
pada bahan bakar fosil (terutama batubara) akan menurun secara signifikan dalam waktu dekat,
sehingga batubara terus menjadi sumber energi vital. Kendati begitu, teknologi batubara bersih
dalam pertambangan batubara akan sangat diperlukan di masa mendatang (sebagian karena
4. faktor komersil) dan Indonesia diharapkan akan terlibat secara aktif di dalam proses tersebut
sebagai salah satu pelaku utama di sektor pertambangan batubara. Teknologi batubara bersih ini
difokuskan untuk mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara
namun teknologi ini belum berkembang cukup baik. Kegiatan-kegiatan hulu yang terkait dengan
pertambangan batubara, seperti pengembangan waduk-waduk coalbed methane (CBM) yang
potensinya banyak dimiliki oleh Indonesia, telah mulai mendapatkan perhatian belakangan ini.
Kebijakan Pemerintah Indonesia akan mempengaruhi industri pertambangan batubara nasional.
Untuk memperoleh suplai dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Indonesia
meminta para produsen batubara untuk mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk konsumsi
dalam negeri. Selain itu, Pemerintah dapat menggunakan pajak ekspor untuk mengurangi ekspor
batubara. Pemerintah ingin meningkatkan konsumsi domestik batubara sehingga batubara
mensuplai sekitar 30% dari pencampuran energi nasional pada tahun 2025:
Energy Mix
2011
Energy Mix
2025
Minyak Bumi 50% 23%
Batubara 24% 30%
Gas Alam 20% 20%
Energi Terbarukan 6% 26%
Sumber: Kementerian Energi dan SumberDayaMineral (ESDM)
Perkembangan terkini lainnya adalah bahwa pemerintah Indonesia bermaksud untuk membatasi
pengiriman seluruh bahan mentah (kecuali batubara), dan mewajibkan sektor pertambangan
untuk menambahkan nilai pada produk sebelum pelaksanaan ekspor. Pada awalnya, rencana ini
dibuat untuk melarang ekspor bahan mentah dari tahun 2014 dan seterusnya. Baru-baru ini,
Pemerintah menyatakan akan bersikap lebih fleksibel untuk pelarangan ini dan mengungkapkan
bahwa sebagian ekspor dapat dilanjutkan dengan syarat-syarat tertentu. Sektor batubara tidak
akan terpengaruh oleh pelarangan ini sesuai dengan pernyataan pemerintah pada tahun 2012,
sehingga batubara dapat terus diekspor tanpa diolah terlebih dahulu.