1. Berjuanglah untuk Islam Walau Anda
Pelaku Maksiat
Rubrik: Tazkiyatun Nufus | Oleh: Farid Nu'man Hasan - 02/02/14 | 19:23 | 00 Rabbi
al-Thanni 1435 H
Ada 17 komentar
24564 hits
Ilustrasi. (inet)
dakwatuna.com - Saudaraku …
Apa yang kau anggap atas dirimu sendiri? Begitu banyakkah dosa dan noda? Ketahuilah, setiap
manusia –siapa pun dia- juga memiliki kesalahan, dan sebaik-baik manusia yang membuat
kesalahan adalah yang mau bertaubat. Mari jadilah yang terbaik…
Saudaraku …
Apa yang menghalangimu membela agamamu? Apa yang merintangimu beramal demi kejayaan
Islam dan kaum muslimin? Dosa, noda, dan maksiat itu? Ketahuilah, jika kau diam saja, tidak
beramal karena merasa belum pantas berjuang, masih jauh dari sempurna, maka daftar noda
dan maksiat itu semakin bertambah. Itulah tipu daya setan atas anak Adam, mereka
menghalangi manusia dari berjuang dan hidup bersama para pejuang, dengan menciptakan
keraguan di dalam hati manusia dengan menjadikan dosa-dosanya sebagai alasan.
Saudaraku …
2. Hilangkan keraguanmu, karena Rabbmu yang Maha Pengampun telah berfirman:
ِنَّاِْحَسَن تِ ُِِْهح ِنَّاسيَِن َتِِ
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan. (QS. Hud: 114)
Hilangkan pula kebimbanganmu, karena kekasih hati tercinta, Nabi-Nya yang mulia –Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
وَأَتَْبع َاَسَيَتَْة َاَْحَسَيَة حتحمْعَه َا
Ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya. (HR. At
Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21354, 21403, 21487, 21536, 21988,
22059, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir
No. 530, Ad Darimi No. 2833, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai
syarat Al Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At Talkhish.
Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani menghasankannya dalam kitab
mereka masing-masing)
Saudaraku …
Tidak usah berkecil hati dan jangan putus asa, sungguh agama mulia ini pernah dimenangkan
oleh orang mulianya dan para fajir (pelaku dosa)nya. Semuanya mengambil bagian dalam
gerbong caravan pejuang Islam. Imam Al Bukhari telah membuat Bab dalam kitab Shahihnya,
Innallaha Yu’ayyidu Ad Diin bir Rajul Al Faajir (Sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya
melalui seseorang yang fajir). Ya, kadang ada pelaku maksiat, seorang fajir, justru dia
melakukan aksi-aksi nushrah (pertolongan) terhadap agamanya, dibanding laki-laki yang shalih.
Semoga aksi-aksi nushrah tersebut bisa merubahnya dari perilaku buruknya, dan dia bisa
mengambil pelajaran darinya sampai dia berubah menjadi orang shalih yang berjihad, bukan lagi
orang fajir yang berjihad.
Saudaraku … Ada Abu Mihjan!!
Kukisahkan kepadamu tentang Abu Mihjan Radhiallahu ‘Anhu. Ditulis dengan tinta emas para
ulama Islam, di antaranya Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala pada Bab Sirah Umar
Al Faruq. (2/448. Darul Hadits, Kairo), juga Usudul Ghabah-nya Imam Ibnul Atsir. (6/271. Darul
Kutub Al ‘Ilmiyah)
Beliau adalah seorang laki-laki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman keras).
Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk
(Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali
dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu
syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu
‘Anhum.
3. Hingga datanglah perang Al Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash Radhiallahu
‘Anhu melawan Persia, pada masa pemerintahan Khalifah Umar Radhiallahu ‘Anhu. Abu Mihjan
ikut andil di dalamnya, dia tampil gagah berani bahkan termasuk yang paling bersemangat dan
banyak membunuh musuh. Tetapi, saat itu dia dikalahkan keinginannya untuk meminum khamr,
akhirnya dia pun meminumnya. Maka, Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya dengan
memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut jihad.
Di dalam penjara, dia sangat sedih karena tidak bisa bersama para mujahidin. Apalagi dari
dalam penjara dia mendengar suara dentingan pedang dan teriakan serunya peperangan,
hatinya teriris, ingin sekali dia membantu kaum muslimin melawan Persia yang Majusi. Hal ini
diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash yang bernama Salma, dia sangat iba melihat
penderitaan Abu Mihjan, menderita karena tidak dapat ikut berjihad, menderita karena tidak bisa
berbuat untuk agamanya! Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan
dia memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di atasnya- Beliau
membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para mujahidin. Abu Mihjan meminta
kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa dan juga senjatanya. Beliau berjanji, jika masih hidup
akan mengembalikan kuda dan senjata itu, dan kembali pula ke penjara. Sebaliknya jika wafat
memang itulah yang dia cita-citakan.
Abu Mihjan berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga tidak seorang pun
yang mengenalnya. Dia masuk turun ke medan jihad dengan gesit dan gagah berani. Sehingga
Sa’ad memperhatikannya dari kamar tempatnya berbaring karena sakit dan dia takjub
kepadanya, dan mengatakan: “Seandainya aku tidak tahu bahwa Abu Mihjan ada di penjara,
maka aku katakan orang itu pastilah Abu Mihjan. Seandainya aku tidak tahu di mana pula si
Balqa, maka aku katakan kuda itu adalah Balqa.”
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan istrinya menceritakan apa yang terjadi
sebenarnya pada Abu Mihjan, sehingga lahirlah rasa iba dari Sa’ad kepada Abu Mihjan.
Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan
dia sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu
‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
خبر لى ع لدك ج س ال دة هم أو شرم ه ال اهللا و اهس :قول ف دة هم
Kami tidak akan mencambukmu karena khamr selamanya. Abu Mihjan menjawab: “Dan Aku,
Demi Allah, tidak akan lagi meminum khamr selamanya!”
Saudaraku ….
Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat
nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih bisa seperti Abu Mihjan,
walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut
hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke
4. dalam deretan para pejuang agama-Nya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah
kepada kita. Amin.
Wallahu A’lam.
Tentang Farid Nu'man Hasan
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/02/02/45749/berjuanglah-untuk-islam-
walau-anda-pelaku-maksiat/#ixzz31gUOx0R0
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook