Dokumen tersebut membahas konsep pengangguran secara umum dan jenis-jenis pengangguran seperti pengangguran friksional dan struktural. Pengangguran friksional terjadi ketika orang menganggur sementara waktu saat pindah pekerjaan, sedangkan pengangguran struktural diakibatkan oleh ketidaksesuaian antara ketersediaan pekerjaan dengan jumlah tenaga kerja. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor
1 of 4
Download to read offline
More Related Content
Ch6 summary
1. MAKROEKONOMI CH. 6: UNEMPLOYMENT
1 Dwi Indahayu | Asistensi
Konsep Umum Pengangguran
Definisi pengangguran secara umum adalah bagian dari labor force yang tidak bekerja untuk
beberapa lama dan umumnya, orang yang masuk dalam golongan ini merupakan mereka yang
sedang berupaya menemukan pekerjaan. Skema diatas memperlihatkan bahwa pengangguran
mencakup orang yang semula bekerja tetapi berhenti (job separation) dan juga orang yang semula
menganggur dan sedang berupaya menemukan pekerjaan (job finding).
Dalam jangka panjang, jumlah pengangguran (steady state level of unemployment/natural rate of
unemployment) dapat dihitung dengan rumus
fs
s
L
U
yang didapat dengan proses:
Asumsikan dalam sebuah perekonomian, labor force terdiri dari orang yang menganggur (U) dan
orang yang bekerja (E) sehingga dapat dinyatakan bahwa:
)1(UEL
Dalam kondisi steady state, tercapai keadaan dimana:
)2(sEfU
Kemudian, substitusikan (1) ke (2) didapat bahwa:
)3()( ULsfU
Bagi kedua sisi dengan L sehingga didapat:
)4(1
L
U
s
L
U
f
Re-arrange persamaan (4) dan kita akan mendapatkan rumus perhitungan pengangguran, yaitu:
fs
s
L
U
2. MAKROEKONOMI CH. 6: UNEMPLOYMENT
2 Dwi Indahayu | Asistensi
Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan tingkat natural rate of
unemployment, melihat dari rumus diatas adalah dengan menurunkan tingkat job separation atau
menaikkan tingkat job finding. Namun, keduanya tidak instan sehingga menyebabkan dalam jangka
panjang akan selalu ada pengangguran, selain disebabkan oleh passion orang terhadap pekerjaan
yang tidak dapat dipaksakan.
Konsep Frictional Unemployment
Istilah pengangguran friksional bermakna mereka yang menganggur sementara waktu, mostly akibat
job matching. Dengan asumsi bahwa semua worker mempunyai tingkat kemauan kerja serta
kemampuan kerja yang sama, saat terjadi job separation, worker tersebut akan membutuhkan waktu
dalam mencari pekerjaan yang baru. Namun, terdapat masalah yang tidak dapat dihindari. Pertama,
pekerjaan satu dan lainnya mempunyai requirement yang berbeda-beda. Kedua, terdapat imperfect
information dan ketiga, terdapat hambatan berupa geographic mobility dari worker (misalnya tempat
tes di Jakarta sementara worker tersebut tinggal di Kalimantan). Ketiga faktor ini dapat menyebabkan
proses pencarian pekerjaan menjadi kian susah dan membuat tingkat job finding rendah. Inilah
kemudian yang mendorong terciptanya pengangguran friksional.
Penyebab pengangguran friksional diantaranya:
1. Sectoral shift, yang bermakna perubahan demand atas tenaga kerja antara industri atau
daerah. Contohnya adalah penemuan komputer akan mengurangi demand tenaga kerja
untuk industri mesin ketik, dan mendorong kenaikan demand bagi industri elektronik.
2. Tempat kerja asal worker mengalami kebangkrutan.
3. Worker mengalami pemecatan akibat performance kerja yang buruk.
4. Terpaksa menganggur karena skill mereka tidak lagi dibutuhkan.
Untuk mengatasi pengangguran friksional, terdapat beberapa solusi.
Pemerintah menciptakan unemployment insurance. Ini adalah program yang dibuat di
berbagai negara maju dimana mereka yang menganggur diberikan tunjangan hidup sampai
mereka menemukan pekerjaan. Namun, dipandang bahwa program ini sebenarnya buruk
karena menciptakan disinsentif untuk mencari pekerjaan akibat mereka menganggur pun
akan tetap mendapatkan uang dari pemerintah.
Meningkatkan kepastian akan income worker.
