2. hal 2 dari 6
Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan
Riza Primahendra
Pengantar
Salah satu indikator utama dalam melaksanakan CSR atapun pembangunan sosial
secara umum adalah terjadinya perubahan perilaku dari mereka yang menjadi subyek
kegiatan. Perubahan perilaku ini pada umumnya dilaksanakan melalui beberapa cara
seperti mengembangkan kesadaran, memberikan pelatihan, penyediaan insentif sebagai
penguatan positif (positive reinforcement), dan berbagai kegiatan lainnya
Dari perspektif manajemen, perubahan perilaku hanya dapat terjadi manakala ide untuk
melaksanakan perubahan ‘dibeli’ (buy in) oleh individu dan kelompok yang disasar.
Untuk membuat ide tersebut dibeli, maka diperlukan langkah-langkah pemasaran yang
sesuai. Pemasaran sosial dengan demikian adalah penerapan ide-ide, pendekatan, dan
strategi dalam konteks perubahan sosial yaitu mendorong terjadinya perubahan perilaku
sosial dari individu atau kelompok masyarakat.
Memahami Pemasaran Sosial
Langkah awal untuk melaksanakan
perubahan sosial adalah mengenali
kesalahan dasar yang terjadi dalam
melaksanakan perubahan perilaku.
Seringkali ketika berhadapan
dengan masyarakat, para pelaksana
lapangan dan pimpinannya
berasumsi bahwa mereka adalah
pihak yang memiliki pemahaman
yang benar (true knowledge) dan
mengetahui perilaku yang tepat
(correct behaviour) sebagaimana
diperlukan untuk membangun
masyarakat. Sementara masyarakat
pada sisi lain adalah pihak yang tidak tahu dan tidak mampu, dibuktikan bahwa mereka
terperangkap dalam kondisi miskin dan marjinal sehingga perlu dibantu. Proses
perubahan dimulai dengan mereplikasi pemahaman dan perilaku dari pelaksana
lapangan ke masyarakat.
Koreksi terhadap kesalahan dasar mutlak perlu dilakukan sejak awal. Hal ini dilakukan
dengan mengubah penempatan masyarakat atau kelompok sasaran bukan sebagai pihak
yang tidak tahu dan tidak mampu melainkan sebagai pelanggan, dan seperti halnya
dalam hukum pemasaran, pelanggan tidak pernah salah. Bila pemasaran belum berhasil
maka yang harus dilakukan adalah meninjau ulang aspek-aspek dari pemasaran yang
dilaksanan. Sebagai pelanggan, justru yang harus dilaksanakan sejak awal adalah
3. hal 3 dari 6
mengetahui secara persis kecenderungan, preferensi, karakteristik, dan perilaku
pelanggan. Langkah ini perlu diikuti dengan menetapkan pelanggan primer dan
sekunder. Pelanggan primer adalah mereka yang sangat membutuhkan produk/jasa
yang akan dijual, dalam hal ini adalah perubahan perilaku. Pelanggan sekunder adalah
mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan primer dan dapat mempengaruhi
proses ‘buy-in’. Langkah yang menyusul adalah menetapkan strategi dari pemasaran
sosial, yaitu 4P.
Aspek-Aspek Strategi Pemasaran Sosial
Aspek-aspek strategi pemasaran sosial dapat diringkas kedalam 4P, yaitu Product, Price,
Place, dan Promotion. Produk adalah apa yang akan kita ‘jual’, harga (price) adalah apa
yang pelanggan harus ‘bayar’ atau korbankan, tempat (place) adalah lokasi dimana
transaksi berlangsung, dan promosi adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menarik minat dan komitmen dari pelanggan.
