ݺߣ

ݺߣShare a Scribd company logo
1
Renungan:
Membentuk Karakter Win Win Solution
Oleh: Lastiko Runtuwene
Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), artinya manusia
membutuhkan manusia yang lain. Hakekat manusia adalah hidup dan
berada bersama dengan manusia lainnya. Namun dalam kehidupan
bersama itu sering kita mengalami konflik-konflik tertentu. Konflik
terjadi karena ada yang merasa kalah (atau dikalahkan) dan tidak
menerimanya. Hidup yang harmonis adalah apabila dalam hidup
bersama semua merasa menang. Tidak ada yang merasa dikalahkan
atau mengalahkan. Kemenangan sejati apabila seorang merasa menang,
dan dia sendiri merasa kemenangannya karena orang lain, atau dia
sendiri memenangkan orang lain.
Konflik-konflik yang terjadi dalam hidup di satu pihak bersifat
konstruktif atau sebaliknya destruktif. Konflik konstruktif memang
diperlukan. Namun konflik destruktif tentang perlu diatasi atau dicari
jalan keluarnya. Konflik destruktif sering kali merupakan masalah yang
perlu diatasi. Konflik kontruktif dalam arti lain adalah kompetisi, atau
persaingan yang sehat. Dalam perpektif ini dibutuhkan integritas,
kematangan dan mentalitas yang berkelimpahan.
Berpikir dan bersikap ‘menang-menang’ (win-win solution)
merupakan sikap hidup dengan kerangka berpikir yang menyatakan
bahwa saya dapat menang, demikian juga kamu dan pada akhirnya
semua dapat menang. Dalam kehidupan sedikitnya terdapat lima
strategi (cara) pemecahan masalah untuk mengatasi konflik, yakni,
strategi Menang-kalah (Win-Lose), Kalah-menang (Lose-win), Kalah-kalah
(Lose-lose), Menang (Win) dan Menang-menang (Win-win).
Manusia yang memiliki kemampuan bersikap win-win solution
adalah pribadi yang memiliki kemampuan kepemimpinan antarpribadi
dengan memiliki paradigma ‘menang-menang’. Walaupun memang
dalam kenyataan setiap orang memiliki variasi paradigma dalam
2
mengatasi konflik hidupnya. Berpikir menang-menang merupakan
dasar untuk dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Berpikir
menang-menang mulai dengan kepercayaan bahwa kita adalah setara,
tidak ada yang “di bawah” ataupun “di atas” orang lain. Paradigma
‘menang-menang’ adalah konsensus ataupun solusi yang memberikan
keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Menang-menang melihat
kehidupan sebagai arena yang kooperatif, yakni arena untuk
mengembangkan diri dan kelompok melalui kerja-sama, bukan
pertama-tama arena kompetisi atau persaingan.
Yesus dalam pengajaran-Nya memberikan pandangan tentang
sikap win-win solution. Di antaranya dapat ditemukan dalam
pengajaran-Nya tentang membayar pajak kepada kaisar (Mat 22:15-22;
Mrk 12:13-17; Luk 20:20-26). “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib
kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah.” (Mat 22:21). Yesus tidak membuat dikotomi
antara kesetiaan kepada Allah dan kepada penguasa. Orang wajib
tunduk dan setia kepada penguasa dan pemerintah akan tetapi
sekaligus juga setia kepada Allah. Dalam arti ini, bukan penguasa atau
pemerintah lebih tinggi dari Allah. Menurut Paulus pemerintah adalah
berasal dari Allah, untuk itu Allah di dalam Yesus adalah lebih tinggi
dari pemerintah (Efesus 1:20-21).
Inspirasi biblis lain yang dapat dipakai mengenai perilaku
menang-menang adalah teks tentang sidang di Yerusalem (Kis Ras 15:1-
21). Pada mulanya terjadi pertentangan (konflik) pendapat antara
kelompok Paulus dan kelompok Petrus tentang syarat menjadi Kristen.
Kedua kelompok berkat karya Roh Kudus tidak ada yang kalah, kedua-
duanya menang, karena semua merasa dapat menerima keputusan
bersama.
Dalam paradigma “Menang-menang” sedikitnya terkandung lima
dimensi kehidupan yang saling tergantung, yaitu: karakter; hubungan;
kesepakatan; struktur dan sistem; dan proses. Prinsip ini dimulai
berdasarkan karakter. Ciri karakter yang esensial dari paradigma
menang-menang, yaitu integritas, kematangan, dan mentalitas
3
berkelimpahan. Integritas merupakan nilai yang ditempatkan pada diri
sendiri, kematangan adalah keseimbangan antara keberanian dan
tenggang rasa, sedangkan mentalitas berkelimpahan menganut
paradigma bahwa ada banyak di luar sana dan cukup untuk dibagi
kepada banyak orang. Maksudnya ialah seseorang merasa tetap
berkelimpahan atau merasa aman dalam dirinya atas kemenangan
orang lain. Mentalitas kelimpahan mengalir dari nilai diri dan rasa aman
pribadi yang mendalam. Hubungan dibangun dan pelihara atas dasar
karakter. Dari hubungan maka mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini
dipelihara dalam lingkungan di mana struktur dan sistem didasarkan
pada cara berpikir Menang-Menang. Untuk mencapai tujuan menang-
menang maka diperlukan proses kerjasama yang saling menguntungkan
sebagai penunjang.