Konsep Wage Rigidity & Structural Unemployment
Wage rigidity merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambakan ketidakmampuan
wage untuk menyesuaikan labor supply dengan labor demand untuk mencapai equilibrium, yang
umumnya digambarkan dengan tingkat wage diatas equilibrium. Sebagai akibatnya, akan terjadi apa
yang dinamakan dengan job rationing. Istilah ini bermakna firms harus mempunyai kemampuan
dalam membagi sejumlah job yang ada kepada worker yang masih menganggur. Dipandang bahwa
wage rigidity dengan job rationing akan menciptakan structural unemployment yang mempunyai
3. MAKROEKONOMI CH. 6: UNEMPLOYMENT
3 Dwi Indahayu | Asistensi
definisi pengangguran yang tercipta akibat total pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah
worker yang ada ditambah dengan fakta bahwa firms susah menurunkan wage.
Gambaran dari wage rigidity ditambah dengan job rationing adalah seperti grafik diatas, dimana
dampak akhirnya adalah tercapai excess labor supply.
Adapun penyebab dari wage rigidity, diantaranya:
1. Minimum wage laws
Adalah suatu situasi dimana pemerintah menetapkan tingkat upah minimum diatas tingkat
equilibrium sehingga menimbulkan dampak excess labor supply karena firms susah
menyerap labor tersebut akibat harus membayar tingkat upah yang tinggi.
Sisi positif dari minimum wage:
Dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena menaikkan standar hidup dengan upah
yang tinggi.
Sisi negatif minimum wage:
Terlalu menguntungkan fresh-grad karena dengan least skill & experience mereka
memperoleh gaji yang lebih tinggi dari seharusnya.
Menambah tingkat unemployment akibat excess labor supply.
Poorly targeted, dimana pada akhirnya yang mendapat eksternalitas positif dari
kebijakan ini adalah worker yang berasal dari keluarga tidak miskin akibat asumsi
bahwa mereka yang dapat diterima kerja adalah yang mempunyai skill dan
berpendidikan dimana untuk mencapai hal tersebut mereka harus menempuh
pendidikan yang berkualitas dulu.
Akibat dari poorly targeted, solusi bagi menolong orang yang miskin adalah bukan
dengan minimum wage melainkan dengan tax credit.
2. Monopoly power of labor unions
Labor unions umumnya bernegosiasi dengan manajemen firm untuk meminta kenaikan gaji,
dimana tingkatnya selalu diatas equilibrium. Selain gaji, mereka umumnya meminta kenaikan
4. MAKROEKONOMI CH. 6: UNEMPLOYMENT
4 Dwi Indahayu | Asistensi
working condition dan penurunan jam kerja. Sebagai akibatnya, firm menurunkan labor
demand karena biaya dari mempekerjakan tambahan worker relatif mahal. Hal ini kemudian
menciptakan konflik yang dapat dibagi menjadi:
Insider conflict, yaitu konflik yang terjadi antara labor union dengan mereka yang
telah bekerja di firm tetapi tidak tergabung dalam labor union.
Outsider conflict, yaitu konflik yang terjadi akibat mereka yang berencana mendaftar
di firm akan terkena ekstrenalitas negatif akibat firm sekarang mengurangi demand.
Sebagai akibatnya, mendorong terciptanya structural unemployment.
3. Efficiency wages
Tingkat upah efisiensi menerapkan sebuah teori yang menyatakan bahwa dengan firm
menerapkan higher wage, produktivitas yang lebih tinggi dapat dicapai sehingga akibatnya
apabila firm menetapkan wage yang rendah, produktivitas tinggi akan sulit dicapai. Beberapa
teori yang menjelaskan bagaimana tingkat upah mempengaruhi produktivitas labor
diantaranya:
Teori 1: Bagi negara miskin, upah sangat mempengaruhi nutrisi yang dikonsumsi
worker. Dengan demikian, upah harus diatas equilibrium untuk meningkatkan
kemampuan worker dalam mengonsumsi makanan bernutrisi sehingga produktivitas
lebih tinggi dapat tercapai.
Teori 2: Bagi negara maju, upah yang tinggi berperan untuk mengurangi labor turn
over. Dengan demikian, upah yang tinggi dibutuhkan karena bagi firm, biaya dari
menaikkan upah akan lebih rendah ketimbang firm harus mencari worker baru dan
mengadakan training dsb.
Teori 3: Secara rata-rata, kualitas dari tenaga kerja firm bergantung pada tingkat
upah. Sehingga firm harus menaikkan upah untuk mengurangi adverse selection,
meningkatkan kualitas rata-rata worker dan berujung pada kenaikan produktivitas.
Teori 4: Upah tinggi mendorong kenaikan usaha dari worker. Dipandang bahwa firm
harus menghindari moral hazard dari worker melalui pemberian insentif gaji yang
lebih tinggi sehingga worker akan merasa bersalah apabila tidak bekerja maksimal.