ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Ethics & Conflict Interest, Universitas
Mercubuana, 2017
Ethics & Conflict Interest
Dalam berhubungan dengan pelanggan atau calon pelanggan, seorang sales harus
memperlakukan dengan baik, jujur dan adil. Ada etika-etika yang harus diperhatikan dalam
berhubungan dengan calon-calon pelanggan dan juga dengan pelanggan-pelanggan.
Etika-etika sales dalam berhubungan dengan para pelanggan atau para calon pelanggan antara
lain :
• Tidak boleh menyuap
Seorang sales tidak boleh memberikan suap kepada calon pelanggan. Suap ini biasanya
mempunyai tujuan agar calon pembeli membeli barang dari sales tersebut. Pemberian suap
akan merugikan perusahaan dari pembeli karena mungkin saja perusahaan membeli lebih besar
dari seharusnya karena ada yang harus disisihkan untuk suap ini. Di samping itu kualitas jasa
atau produk menjadi berkurang karena sales merasa memberikan sesuatu kepada yang disuap.
• Informasi berlebihan dari produk
Seorang sales mungkin memberikan informasi berlebihan kepada calon pembeli. Calon
pembeli menganggap informasi berlebihan tersebut sebagai realitas. Jika informasi berlebihan
ini ternyata salah, pembeli dapat mengajukan gugatan kepada perusahaan di mana sales
bekerja. Oleh karena itu sampaikan informasi jasa dan produk yang dijual perusahaan secara
proporsional, jangan berlebihan
• Diskriminasi harga
Sales tidak boleh memberikan diskriminasi harga untuk produk yang dijual dalam
jumlah dan kualitas yang sama antara salon pelanggan yang satu dengan yang lain. Sales harus
mempunyai standar harga yang berlaku bagi semua calon pelanggan. Keseragaman pengaturan
harga ini menciptakan keadilan bagi calon pelanggan dan menciptakan persaingan yang sehat
dalam dunia usaha
• Memaksa saling beli
Seorang pembeli tidak boleh membuat syarat pembelian dengan syarat penjualan.
Pembeli tidak boleh membuat syarat mau membeli di mana penjual juga membeli produk atau
jasa dari pembeli. Keadaan ini akan menyebabkan konflik kepentingan. Beberapa perusahaan
besar malah melarang berbisnis dengan pihak supplier
Dalam menjalankan tugasnya untuk membantu pelanggan dan mendapatkan
pendapatan bagi perusahaan, berikut tiga pengetahuan yang wajib dikuasai oleh seorang sales
atau staf penjualan.
Tiga pengetahuan yang wajib diketahui seorang sales antara lain,
• Pelanggan
Mengerti bisnis pelanggan dan kebutuhan pelanggan merupakan pengetahuan wajib
dari seorang sales yang berhasil. Staf penjualan atau yang disebut juga sales harus menjalin
kerjasama dengan pelanggan supaya memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai
permasalahan dan kebutuhan pelanggan. Dari kebutuhan pelanggan inilah seorang sales dapat
menyusun suatu solusi kreatif untuk setiap pelanggan.
• Perusahaan
Seorang sales yang ingin berhasil harus mengetahui seluk beluk mengenai perusahaan
di tempat dia bekerja. Sales harus tahu visi misi perusahaan, nilai-nilai yang dianut dan juga
budaya kerja perusahaan. Sales harus tahu term of payment yang diberlakukan perusahaan
kepada pelanggannya. Pengetahuan ini penting untuk menjelaskan hal-hal terkait dengan
pembelian pelanggan.
Seorang sales harus mengetahui mengenai kebijakan pengembalian barang maupun
layanan yang diberikan perusahaan.
• Produk
Pengetahuan mengenai produk perusahaan merupakan pengetahuan yang sangat vital.
