際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Dr. Adrian Teja
 adrianteja@yahoo.com
PT Panin Sekuritas, Tbk.
Isu Utama:
 Pengaruh Negatif Bencana Alam Terhadap Nilai dan
  Pertumbuhan Ekonomi Negara.
 Pengaruh Negatif Perubahan Iklim Terhadap
  Ketahanan Pangan di Indonesia.
 Lambatnya Pengembangan Asuransi Pertanian Di
  Indonesia.
Pengaruh Negatif Bencana Alam Terhadap
Nilai dan Pertumbuhan Ekonomi Negara. (1)
 Mahul dan Gurenko (2006)
Pengaruh Negatif Bencana Alam Terhadap
Nilai dan Pertumbuhan Ekonomi Negara. (2)
 Borensztein, Cavallo, dan Valenzuela (2008) menyatakan
  bencana alam yang masuk kategori catastrophic
  berpengaruh negatif pada meningkatnya hutang public
  sehingga menjadi unsustainable dan menggeser jalur
  pertumbuhan ekonomi sehingga terjadi economic distress.
 Cavallo dan Galiani (2010) menemukan negara yang
  mengalami bencana alam yang masuk kategori
  catastrophic mempunyai GDP per capita lebih rendah 10%
  dari waktu terjadinya bencana, dan jika tidak terjadi
  bencana, diharapkan GDP percapita lebih tinggi 18%.
Pengaruh Negatif Perubahan Iklim Terhadap
Ketahanan Pangan di Indonesia (1).
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011) melaporkan
  trend bencana alam meningkat terus dari tahun ke tahun mulai
  dari jumlah kejadian, intensitas, durasi dan sebaran bencana
  alam.
 Firman (2009) melaporkan kondisi suhu udara rata-rata
  Indonesia meningkat 0,2C - 1C pada periode tahun 1970 
  2008.
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011) melaporkan
  70% dari bencana alam adalah bencana hidrometeorologi.
 Penelitian Peng et al. (2004) pada periode waktu tahun 1979
  sampai dengan tahun 2003 menemukan penurunan produksi
  padi sebesar 10% ketika suhu udara malam hari naik sebesar 1C.
Pengaruh Negatif Perubahan Iklim Terhadap
Ketahanan Pangan di Indonesia (2).
 Petani menghadapi kondisi Abnormal Risk Return Tradeoff -
  Low Return High Risk.
    Sekretariat Negara Republik Indonesia (2010) melaporkan
     penyusutan lahan pertanian sebesar 27 ribu hektar pertahun.
    Siregar (2011) melaporkan penyusutan minat kuliah di fakultas
     pertanian dan berkurangnya minat menjadi petani.
Asuransi Pertanian di Indonesia
 Sumaryanto dan Nurmanaf (2008) melaporkan tahun 1982 
  1999 pemerintah telah empat kali (1982, 1984, 1985, dan 1999)
  membentuk Kelompok Kerja (POKJA) asuransi pertanian.
 Indonesia Finance Today (2011) melaporkan rencana
  Kementerian Pertanian untuk memberikan bantuan kepada
  petani padi, berupa asuransi gagal panen akibat cuaca ekstrem,
  masih menunggu terbitnya Instruksi Presiden tentang Antisipasi
  Perubahan Iklim.
Penyebab Lambatnya Pengembangan
Asuransi Pertanian Di Indonesia
 Sisi permintaan besar tetapi tidak mampu secara ekonomi.
    Abdurachman, Mulyani, dan Nurida (2009) melaporkan jumlah petani
     gurem mengalami peningkatan dari 10,8 juta Rumah Tangga Petani (RTP)
     pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta RTP pada tahun 2003 dan penurunan
     luas lahan dari 0,86 ha per RTP tahun 1993 menjadi 0,73 ha per RTP pada
     tahun 2002.
 Sisi penawaran:
    Tidak adanya pasar yang memadai mengakibatkan kurangnya
      kebutuhan untuk pengumpulan data dan pengembangan keahlian.
 Sisi pemerintah:
    Biaya yang muncul pada satu rezim pemerintahan, hasilnya akan
      dinikmati rezim pemerintahan berikutnya.
