1. CARA BERBURU MASYARAKAT
LAMPUNG
Disusun Oleh :
Abiyoso
Elvin Garadika Fahlevi
Elysa Nafita Dewi
Rizki Eka Purnama
Tri Marlena Saldevi
Kelas XI Ips 1
SMA NEGERI 1 PUNGGUR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
2. DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................
Bab I Pendahuluan ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan .............................................................................................
Bab II ...........................................................................................................
Kesimpulan .....................................................................................
Saran ................................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................................
3. BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Indonesia terdiri atas banyak aneka suku bangsa yang tersebar di segala penjuru
nusantara. Setiap suku mempunyai kebudayaan, adat istiadat, pandangan, serta cara
memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Kini, makalah ini akan membahas tentang
masyarakat yang hidup di daerah Lampung, mulai dari unsur kebudayaan hingga apa yang
menjadi fokus dan etos mereka.
Melalui Pelabuhan Internasional Teluk Lampung, Lampung telah berhubungan
dengan negara Cina dan India sejak awal abad ke-13. Catatan musafir Tiongkok yang pernah
mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu I Tsing disebutkan bahwa Lampung itu berasal
dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-
hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung.
Portugis memasuki Lampung dari Tahun 1511 hingga 1518, selanjutnya Lampung
berada di bawah kesultanan Banten. Tahun 1808 jatuh ketangan Belanda, kemudian dijajah
oleh Inggris tahun 1817 dan tahun 1856 Perang Lampung berakhir, namun kolonialisme
Belanda tetap berlanjut hingga tahun 1949 diselingi Jepang pada tahun 1942. Karena pernah
dipengaruhi oleh berbagai budaya, latar belakang tersebut memperkaya kebudayaan
Lampung. Sebelum diakui menjadi suatu propinsi Lampung secara resmi berdasarkan UU no.
14 tahun 1964 pada 8 Maret 1964, Lampung merupakan wilayah karesidenan yang tergabung
dalam Propinsi Sumatera Selatan.
4. Tujuan :
1. mengetahui kebudayaan Lampung
2. mengetahui sistem mata pencaharian masyarakat Lampung
3. mengetahui bagaimana cara masyarakat Lampung dalam melakukan pemburuab.
5. BAB II
PEMBAHASAN
Suku Lampung Berburu Di Waktu Senggang
Dalam perkembangan peradaban manusia, berburu adalah salah satu mata
pencaharian masyarakat adat sebelum ditemukannya sistem bercocok tanam atau Food
Production. Bahkan diIndonesia sekalipun, sejak jaman Palelolitihkum atau batu tua hingga
jaman Neolithikum atau jaman batu muda, bagi beberapa suku dibeberapa daerah, berburu
masih menjadi mata pencaharian utama karena lebih lebatnya hutan sebagai tempat tinggal
binatang buruan, dan struktur tanah yang tidak memungkinkan untuk bercocok tanam.
Bagi masyarakat suku lampung , berburu adalah bagian dari mengisi waktu luang saat
kemarau karena mata pencaharian pokok bagi mereka adalah berladang. Berburu masih
dilakukan oleh suku lampung dengan alasan membasmi hama seperti babi, burung dan
harimau, dan alasan kedua adalah sambil menunggu musim tanam berikutnya. Untuk alasan
kedua biasanya melakukan pemburuan dihutan setelah selesai musim panen.
Perilaku ini menunjukkan bahwa suku lampung adalah masyarakat pendukung
kebudayaan jaman perunggu. Di Asia Tenggara, jaman perunggu berasal dari pengaruh
kebudayaan Dongson, yang berkembang diVietnam. Gelderen berpendapat bahwa
kebudayaan Dongsong berkembang paling muda sekitar 300SM (sebelum masehi).
Selain itu, lokasi pemburuan pun telah makin sempit, karena daerah yang terdapat
hutan lebat dan dihuni oleh binatang buas hanya berada dibagian barat, sekitar bukit barisan.
Salah satu contoh adalah daerah ex kewedanan Krui. Didaerah ini luas daerah perburuan
mencapai radius lebih dari 10Km. Didaerah lampung bagian utara dan tengah didekat bukit
barisan, serta dibagian timur hanya terdapat hutan-hutan kecil,semak belukar atau padang
ilalang yang agak luas. Perburuan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pun hanya
sebagai pekerjaan sambilan.
Hewan buruan pun makin hari makin terbatas, seperti gajah, badak dan harimau.
Meski didaerah lampung tengah dan dibagian barat daerah lampung selatan, para pemburu
6. masih dapat menemukan menjangan, kijang, babi, beberapa jenis kera, kancil, ayam hutan
atau beruga dan beberapa jenis burung.
Pada umumnya orang lampung melakukan pekerjaan berburu pada musim kemarau.
Sesudah masa panen padi yang jumlahnya sekitar bulan juli, sampai masa turun hujan pada
akhir tahun. Saat berburu harimau, rusa ban babi dilakukan pada malam hari. Sedangkan
disiang hari meraka berburu kijang, kera, ayam hutan dan burung.
Alat-alat yang dipakai penduduk untuk berburu ialah senapan locok atau sundut,
tembak, serampang, dan berbagi perangkap seperti serkap dan pija, peralatan lainnya adalah
tali-temali.
Bagisuku lampung sudah tidak mengenal lagi sistem berburu binatang secara
berkelompok. Bagi mereka berburu cukup dilakukan secara perorangan atau beberapa orang
saja. Cara berburu, terutama yang dilakukan saat berburu rusa, ialah dengan memasuki dan
mengitari hutan atau biasa disebut dengan istilah menyussui.
Cara lain adalah dengan membawa anjing atau masu. Jika sasaran binatang buruannya
kijang, cara yang dilakukan adalah nyuling . meaiki pohon dan membunyikan seruling kayu
atau bambu, atau dengan bersuara keras menyerupai suara kijang.
Sementara dalam penggunaan perangkap, adalah cara berburu dengan sasaran hewan
buruan harimau dengan menggunakan serkap atau pinja yang menggunakan balok-balok
kayu. Sedangkan perangkap berlubang atau galian tanah digunakan untuk menangkap kijang,
rusa atau babi.
Dalam sisi kepercayyaan tidak ada ritual khusus dan pantangan/larangan selama
proses berburu. Sebelum berangkat berburu mereka cukup mengucapkan bismilah atau
mengucap mantra assalamualaikum sang hiyang sakti raja sang raja diwa, sakinduajipun,
kilu titeh, kilu gimbar, mahap seribu mahap, ampun seribu ampun, laiki sambrana..dan
seterusnya, saat hendak berburu rusa.
Perburuan babi bagi masyarakat suku lampung yang pada umumnya beragama islam
hanya dimaksudkan untuk mencegah pengrusakan tanaman ladang. Sementara hasil buruan
hewan sepertio rusa atau kijang, mereka menjualnya ke pasar terdekat sebagai pedaging atau
penghasilan tambahan.
7. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bagi masyarakat Lampung berburu merupakan bagian dari mengisi waktu luang pada saat
kemarau karena mata pencaharian pokok mereka adalah berladang. Suku Lampung
melakukan pemburuan setelah selesai musim panen. Alat-alat yang dipakai saat berburu
adalah : senapan locok (sundut), tembak, berbagai bentuk perangkap seperti serkap dan pinja
serta tali temali. Masyarakat Lampung tidak mengenal lagi sistem berburu secara
berkelompok mereka berburu secara perorangan atau oleh beberapa orang saja.
Saran
Masyarakat Lampung mencari mata pencaharian mereka dengan cara individu dan tidak
berkelompok.