Sales harus mengerti produk-produk perusahaan dan bisa memberika jembatan antara
kebutuhan pelanggan produk yang dimiliki perusahaan di mana dia bekerja. Dengan
memberikan solusi kreatif yang dihasilkan dari produk perusahaan dan kebutuhan pelanggan
maka sales dapat memberikan pendapatan kepada perusahaan di mana dia bekerja
Di mata pelanggan, sales adalah seorang yang mengerti banyak mengenai produk
perusahaan. Pelanggan juga melihat sales seorang konsultan yang diharapkan dapat
memberikan saran-saran mengenai kebutuhan perusahaan.
Di mata perusahaan, sales adalah ujung tombak untuk menghasilkan pendapatan bagi
perusahaan.
Dalam setiap menjalani kehidupan, kita dibatasi oleh etika. Etika mengantarkan kita
untuk hidup teratur sejalan dengan norma yang berlaku. Karena itu dalam prakteknya mereka
yang melanggar etika bisa terkena hukuman. Kalau dalam suatu organisasi disebut terkena
hukuman mulai dari peringatan sampai pemecatan sebagai karyawan. Masalah yang begitu
kompleks yang sering dihadapi oleh para manajer dalam perusahaan adalah dalam menghadapi
tingkah laku karyawan. Keadaan ini bisa menjadi tekanan dan bahkan tantangan dalam
menerapkan aspek etika kerja seperti ketidak-jujuran, ketidak-disiplinan, ketidak-adilan,
kecurangan pertanggung-jawaban administrasi, keegoan dsb.
Karena itu munculah perhatian yang besar bagaimana caranya agar para karyawan dan
tentunya juga manajer bekerja dengan standar etika kerja tertentu. Etika kerja adalah aturan
normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang merupakan pedoman bagi
karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dalam perusahaan. Agregasi dari perilaku
karyawan yang beretika kerja merupakan gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan.
Karena itu etika kerja karyawan secara normatif diturunkan dari etika bisnis. Bahkan dia
diturunkan dari perilaku etika pihak manajemen.
Pedoman etika di perusahaan dibuat untuk menggambarkan bagaimana orang harus
berperilaku dan menjaga standar moral yang diinginkan oleh perusahaan. Setiap karyawan dan
pimpinan harus memahami dengan keyakinan total terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan
prinsip-prinsip moral yang ada di dalam pedoman etika perusahaan. Jadi, pedoman atau
panduan etika kerja dan etika bisnis di perusahaan harus menjadi dasar terbaik untuk
memperlihatkan moralitas kerja yang berkualitas, dan juga menjadi alat yang ampuh untuk
memperlihatkan perilaku moral yang tepat di tempat kerja.
Fitur penting dari moralitas dan etika adalah dia harus berfungsi sebagai panduan bagi
tindakan karyawan, pimpinan, dan setiap stakeholder di tempat kerja dalam koridor adil,
terbuka, dan penuh tanggung jawab.
Tanpa moralitas dan etika, maka setiap perilaku kerja sangat berpotensi untuk menjadi
tidak jujur dalam kepentingan masing-masing pihak. Bila setiap pihak di tempat kerja
berlomba-lomba untuk memikirkan kepentingannya masing-masing, dan mengabaikan
kepentingan dari visi dan misi perusahaan, maka dalam waktu singkat perusahaan akan menjadi
tidak efektif, dan secara perlahan-lahan kinerja perusahaan akan meredup.
Dalam kaitanya dengan pekerjaan sebagai karyawan, tentu hal-hal mendasar seperti relasi antar
karyawan, relasi dengan atasan, hal-hal tersebut menjadi yang harus diperhatikan untuk
menjaga kestabilan kondisi perusahaan dan budaya pekerjaan.
Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang
memerlukan kepercayaan,seperti pengacara, politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaa
n, memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan
kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik
kepentingan dapat timbul bahkan jika hal tersebut tidak menimbulkan tindakan yang
tidak etis atau tidak pantas. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap
seseorang atau suatu profesi.