    Politisi tidak bisa disalahkan jika terjadi bencana alam.
Tujuan Makalah
1.   Mengingatkan kembali kepada pemerintah Indonesia mengenai
     pentingnya peranan pemerintah untuk mengatasi masalah Chicken
     and the Egg dalam pengembangan asuransi pertanian di Indonesia.
2.   Memberikan alternatif solusi pendanaan bencana alam bagi
     pemerintah melalui penerbitan Catastrophic Bond yang
     distrukturkan dengan menggunakan teknologi dari Collateralized
     Debt Obligation.
3.   Memberikan ide untuk memperbaiki kondisi yang dihadapi petani
     dari Abnormal Risk Return Tradeoff  low return high risk menjadi
     Normal Risk Return Tradeoff - normal return normal risk agar
      Lahan pertanian tidak menyusut lebih lanjut dan jika memungkinkan
       lahan pertanian menjadi bertambah luas.
      Meningkatkan minat pemuda untuk menjadi petani.
Jenis Risiko dan Potensi Kerugian
Yang Dihadapi Petani
Definisi CAT Bonds dan CDO
 Businessdictionary.com
    Catastrophic Bonds (CAT Bonds)
       Asset based security which pays an high interest rate (coupon)
        at the time of issue but which falls upon the occurrence of a
        stated type of catastrophe of a certain magnitude that hits a
        specified geographical region.
   Collateralized Debt Obligation (CDO)
       Debt financing mechanism that converts junk grade bonds
        into an investment grade asset based security. Typically, a
        CDO is issued at two or more level (called tiers or tranches)
        with different degrees of risk and return.
Definisi Catastrophic.
 Secara kualitatif menurut UN International Strategy
 for Disaster Reduction.
   Sudden, abrupt or unpredictable.
   Causing human, material, economic or environmental
    losses.
   Exceeding the ability of the affected community to cope
    with them.
 Secara kuantitatif disesuaikan dengan kondisi tiap
 negara.
Trend Penerbitan CAT Bond Global
CAT Bond Semakin Disukai Investor
 Memberikan tingkat
 keuntungan yang tinggi
 dan berkorelasi rendah
 dengan instrumen
 investasi tradisional
 seperti saham, obligasi,
 dan komoditi.
Contoh CAT Bond Negara
 Carribbean Catastrophe Risk         Karakteristik
  Insurance Facility (CCRIF)             Sumber pendanaan dari
  dibuat oleh negara-negara               Reasuransi Internasional dan
  Carribbean, i.e. Kuba, Haiti,           Pasar Modal.
  Puerto Rico, etc., dengan jumlah       Risiko badai yang masuk
  penduduk tahun 2009 sebesar             kategori catastrophic dan gempa
  41,9 juta.                              bumi.
                                         Triggering event: Parametric
 FONDEN dibuat oleh
                                          insurance.
  Pemerintah Mexico dengan
                                         Pembayaran asuransi dilakukan
  jumlah penduduk tahun 2010
                                          jika berbagai variabel yang
  sebesar 112,3 juta.
                                          diberikan oleh specialized
                                          agency seperti US National
                                          Hurricane Center memenuhi
                                          kriteria catastrophic.
Cat Bond Yang Terkait Curah Hujan
 Southern African Development Community  Angola,
  Botswana, Lesotho, Malawi, Mozambique, Swaziland,
  United Republic of Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe.
 CAT Bond yang berhubungan dengan cuaca dan pertanian
  masih dalam tahap pengembangan.
 Fokus: Kekeringan atau Kekurangan Curah Hujan.
Mahul dan Gurenko (2006)
Ciri Umum CAT Bond
 Risk Spread = LIBOR + 300 bp sampai dengan 500 bp.
 Average Size Issue US$ 100 mio, Range US$ 10 mio
  sampai dengan US$ 600 mio.
 Maturity average 3 year, Range 1 year sampai dengan 10
  year.
 Average Rating Standard and Poor --> BB.
