際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Bukan Segalanya...?
Benarkah
bukan
segalanya?
Makan-minum butuh uang.
Berpakaian butuh uang.
Untuk punya rumah butuh
uang.
Sehat butuh uang.
Sekolah butuh uang.
Menutup aurat butuh uang.
Dakwah butuh uang.
Demikian seterusnya.
Ya, diluar sana manusia mengucap
di lisan bahwa uang bukan
segalanya, tapi....
Tapi sebagian besar pikiran, energi dan waktu
mereka hanya difokuskan untuk mencari dan mengumpulkan uang.
Bahkan setiap hari, selama puluhan tahun, sebagian dari umurnya
dihabiskan untuk bekerja dengan berangkat dini hari dan baru pulang
larut malam, demi mencari uang. Hari libur pun dijadikan sekadar untuk
menghilangkan kepenatan sesaat selepas bekerja demi uang. Tak
jarang, ibadah kepada Allah SWT dan urusan
agama terlupakan; apalagi urusan memikirkan umat dan
perkara dakwah, tak ada dalam catatan hariannya.
Dengan uang manusia memang bisa membeli segala macam kemewahan, namun
tidak keberkahan dan kebahagiaan.
Dengan uang manusia mampu membeli kedudukan dan jabatan, tetapi
tidak kewibawaan dan kehormatan.
Dengan uang manusia memang sanggup memiliki wanita impian dan
anak-anak harapan, tetapi tidak ke-sakinah-an, ke-
mawadah-an dan ke-rahmah-an.
Dengan uang manusia memang dapat bersenang-senang di
dunia, tetapi tidak kebahagiaan hakiki di akhirat.
Dengan uang manusiasaat sakitmemang bisa membeli obat dan
dirawat di rumah sakit berkelas dengan pelayanan yang ekstra
memuaskan, namun tak mungkin mampu membeli
Dengan uang manusia memang bisa membeli kecantikan dengan
operasi plastik yang super canggih, namun tidak akan sanggup
membeli umur yang panjang.
Dengan uang manusia bisa merawat tubuh dan wajah hingga
tetap tampil awet muda, tetapi ia tak akan pernah bisa
mengembalikan masa mudanya.
Dengan uang manusia memang bisa membeli jam tangan
super mewah bertahtakan berlian berharga miliaran, tetapi tidak
mungkin sanggup membeli waktu meski hanya sedetik.
Dengan uang seorang Muslim bisa berhaji berkali-kali, namun tidak
kemabrurannya.
Dengan uang bahkan seorang aktivis dakwah
dapat menginfakkan sebagian besar
hartanya di jalan dakwah,
tetapi tentu hal itu tidak bisa dijadikan
sebagai kompensasi dari dakwahnya.
Dakwah tetaplah kewajiban yang tidak bisa
digantikan dengan uang. Bahkan
sesungguhnya tidak ada kafarat bagi
amalan dakwah yang ditinggalkan.
Lalu....harus bagaimana?
Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara
kalian, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan
yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan
kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai,
adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS at-Taubah [9]: 24)
Teladan
dari para
Shahabat
Abu Bakar ash-Shiddiq ra., Utsman
bin Affan ra., Abdurrahman bin Auf
ra., Mushab bin Umair ra. adalah di
antara sebagian Sahabat yang
banyak harta, dan mereka
tetaplah para pengemban
dakwah dan pembela
Islam garda depan.
Bahkan harta dan kemewahan
mereka gadaikan semata-
mata untuk dakwah.
Sebelum maupun setelah
berdirinya Daulah Islam.
Tegasnya, jangan sampai
kekayaan kita ataupun
kemiskinan kita melalaikan
kita dari urusan agama dan
perjuangan yang amat mulia ini.
Bukan segalanya

More Related Content

Bukan segalanya

  • 2. Benarkah bukan segalanya? Makan-minum butuh uang. Berpakaian butuh uang. Untuk punya rumah butuh uang. Sehat butuh uang. Sekolah butuh uang. Menutup aurat butuh uang. Dakwah butuh uang. Demikian seterusnya.
  • 3. Ya, diluar sana manusia mengucap di lisan bahwa uang bukan segalanya, tapi.... Tapi sebagian besar pikiran, energi dan waktu mereka hanya difokuskan untuk mencari dan mengumpulkan uang. Bahkan setiap hari, selama puluhan tahun, sebagian dari umurnya dihabiskan untuk bekerja dengan berangkat dini hari dan baru pulang larut malam, demi mencari uang. Hari libur pun dijadikan sekadar untuk menghilangkan kepenatan sesaat selepas bekerja demi uang. Tak jarang, ibadah kepada Allah SWT dan urusan agama terlupakan; apalagi urusan memikirkan umat dan perkara dakwah, tak ada dalam catatan hariannya.
  • 4. Dengan uang manusia memang bisa membeli segala macam kemewahan, namun tidak keberkahan dan kebahagiaan. Dengan uang manusia mampu membeli kedudukan dan jabatan, tetapi tidak kewibawaan dan kehormatan. Dengan uang manusia memang sanggup memiliki wanita impian dan anak-anak harapan, tetapi tidak ke-sakinah-an, ke- mawadah-an dan ke-rahmah-an. Dengan uang manusia memang dapat bersenang-senang di dunia, tetapi tidak kebahagiaan hakiki di akhirat. Dengan uang manusiasaat sakitmemang bisa membeli obat dan dirawat di rumah sakit berkelas dengan pelayanan yang ekstra memuaskan, namun tak mungkin mampu membeli
  • 5. Dengan uang manusia memang bisa membeli kecantikan dengan operasi plastik yang super canggih, namun tidak akan sanggup membeli umur yang panjang. Dengan uang manusia bisa merawat tubuh dan wajah hingga tetap tampil awet muda, tetapi ia tak akan pernah bisa mengembalikan masa mudanya. Dengan uang manusia memang bisa membeli jam tangan super mewah bertahtakan berlian berharga miliaran, tetapi tidak mungkin sanggup membeli waktu meski hanya sedetik. Dengan uang seorang Muslim bisa berhaji berkali-kali, namun tidak kemabrurannya.
  • 6. Dengan uang bahkan seorang aktivis dakwah dapat menginfakkan sebagian besar hartanya di jalan dakwah, tetapi tentu hal itu tidak bisa dijadikan sebagai kompensasi dari dakwahnya. Dakwah tetaplah kewajiban yang tidak bisa digantikan dengan uang. Bahkan sesungguhnya tidak ada kafarat bagi amalan dakwah yang ditinggalkan.
  • 8. Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)
  • 9. Teladan dari para Shahabat Abu Bakar ash-Shiddiq ra., Utsman bin Affan ra., Abdurrahman bin Auf ra., Mushab bin Umair ra. adalah di antara sebagian Sahabat yang banyak harta, dan mereka tetaplah para pengemban dakwah dan pembela Islam garda depan. Bahkan harta dan kemewahan mereka gadaikan semata- mata untuk dakwah. Sebelum maupun setelah berdirinya Daulah Islam.
  • 10. Tegasnya, jangan sampai kekayaan kita ataupun kemiskinan kita melalaikan kita dari urusan agama dan perjuangan yang amat mulia ini.