Berberapa faktor penyebab korupsi di Indonesia adalah adanya konflik kepentingan
yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara. Pemahaman yang tidak seragam mengenai konflik
kepentingan menimbulkan penafsiran yang beragam dan berpengaruh terhadap performa
kinerja Penyelenggara Negara. Untuk itu maka disusunlah Panduan Penanganan Konflik
Kepentingan ini dengan maksud untuk:
• Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal, mengatasi
dan menangani konflik kepentingan;
• Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi-situasi konflik
kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja Penyelenggara
Negara yang bersangkutan;
• Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara.
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh Penyelenggara
Negara antara lain adalah:
• Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan
hadiah atas suatu keputusan/jabatan;
• Situasi yang menyebabkan penggunaan asset jabatan/instansi untuk kepentingan
pribadi/golongan;
• Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/ instansi dipergunakan untuk
kepentingan pribadi/golongan;
• Perangkapan jabatan di beberapa lembaga/instansi/perusahaan yang memiliki
hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga
menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lainnya;
• Situasi dimana seorang penyelenggara negara memberikan akses khusus kepada pihak
tertentu misalnya dalam rekrutmen pegawai tanpa mengikuti prosedur yang
seharusnya;
• Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya
pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;
• Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dimana obyek tersebut
merupakan hasil dari si penilai;
• Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan
• Post employment (berupa trading influence, rahasia jabatan);
• Situasi dimana seorang penyelenggara negara menentukan sendiri besarnya
gaji/remunerasi;
• Moonlighting atau outside employment (bekerja lain diluar pekerjaan pokoknya);
• Situasi untuk menerima tawaran pembelian saham pihak masyarakat,
• Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang.
Untuk mengatasi hal tersebut ada berberapa hal yang dilakukan, antara lain adalah
komunikasi yang efektif antar semua lapisan tingkat karyawan, dan sebaiknya setiap
pengambilan keputusan, ada dilakukan demokrasi atau dengan voting, jadi bukan sepihak,
walaupun hal ini tidak pasti akan mengeliminasi konflik kepentingan, tapi hal ini dapat
meminimalisir konflik kepentingan yang mungkin timbul. Hal yang paling sering dan mungkin
mudah dilakukan adalah audit dari pihak ketiga untuk melakukan pengecekan terhadap
perusahaan kita agar terlihat indikasi konflik kepentingan.

More Related Content

BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Ethics & Conflict Interest, Universitas Mercubuana, 2017

  • 1. BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Ethics & Conflict Interest, Universitas Mercubuana, 2017 Ethics & Conflict Interest Dalam berhubungan dengan pelanggan atau calon pelanggan, seorang sales harus memperlakukan dengan baik, jujur dan adil. Ada etika-etika yang harus diperhatikan dalam berhubungan dengan calon-calon pelanggan dan juga dengan pelanggan-pelanggan. Etika-etika sales dalam berhubungan dengan para pelanggan atau para calon pelanggan antara lain : • Tidak boleh menyuap Seorang sales tidak boleh memberikan suap kepada calon pelanggan. Suap ini biasanya mempunyai tujuan agar calon pembeli membeli barang dari sales tersebut. Pemberian suap akan merugikan perusahaan dari pembeli karena mungkin saja perusahaan membeli lebih besar dari seharusnya karena ada yang harus disisihkan untuk suap ini. Di samping itu kualitas jasa atau produk menjadi berkurang karena sales merasa memberikan sesuatu kepada yang disuap. • Informasi berlebihan dari produk Seorang sales mungkin memberikan informasi berlebihan kepada calon pembeli. Calon pembeli menganggap informasi berlebihan tersebut sebagai realitas. Jika informasi berlebihan ini ternyata salah, pembeli dapat mengajukan gugatan kepada perusahaan di mana sales bekerja. Oleh karena itu sampaikan informasi jasa dan produk yang dijual perusahaan secara proporsional, jangan berlebihan • Diskriminasi harga Sales tidak boleh memberikan diskriminasi harga untuk produk yang dijual dalam jumlah dan kualitas yang sama antara salon pelanggan yang satu dengan yang lain. Sales harus mempunyai standar harga