Dalam konteks pemasaran sosial, maka keempat aspek strategi tersebut dapat
dideskrisikan lebih jauh sebagai berikut:
Product:
Produk adalah pengetahuan, kesadaran, nilai dan keyakinan, serta perilaku yang
diharapkan akan berkembang di kalangan pelanggan. Pada banyak kasus, produk ini
bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Berbagai aspek dari pengetahuan, kesadaran,
nilai dan keyakinan, maupun perilaku yang diharapkan sudah ada di masyarakat namun
dapat tidak disadari, tidak dikenali, tidak dilaksanakan secara reguler, hanya
dilaksanakan sejumlah kecil individu atau kelompok, ataupun tertutup oleh hal-hal lain.
Price:
Biaya atau pengorbanan yang harus dilakukan oleh mereka yang akan merubah perilaku
perlu diperhitungkan terutama bila dalam jangka pendek akan membawa implikasi
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Untuk menilai biaya perlu dipertimbangkan
aspek finansial dan non finansial, dalam jangka pendek maupun panjang, yang akan
dialami oleh masyarakat.
Place:
Lokasi akan menentukan proses ‘buy-in’ dari kelompok sasaran. Terdapat tiga alasan
mengapa lokasi perlu diperhatikan. Pertama, proses ‘buy-in’ akan berjalan melalui
proses sosial baik pada tataran keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pada tempat
yang tepat, seperti pada lokasi dimana sudah terdapat pengalaman positif terhadap
perubahan akan memberikan kondisi optimal. Kedua, memilih lokasi yang tepat dapat
menjangkau pelanggan yang lebih banyak dan bila proses berjalan dengan baik akan
terjadi mekanisme saling menguatkan. Ketiga, aspek kesesuaian dan kenyamanan
bersifat peka konteks. Ditempat yang berbeda masyarakat dapat memiliki referensi yang
berbeda tentang tempat yang sesuai dan nyaman.
Promotion:
‘Seeing is believing’ masih merupakan bentuk promosi yang efektif. Melihat keberhasilan
dan dampak nyata merupakan sumber inspirasi bagi kebanyakan orang. Promosi perlu
dilaksanakan dengan mengoptimalkan bauran (mix) dari beberapa sarana yang tersedia
secara lokal dan dipergunakan secara bersama-sama oleh masyarakat.
4. hal 4 dari 6
Psikologi Pemasaran Sosial
Dalam melaksanakan pemasaran sosial terdapat dimensi psikologi yang perlu
dipertimbangkan. Proses ‘buy-in’ melalui tujuh tahap yang secara skematis dapat
digambarkan sebagai berikut.
Setiap tahap pada dasarnya adalah ‘pintu’ yang harus dibuka sendiri oleh mereka yang
akan melaksanakan perubahan. Pada setiap tahap terbuka kemugkinan orang tidak
membuka pintu tahap berikutnya sehingga berhenti pada tahap tertentu. Proses
perubahan perilaku yang sukses menuntut ketujuh pintu dibuka sendiri oleh masyarakat.
Berikut adalah gambaran lain dari tahap-tahap psikologi yang harus dilalui
menggunakan analogi pintu.
Catatan akhir
Untuk melaksanakan pemasaran sosial, maka berikut adalah proses yang sebaiknya
dilaksanakan dan dapat menjadi referensi.
Tahap 1 - Persiapan
Rumuskan perubahan perilaku yang diharapkan dari masyarakat secara jelas.
Laksanakan pemetaan dan analisa sosial untuk mengetahui karakteristik, konteks, dan
kondisi yang ada di masyarakat. Tentukan ‘pintu masuk’ dan pendekatan yang sesuai.
5. hal 5 dari 6
Telaah ketersediaan sumber daya yang ada dan pertimbangkan resiko-resiko dari
kegiatan yang akan dilaksanakan. Penting untuk memperhatikan pengalaman dari
inisiatif serupa di masa lalu.
Tahap 2 – Kembangkan Strategi Pemasaran
Susun 4P kedalam rumusan strategi yang komprehensif. Tercakup dalam strategi
tersebut adalah: identifikasi kelompok sasaran sebagai pintu masuk, tujuan dan sasaran,
manfaat yang akan dicapai khususnya bagi masyarakat, indikator kunci dan monitoring
serta evaluasi. Penting untuk membuat rumusan yang ada jelas dan realistis.
