Dokumen tersebut membahas tentang bagaimana uang bukanlah segalanya meskipun kebutuhan hidup membutuhkan uang. Dokumen tersebut juga memberikan contoh bagaimana para sahabat Nabi Muhammad SAW menggunakan harta kekayaan mereka untuk dakwah meskipun mereka kaya, serta mengingatkan agar kekayaan atau kemiskinan tidak menghalangi perjuangan agama.
3. Ya, diluar sana manusia mengucap
di lisan bahwa uang bukan
segalanya, tapi....
Tapi sebagian besar pikiran, energi dan waktu
mereka hanya difokuskan untuk mencari dan mengumpulkan uang.
Bahkan setiap hari, selama puluhan tahun, sebagian dari umurnya
dihabiskan untuk bekerja dengan berangkat dini hari dan baru pulang
larut malam, demi mencari uang. Hari libur pun dijadikan sekadar untuk
menghilangkan kepenatan sesaat selepas bekerja demi uang. Tak
jarang, ibadah kepada Allah SWT dan urusan
agama terlupakan; apalagi urusan memikirkan umat dan
perkara dakwah, tak ada dalam catatan hariannya.
4. Dengan uang manusia memang bisa membeli segala macam kemewahan, namun
tidak keberkahan dan kebahagiaan.
Dengan uang manusia mampu membeli kedudukan dan jabatan, tetapi
tidak kewibawaan dan kehormatan.
Dengan uang manusia memang sanggup memiliki wanita impian dan
anak-anak harapan, tetapi tidak ke-sakinah-an, ke-
mawadah-an dan ke-rahmah-an.
Dengan uang manusia memang dapat bersenang-senang di
dunia, tetapi tidak kebahagiaan hakiki di akhirat.
Dengan uang manusiasaat sakitmemang bisa membeli obat dan
dirawat di rumah sakit berkelas dengan pelayanan yang ekstra
memuaskan, namun tak mungkin mampu membeli
5. Dengan uang manusia memang bisa membeli kecantikan dengan
operasi plastik yang super canggih, namun tidak akan sanggup
membeli umur yang panjang.
Dengan uang manusia bisa merawat tubuh dan wajah hingga
tetap tampil awet muda, tetapi ia tak akan pernah bisa
mengembalikan masa mudanya.
Dengan uang manusia memang bisa membeli jam tangan
super mewah bertahtakan berlian berharga miliaran, tetapi tidak
mungkin sanggup membeli waktu meski hanya sedetik.
Dengan uang seorang Muslim bisa berhaji berkali-kali, namun tidak
kemabrurannya.
6. Dengan uang bahkan seorang aktivis dakwah
dapat menginfakkan sebagian besar
hartanya di jalan dakwah,
tetapi tentu hal itu tidak bisa dijadikan
sebagai kompensasi dari dakwahnya.
Dakwah tetaplah kewajiban yang tidak bisa
digantikan dengan uang. Bahkan
sesungguhnya tidak ada kafarat bagi
amalan dakwah yang ditinggalkan.
8. Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara
kalian, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan
yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan
kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai,
adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS at-Taubah [9]: 24)
9. Teladan
dari para
Shahabat
Abu Bakar ash-Shiddiq ra., Utsman
bin Affan ra., Abdurrahman bin Auf
ra., Mushab bin Umair ra. adalah di
antara sebagian Sahabat yang
banyak harta, dan mereka
tetaplah para pengemban
dakwah dan pembela
Islam garda depan.
Bahkan harta dan kemewahan
mereka gadaikan semata-
mata untuk dakwah.
Sebelum maupun setelah
berdirinya Daulah Islam.
10. Tegasnya, jangan sampai
kekayaan kita ataupun
kemiskinan kita melalaikan
kita dari urusan agama dan
perjuangan yang amat mulia ini.