yang berlaku bagi semua calon pelanggan. Keseragaman pengaturan harga ini menciptakan keadilan bagi calon pelanggan dan menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia usaha • Memaksa saling beli Seorang pembeli tidak boleh membuat syarat pembelian dengan syarat penjualan. Pembeli tidak boleh membuat syarat mau membeli di mana penjual juga membeli produk atau jasa dari pembeli. Keadaan ini akan menyebabkan konflik kepentingan. Beberapa perusahaan besar malah melarang berbisnis dengan pihak supplier Dalam menjalankan tugasnya untuk membantu pelanggan dan mendapatkan pendapatan bagi perusahaan, berikut tiga pengetahuan yang wajib dikuasai oleh seorang sales atau staf penjualan. Tiga pengetahuan yang wajib diketahui seorang sales antara lain, • Pelanggan Mengerti bisnis pelanggan dan kebutuhan pelanggan merupakan pengetahuan wajib dari seorang sales yang berhasil. Staf penjualan atau yang disebut juga sales harus menjalin kerjasama dengan pelanggan supaya memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai permasalahan dan kebutuhan pelanggan. Dari kebutuhan pelanggan inilah seorang sales dapat menyusun suatu solusi kreatif untuk setiap pelanggan.
  • 2. • Perusahaan Seorang sales yang ingin berhasil harus mengetahui seluk beluk mengenai perusahaan di tempat dia bekerja. Sales harus tahu visi misi perusahaan, nilai-nilai yang dianut dan juga budaya kerja perusahaan. Sales harus tahu term of payment yang diberlakukan perusahaan kepada pelanggannya. Pengetahuan ini penting untuk menjelaskan hal-hal terkait dengan pembelian pelanggan. Seorang sales harus mengetahui mengenai kebijakan pengembalian barang maupun layanan yang diberikan perusahaan. • Produk Pengetahuan mengenai produk perusahaan merupakan pengetahuan yang sangat vital. Sales harus mengerti produk-produk perusahaan dan bisa memberika jembatan antara kebutuhan pelanggan produk yang dimiliki perusahaan di mana dia bekerja. Dengan memberikan solusi kreatif yang dihasilkan dari produk perusahaan dan kebutuhan pelanggan maka sales dapat memberikan pendapatan kepada perusahaan di mana dia bekerja Di mata pelanggan, sales adalah seorang yang mengerti banyak mengenai produk perusahaan. Pelanggan juga melihat sales seorang konsultan yang diharapkan dapat memberikan saran-saran mengenai kebutuhan perusahaan. Di mata perusahaan, sales adalah ujung tombak untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Dalam setiap menjalani kehidupan, kita dibatasi oleh etika. Etika mengantarkan kita untuk hidup teratur sejalan dengan norma yang berlaku. Karena itu dalam prakteknya mereka yang melanggar etika bisa terkena hukuman. Kalau dalam suatu organisasi disebut terkena hukuman mulai dari peringatan sampai pemecatan sebagai karyawan. Masalah yang begitu kompleks yang sering dihadapi oleh para manajer dalam perusahaan adalah dalam menghadapi tingkah laku karyawan. Keadaan ini bisa menjadi tekanan dan bahkan tantangan dalam menerapkan aspek etika kerja seperti ketidak-jujuran, ketidak-disiplinan, ketidak-adilan, kecurangan pertanggung-jawaban administrasi, keegoan dsb. Karena itu munculah perhatian yang besar bagaimana caranya agar para karyawan dan tentunya juga manajer bekerja dengan standar etika kerja tertentu. Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang merupakan pedoman bagi karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dalam perusahaan. Agregasi dari perilaku karyawan yang beretika kerja merupakan gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan. Karena itu etika kerja karyawan secara normatif diturunkan dari etika bisnis. Bahkan dia diturunkan dari perilaku etika pihak manajemen. Pedoman etika di perusahaan dibuat untuk menggambarkan bagaimana orang harus berperilaku dan menjaga standar moral yang diinginkan oleh perusahaan. Setiap karyawan dan pimpinan harus memahami dengan keyakinan total terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip moral yang ada di dalam pedoman etika perusahaan. Jadi, pedoman atau panduan etika kerja dan etika bisnis di perusahaan harus menjadi dasar terbaik untuk memperlihatkan moralitas kerja yang berkualitas, dan juga menjadi alat yang ampuh untuk memperlihatkan perilaku moral yang tepat di tempat kerja. Fitur penting dari moralitas dan etika adalah dia harus berfungsi sebagai panduan bagi tindakan karyawan, pimpinan, dan setiap stakeholder di tempat kerja dalam koridor adil, terbuka, dan penuh tanggung jawab.