Hofman (2007) Struktur CAT Bond
Data Hipotetis CAT CDO Indonesia
 Assumptions:
 Coupon: 5,5%
    LIBOR : 0,5% p.a.
    Risk Spread : 5% p.a.
 Rating: BB
 Trigger: Parametric Insurance
 Maturity : 5 years.
 Trances:
    AAA rated
    BBB rated
    Equity not rated
Rincian Hipotetis
Trance CAT CDO Indonesia
Credit Tranche      Rating     Rating Value   Percent   Coupon


 Supersenior         AAA            9         46.67%    3.00%


  Mezzanine          BBB            6         13.33%    4.50%


    Equity         Not Rated        0         40.00%    8.75%


Average or Total      BB            5         100.00%   5.50%
Potensi Pasar CATBond Di Indonesia
 Potensi Pendanaan Coupon CATBond dari Anggaran Pemerintah
    BNPB (2011) melaporkan anggaran untuk penanggulangan bencana
     mencapai Rp. 4,5 triliun dalam DIPA 2011.
    RAPBN 2012 Rp. 1.200 triliun.
        Subsidi Pangan Rp. 41,9 triliun.
        Subsidi Ketahanan Pangan bernilai Rp. 17,8 triliun.
        Subsidi Pupuk Rp. 16,8 triliun.
        Bantuan Benih Rp. 1,8 triliun.
 Indonesia Finance Today melaporkan pada tanggal 27 Juni 2011, dana
  kelolaan industri dana pensiun pada periode Januari April 2011
  mencapai Rp. 134.06 triliun, jika 1% diinvestasikan pada CAT Bond
  maka nilainya setara dengan Rp. 1,34 triliun atau US$ 148 juta (kurs
  1US$=Rp. 9.000).
Hambatan
Penerbitan CAT Bonds di Indonesia
 Cost benefit dalam jangka pendek sangat buruk karena
    Skala ekonomis belum dicapai.
        Masih tingginya ketergantungan baik dari sisi jumlah maupun kualitas orang dengan
         kompetensi yang memadai dalam bidang CAT Bonds.
 Dana pensiun secara informal mempunyai hukum kelipatan 10.
    Produk bertumbuh minimal 10 tahun.
    Nilai kapitalisasi pasar minimal Rp. 10 Triliun.
    Institusi yang menerbitkan minimal peringkat 10 besar.
 Penerbitan SPV (Special Purpose Vehicle) di offshore dan onshore
  merupakan prosedur standar yang diminta investor untuk manajemen
  perpajakan. Prosedur ini tidak selaras dengan ketentuan perpajakan
  pemerintah Indonesia.
Kesimpulan
 Pemanasan global mempunyai pengaruh negatif yang nyata bagi
    pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan suatu negara.
   Ketika mekanisme pasar gagal memberikan perlindungan pada petani,
    pemerintah perlu berperan aktif mengambil inisiatif pembentukan
    asuransi pertanian.
   Pertumbuhan produk dan minat investasi yang terkait dengan bencana
    alam, yaitu CAT Bond, semakin baik.
   CAT Bond dapat diperluas target pasarnya dengan menggunakan
    teknologi CDO, dimana dihasilkan CAT Bond dengan berbagai trance
    dengan rating minimum investment grade.
   Produk yang pertama kali dikeluarkan hampir selalu mempunyai
    hambatan baik dari sisi cost benefit analysis, permintaan investor, dan
    pemerintah, khususnya manfaat bagi rezim pemerintahan/politisi dan
    peraturan perpajakan yang berlaku.
Referensi (1)
 Abdurachman, A., Mulyani, A., Nurida, N.L., 2009. Kondisi dan Antisipasi Keterbatasan
  Lahan Pertanian di Pulau Jawa. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(4), 283-285.
 BNPB, 2011. 5 Bencana Besar di Indonesia tahun 2010.
  http://www.bnpb.go.id/website/file/pubnew/104.pdf.
 Borensztein, E., Cavallo, E., Valenzuela, P., 2008. Debt sustainability under catastrophic
  risk: the case for government budget insurance. Working Paper. International Monetary
  Fund.