More Related Content

Bqtn1367870018

  • 1. 1 Renungan: Membentuk Karakter Win Win Solution Oleh: Lastiko Runtuwene Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), artinya manusia membutuhkan manusia yang lain. Hakekat manusia adalah hidup dan berada bersama dengan manusia lainnya. Namun dalam kehidupan bersama itu sering kita mengalami konflik-konflik tertentu. Konflik terjadi karena ada yang merasa kalah (atau dikalahkan) dan tidak menerimanya. Hidup yang harmonis adalah apabila dalam hidup bersama semua merasa menang. Tidak ada yang merasa dikalahkan atau mengalahkan. Kemenangan sejati apabila seorang merasa menang, dan dia sendiri merasa kemenangannya karena orang lain, atau dia sendiri memenangkan orang lain. Konflik-konflik yang terjadi dalam hidup di satu pihak bersifat konstruktif atau sebaliknya destruktif. Konflik konstruktif memang diperlukan. Namun konflik destruktif tentang perlu diatasi atau dicari jalan keluarnya. Konflik destruktif sering kali merupakan masalah yang perlu diatasi. Konflik kontruktif dalam arti lain adalah kompetisi, atau persaingan yang sehat. Dalam perpektif ini dibutuhkan integritas, kematangan dan mentalitas yang berkelimpahan. Berpikir dan bersikap ‘menang-menang’ (win-win solution) merupakan sikap hidup dengan kerangka berpikir yang menyatakan bahwa saya dapat menang, demikian juga kamu dan pada akhirnya semua dapat menang. Dalam kehidupan sedikitnya terdapat lima strategi (cara) pemecahan masalah untuk mengatasi konflik, yakni, strategi Menang-kalah (Win-Lose), Kalah-menang (Lose-win), Kalah-kalah (Lose-lose), Menang (Win) dan Menang-menang (Win-win). Manusia yang memiliki kemampuan bersikap win-win solution adalah pribadi yang memiliki kemampuan kepemimpinan antarpribadi dengan memiliki paradigma ‘menang-menang’. Walaupun memang dalam kenyataan setiap orang memiliki variasi paradigma dalam
  • 2. 2 mengatasi konflik hidupnya. Berpikir menang-menang merupakan dasar untuk dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Berpikir menang-menang mulai dengan kepercayaan bahwa kita adalah setara, tidak ada yang “di bawah” ataupun “di atas” orang lain. Paradigma ‘menang-menang’ adalah konsensus ataupun solusi yang memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Menang-menang melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, yakni arena untuk mengembangkan diri dan kelompok melalui kerja-sama, bukan pertama-tama arena kompetisi atau persaingan. Yesus dalam pengajaran-Nya memberikan pandangan tentang sikap win-win solution. Di antaranya dapat ditemukan dalam pengajaran-Nya tentang membayar pajak kepada kaisar (Mat 22:15-22; Mrk 12:13-17; Luk 20:20-26). “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22:21). Yesus tidak membuat dikotomi antara kesetiaan kepada Allah dan kepada penguasa. Orang wajib tunduk dan setia kepada penguasa dan pemerintah akan tetapi sekaligus juga setia kepada Allah. Dalam arti ini, bukan penguasa atau pemerintah lebih tinggi dari Allah. Menurut Paulus pemerintah adalah berasal dari Allah, untuk itu Allah di dalam Yesus adalah lebih tinggi dari pemerintah (Efesus 1:20-21). Inspirasi biblis lain yang dapat dipakai mengenai perilaku menang-menang adalah teks tentang sidang di Yerusalem (Kis Ras 15:1- 21). Pada mulanya terjadi pertentangan (konflik) pendapat antara kelompok Paulus dan kelompok Petrus tentang syarat menjadi Kristen. Kedua kelompok berkat karya Roh Kudus tidak ada yang kalah, kedua- duanya menang, karena semua merasa dapat menerima keputusan bersama. Dalam paradigma “Menang-menang” sedikitnya terkandung lima dimensi kehidupan yang saling tergantung, yaitu: karakter; hubungan; kesepakatan; struktur dan sistem; dan proses. Prinsip ini dimulai berdasarkan karakter. Ciri karakter yang esensial dari paradigma menang-menang, yaitu integritas, kematangan, dan mentalitas
  • 3. 3 berkelimpahan. Integritas merupakan nilai yang ditempatkan pada diri sendiri, kematangan adalah keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa, sedangkan mentalitas berkelimpahan menganut paradigma bahwa ada banyak di luar sana dan cukup untuk dibagi kepada banyak orang. Maksudnya ialah seseorang merasa tetap berkelimpahan atau merasa aman dalam dirinya atas kemenangan orang lain. Mentalitas kelimpahan mengalir dari nilai diri dan rasa aman pribadi yang mendalam. Hubungan dibangun dan pelihara atas dasar karakter. Dari hubungan maka mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini dipelihara dalam lingkungan di mana struktur dan sistem didasarkan pada cara berpikir Menang-Menang. Untuk mencapai tujuan menang- menang maka diperlukan proses kerjasama yang saling menguntungkan sebagai penunjang.