  • 3. Tanpa moralitas dan etika, maka setiap perilaku kerja sangat berpotensi untuk menjadi tidak jujur dalam kepentingan masing-masing pihak. Bila setiap pihak di tempat kerja berlomba-lomba untuk memikirkan kepentingannya masing-masing, dan mengabaikan kepentingan dari visi dan misi perusahaan, maka dalam waktu singkat perusahaan akan menjadi tidak efektif, dan secara perlahan-lahan kinerja perusahaan akan meredup. Dalam kaitanya dengan pekerjaan sebagai karyawan, tentu hal-hal mendasar seperti relasi antar karyawan, relasi dengan atasan, hal-hal tersebut menjadi yang harus diperhatikan untuk menjaga kestabilan kondisi perusahaan dan budaya pekerjaan. Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan,seperti pengacara, politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaa n, memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik kepentingan dapat timbul bahkan jika hal tersebut tidak menimbulkan tindakan yang tidak etis atau tidak pantas. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi. Berberapa faktor penyebab korupsi di Indonesia adalah adanya konflik kepentingan yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara. Pemahaman yang tidak seragam mengenai konflik kepentingan menimbulkan penafsiran yang beragam dan berpengaruh terhadap performa kinerja Penyelenggara Negara. Untuk itu maka disusunlah Panduan Penanganan Konflik Kepentingan ini dengan maksud untuk: • Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal, mengatasi dan menangani konflik kepentingan; • Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi-situasi konflik kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja Penyelenggara Negara yang bersangkutan; • Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara. Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh Penyelenggara Negara antara lain adalah: • Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatan; • Situasi yang menyebabkan penggunaan asset jabatan/instansi untuk kepentingan pribadi/golongan; • Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/ instansi dipergunakan untuk kepentingan pribadi/golongan; • Perangkapan jabatan di beberapa lembaga/instansi/perusahaan yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lainnya; • Situasi dimana seorang penyelenggara negara memberikan akses khusus kepada pihak tertentu misalnya dalam rekrutmen pegawai tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya; • Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;
  • 4. • Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dimana obyek tersebut merupakan hasil dari si penilai; • Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan • Post employment (berupa trading influence, rahasia jabatan); • Situasi dimana seorang penyelenggara negara menentukan sendiri besarnya gaji/remunerasi; • Moonlighting atau outside employment (bekerja lain diluar pekerjaan pokoknya); • Situasi untuk menerima tawaran pembelian saham pihak masyarakat, • Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang. Untuk mengatasi hal tersebut ada berberapa hal yang dilakukan, antara lain adalah komunikasi yang efektif antar semua lapisan tingkat karyawan, dan sebaiknya setiap pengambilan keputusan, ada dilakukan demokrasi atau dengan voting, jadi bukan sepihak, walaupun hal ini tidak pasti akan mengeliminasi konflik kepentingan, tapi hal ini dapat meminimalisir konflik kepentingan yang mungkin timbul. Hal yang paling sering dan mungkin mudah dilakukan adalah audit dari pihak ketiga untuk melakukan pengecekan terhadap perusahaan kita agar terlihat indikasi konflik kepentingan.