 Cavallo, E., Galiani, S., 2010. Catastrophic Natural Disasters and Economic Growth.
  Working Paper. Inter-American Development Bank. Washington University.
 Firman, U., 2009. Fluktuasi Suhu Udara dan Trend Variasi Curah Hujan Rata-Rata Di
  Atas 100MM di Beberapa Wilayah Indonesia. Buletin Meteorologi Klimatologi dan
  Geofisika 5(3), 309  322.
 Hofman, D., 2007. Time to Master Disaster. Finance and Development 44(1).
  http://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2007/03/hofman.htm
Referensi (2)
 Mahul., O., Gurenko, E., 2006. The Macro Financing of Natural Hazards in Developing
  Countries. Working Paper. World Bank.
 Peng, S., Huang, J., Sheehy, J.E., Laza, R.C., Visperas, R.M., Zhong, X., Centeno, G.S.,
  Khush, G.S., Cassman, K.G., 2004. Rice Yield Decline with Higher Night Temperature
  from Global Warming. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United
  States of America. http://www.pnas.org/content/101/27/9971.full.pdf+html.
 Sekretariat Negara, 2010. Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai.
  http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4617&Itemid=2
  9.
 Siregar, B.L., 2011. Masa Depan Sarjana Pertanian Indonesia. Kopertis 1 Sumut dan NAD.
  http://www.kopertis1.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=102
 Sumaryanto, Nurmanaf, A.R., 2008. Simpul-Simpul Strategis Pengembangan Asuransi
  Pertanian Untuk Usahatani Padi di Indonesia. Working Paper. Pusat Analisis Sosial
  Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Disclaimer.
 Past performance is not a guarantee or a reliable indicator of future results.
 Investment may decline in value due to both real and perceived general market,
  economic, and industry conditions. Investments in value securities involve the risk the
  markets value assessment may differ from the manager and the performance of the
  securities may decline.
  There is no guarantee that these investment strategies will work under all market
  conditions and each investor should evaluate their ability to invest for a long-term
  especially during periods of downturn in the market.
 This material contains the current opinions of the author but not necessarily those of PT
  Panin Sekuritas, Tbk. and such opinions are subject to change without notice. This
  material has been distributed for informational purposes only and should not be
  considered as investment advice or a recommendation of any particular security, strategy
  or investment product. Information contained herein has been obtained from sources
  believed to be reliable, but not guaranteed.
 PT Panin Sekuritas, Tbk. May be involved in transactions contrary to any opinion herein
  to make markets, or have positions in the securities recommended herein. PT Panin
  Sekuritas, Tbk. may seek investment banking or other business relationships with the
  companies in this report.
 For further information please contact +62 22 732 1434 or fax +62 22 732 1435.

More Related Content

CAT CDO Indonesia Konferensi Bisnis Hijau Prasetiya Mulya 30 November 2011

  • 1. Dr. Adrian Teja adrianteja@yahoo.com PT Panin Sekuritas, Tbk.
  • 2. Isu Utama: Pengaruh Negatif Bencana Alam Terhadap Nilai dan Pertumbuhan Ekonomi Negara. Pengaruh Negatif Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia. Lambatnya Pengembangan Asuransi Pertanian Di Indonesia.
  • 3. Pengaruh Negatif Bencana Alam Terhadap Nilai dan Pertumbuhan Ekonomi Negara. (1) Mahul dan Gurenko (2006)
  • 4. Pengaruh Negatif Bencana Alam Terhadap Nilai dan Pertumbuhan Ekonomi Negara. (2) Borensztein, Cavallo, dan Valenzuela (2008) menyatakan bencana alam yang masuk kategori catastrophic berpengaruh negatif pada meningkatnya hutang public sehingga menjadi unsustainable dan menggeser jalur pertumbuhan ekonomi sehingga terjadi economic distress. Cavallo dan Galiani (2010) menemukan negara yang mengalami bencana alam yang masuk kategori catastrophic mempunyai GDP per capita lebih rendah 10% dari waktu terjadinya bencana, dan jika tidak terjadi bencana, diharapkan GDP percapita lebih tinggi 18%.
