際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PALSY
Oleh :
MULIATI
BELLS
DEFINISI
Bells palsy adalah suatu kelumpuhan
saraf fasialis perifer yang bersifat unilateral,
penyebabnya tidak diketahui (idopatik),
akut dan tidak disertai oleh gangguan
pendengaran, kelainan neurologi lainnya
atau kelainan lokal.
DEFINISI
 Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab
terbanyak dari paralysis fasial akut.
 Di dunia, insiden tertinggi ditemukan di Seckori,
Jepang tahun 1986 dan insiden terendah
ditemukan di Swedia tahun 1997.
 Di Indonesia didapatkan frekuensi Bells palsy
sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati.
 Terbanyak pada usia 21  30 tahun.
 Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
ETIOLOGI
Penyebab adalah kelumpuhan N. fasialis perifer. :
 Idiopatik
 Kongenital
 Didapat
MANIFESTASI KLINIS
 Kelumpuhan otot  otot wajah unilateral;
 Terjadi secara tiba-tiba;
 Rasa kaku dan baal pada wajah yang terkena;
 Terganggunya produksi air mata;
 Hipersalivasi;
 Nyeri sekitar teinga.
Bell's palsy
DIAGNOSIS
 Perlu dibedakan paralisis akibat lesi di SSP e.c
stroke, dimana pada stroke gangguan yang
terjadi hanya melibatkan salah satu dari gejala
yang ada. Misalnya, pada beels palsy (perifer)
dapat terjadi bibir mencong dan ptosis secara
bersamaan, sementara pada stroke (sentral),
hanya salah satunya yang terjadi.
 House Brachmann Scale
Bell's palsy
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Ct-Scan
 Rontgen kepala
 MRI
DIAGNOSIS BANDING
 Infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum
(Ramsay Hunt syndrom)
 Miller Fisher Syndrom
 Guillain Barre syndrom
PENATALAKSANAAN
 Tujuan penatalaksanaan Bells palsy adalah
untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
kelumpuhan parsial menjadi kelumpuhan
komplit, meningkatkan angka penyembuhan
komplit, menurunkan insiden sinkinesis dan
kontraktur serta mencegah kelainan pada mata.
 Pemberian steroid dapat mengurangi inflamasi
dan edema pada saraf facialis yang merupakan
penyebab paling mungkin.
 Dosis pemberian prednison (maksimal 40-60
mg/hari) dan prednisolon (maksimal 70 mg)
adalah 1 mg per kg per hari peroral selama enam
hari diikuti empat hari tappering off.
Bell's palsy

More Related Content

Bell's palsy

  • 2. DEFINISI Bells palsy adalah suatu kelumpuhan saraf fasialis perifer yang bersifat unilateral, penyebabnya tidak diketahui (idopatik), akut dan tidak disertai oleh gangguan pendengaran, kelainan neurologi lainnya atau kelainan lokal.
  • 3. DEFINISI Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Di dunia, insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah ditemukan di Swedia tahun 1997. Di Indonesia didapatkan frekuensi Bells palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati. Terbanyak pada usia 21 30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
  • 4. ETIOLOGI Penyebab adalah kelumpuhan N. fasialis perifer. : Idiopatik Kongenital Didapat
  • 5. MANIFESTASI KLINIS Kelumpuhan otot otot wajah unilateral; Terjadi secara tiba-tiba; Rasa kaku dan baal pada wajah yang terkena; Terganggunya produksi air mata; Hipersalivasi; Nyeri sekitar teinga.
  • 7. DIAGNOSIS Perlu dibedakan paralisis akibat lesi di SSP e.c stroke, dimana pada stroke gangguan yang terjadi hanya melibatkan salah satu dari gejala yang ada. Misalnya, pada beels palsy (perifer) dapat terjadi bibir mencong dan ptosis secara bersamaan, sementara pada stroke (sentral), hanya salah satunya yang terjadi. House Brachmann Scale
  • 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG Ct-Scan Rontgen kepala MRI
  • 10. DIAGNOSIS BANDING Infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay Hunt syndrom) Miller Fisher Syndrom Guillain Barre syndrom
  • 11. PENATALAKSANAAN Tujuan penatalaksanaan Bells palsy adalah untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kelumpuhan parsial menjadi kelumpuhan komplit, meningkatkan angka penyembuhan komplit, menurunkan insiden sinkinesis dan kontraktur serta mencegah kelainan pada mata. Pemberian steroid dapat mengurangi inflamasi dan edema pada saraf facialis yang merupakan penyebab paling mungkin. Dosis pemberian prednison (maksimal 40-60 mg/hari) dan prednisolon (maksimal 70 mg) adalah 1 mg per kg per hari peroral selama enam hari diikuti empat hari tappering off.