Dokumen tersebut membahas tentang analisis kebijakan publik. Terdapat dua pendekatan utama analisis kebijakan, yaitu analisis kebijakan dari perspektif akademik yang berfokus pada proses kebijakan, dan analisis kebijakan dari perspektif terapan yang berfokus pada dampak kebijakan. Dokumen tersebut juga membahas metodologi dan tujuan dari analisis kebijakan.
2. Pendahuluan
Analisiskebijakan merupakan aktivitas
penciptaan pengetahuan tentang (of) dan
dalam (in) atau untuk (for) proses
pembuatan kebijakan
Dalam menciptakan pengetahuan tsbt,
para analis melakukan investigasi sebab-
sebab, konsekuensi-konsekuensi, dan
kinerja kebijakan publik beserta program-
program yang telah dilaksanakannya
3. Ciri Policy Analysis
1. Aktivitas kognitif: Melalui aspek learning
dan thinking;
Elemen kognitif unsur esensial (walaupun
tidak dominan)
merupakan tahapan dimana orang
mendiskusikan dan memperdebatkan ide-
ide mereka tentang prioritas, masalah-
masalah dan solusi-solusi.
Aspek kognitif, Melalui aspek thinking
dilakukan oleh para partisipan dalam proses
politik merasionalkan pendapatnya yang
berpijak pada Power (kekuatan-Kekasaan)
dan Interests (kepentingan-kepentingan).
4. 2. Aktivitas Kolektif: kontribusi dari para individu
yang membetuk kolektivitas pengetahuan atau
pengetahuan yang terorganisir mengenai
masalah-masalah kebijakan.
3. Aplikasi disiplin intelektual: reflektif,
creative, imajinatif, dan self-critical dan
eksploratory.
4. Berkenaan dengan Masalah publik: problem
memiliki dampak pada komunitas, berbagi
kepentingan dimana individu merupakan bagian
dari masyarakat.
5. Buatlah Analisis Kebijakan lebih awal
sebelum
dipaksakan kepadamu
* Prof. Kholb DO
:
X
X DO
Critical Point To Better & Differently
EXPERIEN
LEAR T
N
Operasional Area
REFLEC
Thingking Area X
T
Critical Point
@design created by:Siskamto.sw.Uninus.2010
6. 2 aliran besar Polecy Analisis
(yang umum diketahui)
Analisis kebijakan dari perspektif
akademik
Analisis kebijakan dari perspektif
terapan
SWOT BLUE
SPIRAL OCEAN
DINA=
BSC
SNOW MIC
BALL
7. A da 4 demi sedikit Habis
sedikit
lilin yang
menyala,
meleleh.
8. Yang pertama berkata:
Aku adalah
Perubahan
Namun manusia tak mampu
berubah, maka lebih baik aku
mematikan diriku saja!
Demikianlah sedikit demi sedikit
sang lilin padam.
9. Lilin Kedua berkata:
Aku adalah Iman
Sayang aku tak berguna lagi.
Manusia tak mau mengenalku,
Utnuk itulah tak ada gunanya aku
tetap menyala.
Begitu selesai bicara, tiupan angin
memadamkannya.
10. Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:
Aku adalah Cinta
Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.
Manusia tidak lagi memandang dan
mengganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan membenci
mereka yang mencintainya, membenci
keluarganya.
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah
Lilin ketiga.
11. Lalu dengan terharu Lilin keempat
berkata:
Jangan takut, janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala,
kita tetap dapat selalu menyalakan
ketiga Lilin lainnya:
Akulah
HARAPAN
13. Apa yang tidak pernah mati hanyalah
HARAPAN yang ada dalam hati kita....
semoga dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali
Iman, Cinta, dan Perubahan
dengan HARAPAN-nya!!!
14. Komponen dalam proses kebijakan
1. Determinants of policy:
Faktor penyebab yang dipandang bertanggung
jawab terhdap munculnya kebijakan.