  • 5. Pengaruh Negatif Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia (1). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011) melaporkan trend bencana alam meningkat terus dari tahun ke tahun mulai dari jumlah kejadian, intensitas, durasi dan sebaran bencana alam. Firman (2009) melaporkan kondisi suhu udara rata-rata Indonesia meningkat 0,2C - 1C pada periode tahun 1970 2008. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011) melaporkan 70% dari bencana alam adalah bencana hidrometeorologi. Penelitian Peng et al. (2004) pada periode waktu tahun 1979 sampai dengan tahun 2003 menemukan penurunan produksi padi sebesar 10% ketika suhu udara malam hari naik sebesar 1C.
  • 6. Pengaruh Negatif Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia (2). Petani menghadapi kondisi Abnormal Risk Return Tradeoff - Low Return High Risk. Sekretariat Negara Republik Indonesia (2010) melaporkan penyusutan lahan pertanian sebesar 27 ribu hektar pertahun. Siregar (2011) melaporkan penyusutan minat kuliah di fakultas pertanian dan berkurangnya minat menjadi petani.
  • 7. Asuransi Pertanian di Indonesia Sumaryanto dan Nurmanaf (2008) melaporkan tahun 1982 1999 pemerintah telah empat kali (1982, 1984, 1985, dan 1999) membentuk Kelompok Kerja (POKJA) asuransi pertanian. Indonesia Finance Today (2011) melaporkan rencana Kementerian Pertanian untuk memberikan bantuan kepada petani padi, berupa asuransi gagal panen akibat cuaca ekstrem, masih menunggu terbitnya Instruksi Presiden tentang Antisipasi Perubahan Iklim.
  • 8. Penyebab Lambatnya Pengembangan Asuransi Pertanian Di Indonesia Sisi permintaan besar tetapi tidak mampu secara ekonomi. Abdurachman, Mulyani, dan Nurida (2009) melaporkan jumlah petani gurem mengalami peningkatan dari 10,8 juta Rumah Tangga Petani (RTP) pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta RTP pada tahun 2003 dan penurunan luas lahan dari 0,86 ha per RTP tahun 1993 menjadi 0,73 ha per RTP pada tahun 2002. Sisi penawaran: Tidak adanya pasar yang memadai mengakibatkan kurangnya kebutuhan untuk pengumpulan data dan pengembangan keahlian. Sisi pemerintah: Biaya yang muncul pada satu rezim pemerintahan, hasilnya akan dinikmati rezim pemerintahan berikutnya. Politisi tidak bisa disalahkan jika terjadi bencana alam.
  • 9. Tujuan Makalah 1. Mengingatkan kembali kepada pemerintah Indonesia mengenai pentingnya peranan pemerintah untuk mengatasi masalah Chicken and the Egg dalam pengembangan asuransi pertanian di Indonesia. 2. Memberikan alternatif solusi pendanaan bencana alam bagi pemerintah melalui penerbitan Catastrophic Bond yang distrukturkan dengan menggunakan teknologi dari Collateralized Debt Obligation. 3. Memberikan ide untuk memperbaiki kondisi yang dihadapi petani dari Abnormal Risk Return Tradeoff low return high risk menjadi Normal Risk Return Tradeoff - normal return normal risk agar Lahan pertanian tidak menyusut lebih lanjut dan jika memungkinkan lahan pertanian menjadi bertambah luas. Meningkatkan minat pemuda untuk menjadi petani.
  • 10. Jenis Risiko dan Potensi Kerugian Yang Dihadapi Petani
  • 11. Definisi CAT Bonds dan CDO Businessdictionary.com Catastrophic Bonds (CAT Bonds) Asset based security which pays an high interest rate (coupon) at the time of issue but which falls upon the occurrence of a stated type of catastrophe of a certain magnitude that hits a specified geographical region. Collateralized Debt Obligation (CDO) Debt financing mechanism that converts junk grade bonds into an investment grade asset based security. Typically, a CDO is issued at two or more level (called tiers or tranches) with different degrees of risk and return.