Tahap 3 – Kembangkan dan Laksanakan Kegiatan yang Sesuai
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan harus dipastikan konsisten dengan strategi namun
juga cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan yang dinamis.
Tahap 4 – Ukur Kemajuan
Proses perkembangan pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil baik yang langsung maupun
tidak langsung, hasil yang diharapkan maupun yang tidak, perlu untuk secara terus
menerus diukur. Pengukuran ini diperlukan sebagai masukan untuk adaptasi
pelaksanaan dan komunikasi.
Tahap 5 – Pelaporan dan Komunikasi
Pelaporan dan komunikasi memiliki fungsi sebagai penguatan positif dan mendorong
replikasi serupa ditempat lain. Ketika laporan dilaksanakan secara partisipatif, ini akan
mendorong masyarakat yang terlibat dalam program merefleksikan perjalanan proses
dan lebih meyakinkan mereka terhadap proses perubahan yang terjadi. Ketika laporan
yang partisipatif ini dikomunikasikan, ini akan menginspirasi kelompok masyarakat
yang lain untuk mengikuti proses yang serupa.
Mari memasarkan perubahan sosial!
-----
Riza Primahendra adalah salah satu pendiri
AMERTA. Sejak 1999 terlibat dalam berbagai
kegiatan tanggung jawab sosial, pemberdayaan
masyarakat, pembangunan sosial, advokasi,
pengembangan kapasitas dan kelembagaan. Sejak
2002 telah memberikan konsultasi, pelatihan,
dan melakukan kajian untuk berbagai lembaga
pemerintah, lembaga bilateral dan multilateral, LSM, lembaga pendidikan,
lembaga kesehatan, dan perusahaan pada berbagai sektor.
Selama beberapa tahun terakhir berkarya dalam industri minyak dan gas dengan
menangani beragam fungsi seperti manajemen strategi, community development
& relation, government relation, land acquisition, business license & permit, PR &
communication, human resource, security management, workplace management,
WP&B, accounting & cost control.
Alamat kontak: rizaprimahendra@gmail.com
6. hal 6 dari 6
adalah jejaring para praktisi CSR yang mengembangkan metode dan
praktik terbaik CSR untuk mendukung berbagai organisasi dan
perusahaan mengembangkan CSR dan mewujudkan kinerja sosial yang
efektif dan berkelanjutan.
AMERTA mengembangkan kompetensi dalam:
SOCIAL STUDY. Berbagai kajian dan penilaian seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), PLA
(Participatory Learning Action), Baseline Study, Studi Dampak, Social Risk Assessment, SEAGA
(Socio-Economic & Gender Analysis), SLA (Sustainable Livelihood Analysis), HRIA (Human
Rights Impact Assessment) adalah kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai langkah awal
melaksanakan CSR.
CSR PLANNING & PROGRAMMING. Perumusan rencana strategis dan program CSR
berbasis konteks social dan model bisnis adalah langkah lanjut yang dilaksanakan untuk
memastikan CSR dilaksanakan sebagai sebuah system manajemen.
CSR PROJECT MANAGEMENT. Berbagai bentuk program dan kegiatan yang dilakukan oleh
organisasi dan perusahaan perlu didesain untuk memiliki dampak sosial. Microfinance& small
business development, community organizing& facilitation, behavior change & social marketing dan
advocacy adalah bentuk-bentuk CSR di lapangan.
INDUSTRIAL RELATION & HR. Hubungan industrial dan SDM merupakan bagian dari CSR
internal perusahaan dan perlu dikelola secara sistematis dan strategis sehingga mendukung tujuan
bisnis.
Kantor:
Jl. PuloAsem Utara A 20
Kelurahan Jati, Pulo Gadung, Jakarta 13220, Indonesia
Ph: 62-21-29833288
www.amerta.id