Meliputi kekuatan lingkungan (faktor makro)
seperti tingkat perkembangan ekonomi dan
budaya politik
faktor yang lebih jelas/kecil/mikro seperti opini
publik, konflik partai, pemilihan umum,
tekanan kelompok kepentingan, pemberitaan
media
15. 2. Policy contents: isi kebijakan
mencakup tujuan dan keinginan-
keinginan, definisi masalah, dan
instrumen yang digunakan untuk
melaksanakan kebijakan
3. Policy Impact: konsekuensi yang
diinginkan dan yang tidak
diinginkan dari suatu kebijakan
16. Analisis kebijakan
dari perspektif akademik
* Memfokuskan pada hubungan antara policy
determinant dan policy content/
menjelaskan/menerangkan hakekat,
karakteristik dan profil kebijakan;
berusaha menjelaskan kebijakan publik yang
bisa diterapkan dalam waktu dan ruang yang
berbeda (comparative);
berusaha menjelaskan hal-hal yang spesifik
yang diidentifikasikan melalui general
theories;
tidak berusaha merubah kebijakan tetapi lebih
menekankan pada usaha menjelaskan untuk
memahami suatu kebijakan;
17. Lanjutan
analis melakukan analisis dan penelitiannya secara
independent (tidak dikontrak/dipesan, kalaupun ia
dikontrak maka jarang kejadiannya);
riset yang dilakukan mencakup ukuran waktu yang
panjang dan komprehensif;
analis (sebagai ilmuwan sosial) melihat dirinya
sebagai non-partian (independent).
atau clients
Karena proses analisis tersebut seringkali dilakukan
dalam situasi yang tidak stabil, maka biasanya perlu
dilakukan dengan waktu cepat.
Cenderung tidak obyektif karena dilakukan untuk
kemudian hasilnya diberikan kepada clients sesuai
dengan kepentingan dan nilai-nilai clients tersebut
18. Analisis Kebijakan
Dari perspektif Terapan:
memfokuskan pada hubusssngan antara policy content dan
policy impact.
Mencoba menjawab sejumlah pertanyaan: (1) apakah kebijkan
tersebut berjalan sebagaimana mestinya? Apakah kebijakan
berjalan secara efisien? Apakah ada alternatif lain yang lebih
baik.
Memfokuskan pada isi kebijakan tertentu dan masalah kebijakan
dengan tujuan mengevaluasi dampak kebijakan.
Pendekatan yang dilakukan sifatnya kontekstual, berkenaan
dengan kebijakan tertentu dqlam suatu kondisi tertentu (tidak
terlalu berkutat padawilayah teori.
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk memperbaiki dan
merubah sehingga melibatkan aspek politik (yang biasanya tidak
dilakukan dalam analisis kebijakan akademik).
Biasanya diklakukan berdasarkan kontrak dengan policy makers
19. Ketertarikan Para Analis Kebijakan
Ketertarikan untuk memahami
kebijakan (analysis of policy)
Ketertarikan untuk memperbaiki
kualitas policy (analysis for policy)
Ketertarikan untuk kedua aktivitas
tersebut
20. Adakah Perbedaan antara Analysis of dan
Analysis for Policy ?
Merupakan persoalan keinginan untuk
memahami policy lebih jauh (analysis of), dan
Ketertarikan untuk memperbaiki kualitas
kebijakan (analysis for )
Policy berkenaan dengan ends (hasil atau
akibat suatu tindakan) dan means (cara
memnghasilkan suatu hasil atau akibat)
Bagi sebagian penulis, tidak tertarik pada
perbedaan keduanya (analysis of dan
analysis for policy).
21. Analysis of policy
Studies of policy content:
(1) para analis berusaha menggambarkan dan menjelaskan asal
muasal (genesis) dan perkembangan suatu kebijakan,
(2) melakukan investigasi terhadap sebuah kasus atau lebih
dengan maksud untuk melacak bagaimana sebuah policy
dimunculkan, bagaimana policy tersebut diimplementasikan dan
apa akibat/hasil/dampak dari kebijakan tersebut. Pada umumnya
karya akademik dari studi policy content mengkonsentrasikan
pada single policies atau single policy areas seperti kebijakan
sosial, kebijakan lingkungan, kebijakan luar negeri
Studies of policy output (pada umumnya sama dengan studies of
policy content) tetapi berusaha untuk menjelaskan mengapa
tingkat belanja atau penyediaan pelayanan berbeda-beda dari
waktu ke waktu, antara negara yang satu dengan negara lainnya,
atau antara pemerintah yang satu dengan pemerintah lainnya
Studies of the policy process (studi proses kebijakan),
memfokuskan pada bagaimana keputusan-keputusan kebijakan
dibuat dan bagaimana kebijakan dibentuk dalam suatu tindakan.