  • 12. Definisi Catastrophic. Secara kualitatif menurut UN International Strategy for Disaster Reduction. Sudden, abrupt or unpredictable. Causing human, material, economic or environmental losses. Exceeding the ability of the affected community to cope with them. Secara kuantitatif disesuaikan dengan kondisi tiap negara.
  • 13. Trend Penerbitan CAT Bond Global
  • 14. CAT Bond Semakin Disukai Investor Memberikan tingkat keuntungan yang tinggi dan berkorelasi rendah dengan instrumen investasi tradisional seperti saham, obligasi, dan komoditi.
  • 15. Contoh CAT Bond Negara Carribbean Catastrophe Risk Karakteristik Insurance Facility (CCRIF) Sumber pendanaan dari dibuat oleh negara-negara Reasuransi Internasional dan Carribbean, i.e. Kuba, Haiti, Pasar Modal. Puerto Rico, etc., dengan jumlah Risiko badai yang masuk penduduk tahun 2009 sebesar kategori catastrophic dan gempa 41,9 juta. bumi. Triggering event: Parametric FONDEN dibuat oleh insurance. Pemerintah Mexico dengan Pembayaran asuransi dilakukan jumlah penduduk tahun 2010 jika berbagai variabel yang sebesar 112,3 juta. diberikan oleh specialized agency seperti US National Hurricane Center memenuhi kriteria catastrophic.
  • 16. Cat Bond Yang Terkait Curah Hujan Southern African Development Community Angola, Botswana, Lesotho, Malawi, Mozambique, Swaziland, United Republic of Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe. CAT Bond yang berhubungan dengan cuaca dan pertanian masih dalam tahap pengembangan. Fokus: Kekeringan atau Kekurangan Curah Hujan.
  • 17. Mahul dan Gurenko (2006) Ciri Umum CAT Bond Risk Spread = LIBOR + 300 bp sampai dengan 500 bp. Average Size Issue US$ 100 mio, Range US$ 10 mio sampai dengan US$ 600 mio. Maturity average 3 year, Range 1 year sampai dengan 10 year. Average Rating Standard and Poor --> BB.
  • 19. Data Hipotetis CAT CDO Indonesia Assumptions: Coupon: 5,5% LIBOR : 0,5% p.a. Risk Spread : 5% p.a. Rating: BB Trigger: Parametric Insurance Maturity : 5 years. Trances: AAA rated BBB rated Equity not rated
  • 20. Rincian Hipotetis Trance CAT CDO Indonesia Credit Tranche Rating Rating Value Percent Coupon Supersenior AAA 9 46.67% 3.00% Mezzanine BBB 6 13.33% 4.50% Equity Not Rated 0 40.00% 8.75% Average or Total BB 5 100.00% 5.50%
  • 21. Potensi Pasar CATBond Di Indonesia Potensi Pendanaan Coupon CATBond dari Anggaran Pemerintah BNPB (2011) melaporkan anggaran untuk penanggulangan bencana mencapai Rp. 4,5 triliun dalam DIPA 2011. RAPBN 2012 Rp. 1.200 triliun. Subsidi Pangan Rp. 41,9 triliun. Subsidi Ketahanan Pangan bernilai Rp. 17,8 triliun. Subsidi Pupuk Rp. 16,8 triliun. Bantuan Benih Rp. 1,8 triliun. Indonesia Finance Today melaporkan pada tanggal 27 Juni 2011, dana kelolaan industri dana pensiun pada periode Januari April 2011 mencapai Rp. 134.06 triliun, jika 1% diinvestasikan pada CAT Bond maka nilainya setara dengan Rp. 1,34 triliun atau US$ 148 juta (kurs 1US$=Rp. 9.000).
  • 22. Hambatan Penerbitan CAT Bonds di Indonesia Cost benefit dalam jangka pendek sangat buruk karena Skala ekonomis belum dicapai. Masih tingginya ketergantungan baik dari sisi jumlah maupun kualitas orang dengan kompetensi yang memadai dalam bidang CAT Bonds. Dana pensiun secara informal mempunyai hukum kelipatan 10. Produk bertumbuh minimal 10 tahun. Nilai kapitalisasi pasar minimal Rp. 10 Triliun. Institusi yang menerbitkan minimal peringkat 10 besar. Penerbitan SPV (Special Purpose Vehicle) di offshore dan onshore merupakan prosedur standar yang diminta investor untuk manajemen perpajakan. Prosedur ini tidak selaras dengan ketentuan perpajakan pemerintah Indonesia.