22. Analysis for Policy
Evaluation: menandai garis batas antara analysis of policy dan
analysis for policy. Studi evaluasi mengacu pada studi dampak
karena is berkenaan dengan dampak kebijakan (bersifat
deskriptif atau preskriptif).
Information for policy making: data dikumpulkan untuk
membantu policy maker mengambil keputusan (sering bersifat
pragmatis berkenaan dengan apa yang telahd dan tengah
terjadi yang berusaha untuk meyakinkan bahwa kebijakan dan
pelaksanaanya didasarkan pada bukti-bukti nyata
Process advocacy: para analist berusaha memperbaiki sifat
sistem pembuatan keputusan melalui realokasi fungsi-fungsi dan
tugas, dan melalui usaha untuk memperbaiki basis untuk
membuat pilihan kebijakan melalui pengembangan sistem
perencanaan dan pendekatan-pendekatan baru untuk
menentukan pilihansub bidang administrasi negera/publik.
Policy advocacy: para analis mengajukan pilihan-pilihan dan
gagasan-ggasan tertentu dalam proses kebijakan, baik secara
individu maupun bersama-sama dengan kelompok lain melaui
kelompok penekan.
23. Pentingnya Komprehensivitas Pengetahuan
dalam analisis
Mungkinkah pengetahuan yang diciptakan para analists
sempurna? Lengkap? Komprehensif dan selalu tepat?
Komprehensivitas pengetahuan dalam analisis penting
karena akan menentukan tingkat keakuratan analisis
guna menyediakan pengetahuan
Ketersediaan pengetahuan akan mempengaruhi
efektivitas pembuatan kebijakan
24. Metodologi Analisis kebijakan
Mencakup sistem standar, aturan dan prosedur
untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan.
Merupakan aktivitas intelektual dan praktis
(logic of inquiry) yakni pengetahuan untuk
memecahkan masalah (problem solving).
Dengan demikian, Metodologi analisis kebijakan
merupakan unsur utama yang digunakan untuk
memecahkan masalah publik.
25. Basis ilmu pengetahuan
untuk Metodologi analisis kebijakan
Metodologi analisis kebijakan di
ambil dari berbagai disiplin dan
terintegrasi termasuk ilmu politik,
sosiologi, psikologi, ekonomi,
filsafat dan lain-lain.
26. Sifat dan manfaat analisis
Deskriptif: mencari pengetahuan tentang sebab dan
akibat kebijakan publik
Normatif: value-critical untuk (a) masa lalu,
(b) sekarang dan (c) yang akan datang;
mencakup analisis terhadap nilai-nilai yang saling
berbenturan (kebebasan) menuntut pertimbangan
moral/penerapan etika.
Analisis kebijakan berusaha menciptakan pengetahuan
yang memperbaiki efisiensi pilihan dari berbagai
alternatif kebijakan (misal, dengan cara cost benefit
analysis dan pertimbangan etika lainnya)
27. tujuan analisis, plausibly true beliefs & beliefs that
are certainly true
Tujuan metodologi analisis kebijakan adalah untuk
menciptkan, menilai secara kritis dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan. Implikasinya adalah:
Pengetahuan mengacu pada plausibly true beliefs yang
berbeda dari beliefs that are certainly true, atau
kebenaran dengan probabilitas statistik.
Plausibly true beliefs : terdapat probabilitas kebenaran
yang secara logika bisa diterima.
Contoh: peningkatan upah minimum regional bisa
meningkatkan angka pengangguran. (tapi penganguran
tidak dipengaruhi satusatunya oleg peninkatan upah
minimum)