  • 23. Kesimpulan Pemanasan global mempunyai pengaruh negatif yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan suatu negara. Ketika mekanisme pasar gagal memberikan perlindungan pada petani, pemerintah perlu berperan aktif mengambil inisiatif pembentukan asuransi pertanian. Pertumbuhan produk dan minat investasi yang terkait dengan bencana alam, yaitu CAT Bond, semakin baik. CAT Bond dapat diperluas target pasarnya dengan menggunakan teknologi CDO, dimana dihasilkan CAT Bond dengan berbagai trance dengan rating minimum investment grade. Produk yang pertama kali dikeluarkan hampir selalu mempunyai hambatan baik dari sisi cost benefit analysis, permintaan investor, dan pemerintah, khususnya manfaat bagi rezim pemerintahan/politisi dan peraturan perpajakan yang berlaku.
  • 24. Referensi (1) Abdurachman, A., Mulyani, A., Nurida, N.L., 2009. Kondisi dan Antisipasi Keterbatasan Lahan Pertanian di Pulau Jawa. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(4), 283-285. BNPB, 2011. 5 Bencana Besar di Indonesia tahun 2010. http://www.bnpb.go.id/website/file/pubnew/104.pdf. Borensztein, E., Cavallo, E., Valenzuela, P., 2008. Debt sustainability under catastrophic risk: the case for government budget insurance. Working Paper. International Monetary Fund. Cavallo, E., Galiani, S., 2010. Catastrophic Natural Disasters and Economic Growth. Working Paper. Inter-American Development Bank. Washington University. Firman, U., 2009. Fluktuasi Suhu Udara dan Trend Variasi Curah Hujan Rata-Rata Di Atas 100MM di Beberapa Wilayah Indonesia. Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 5(3), 309 322. Hofman, D., 2007. Time to Master Disaster. Finance and Development 44(1). http://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2007/03/hofman.htm
  • 25. Referensi (2) Mahul., O., Gurenko, E., 2006. The Macro Financing of Natural Hazards in Developing Countries. Working Paper. World Bank. Peng, S., Huang, J., Sheehy, J.E., Laza, R.C., Visperas, R.M., Zhong, X., Centeno, G.S., Khush, G.S., Cassman, K.G., 2004. Rice Yield Decline with Higher Night Temperature from Global Warming. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. http://www.pnas.org/content/101/27/9971.full.pdf+html. Sekretariat Negara, 2010. Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai. http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4617&Itemid=2 9. Siregar, B.L., 2011. Masa Depan Sarjana Pertanian Indonesia. Kopertis 1 Sumut dan NAD. http://www.kopertis1.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=102 Sumaryanto, Nurmanaf, A.R., 2008. Simpul-Simpul Strategis Pengembangan Asuransi Pertanian Untuk Usahatani Padi di Indonesia. Working Paper. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
  • 26. Disclaimer. Past performance is not a guarantee or a reliable indicator of future results. Investment may decline in value due to both real and perceived general market, economic, and industry conditions. Investments in value securities involve the risk the markets value assessment may differ from the manager and the performance of the securities may decline. There is no guarantee that these investment strategies will work under all market conditions and each investor should evaluate their ability to invest for a long-term especially during periods of downturn in the market. This material contains the current opinions of the author but not necessarily those of PT Panin Sekuritas, Tbk. and such opinions are subject to change without notice. This material has been distributed for informational purposes only and should not be considered as investment advice or a recommendation of any particular security, strategy or investment product. Information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, but not guaranteed. PT Panin Sekuritas, Tbk. May be involved in transactions contrary to any opinion herein to make markets, or have positions in the securities recommended herein. PT Panin Sekuritas, Tbk. may seek investment banking or other business relationships with the companies in this report. For further information please contact +62 22 732 1434 or fax +62 22 732 1435.