際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
SISMIOP
  SISTEM MANAJEMEN
INFORMASI OBJEK PAJAK

       Pengantar
Dasar -Dasar Perpertaan
Outline

Dasar-dasar Pemetaan


 Pemetaan PBB dan Smart Map


Praktek Pengukuran & Pembuatan Peta PBB
Perluasan Istilah Peta

Peta Jalan Damai
Mapping Pegawai
Mapping Wajib Pajak
Peta Kekuatan
Instansi yang Memetakan
    Bidang Tanah (Peta Teknik)

BPN : 4,97 % (9,5 JT Ha)
DJP : 60 % dari 90 jt bidang
PU/CIPTA KARYA : SITE PLAN
BPS : 100 % rumah
Pajak dan Pungutan Tanah
 SITE PLAN : TARIF TERTENTU
 BPN : PUNGUTAN NEGARA OLEH BPN (% NJOP)
 BPHTB
 PPH FINAL
 PPN
 IMB
 IPB
 PBB
 URDES
 IJIN-2 : IPT, HO, AMDAL, DLL
Pengertian Peta
  Peta adalah gambaran sebagian besar/kecil unsur permukaan
  bumi pada bidang datar, dengan skala tertentu

 Gambaran
  Berarti suatu bentuk grafik yang tidak mungkin lepas dari aspek seni.
 Sebagian besar/kecil unsur muka bumi
 Dapat pula dikatakan : suatu peta tidak mampu memuat seluruh informasi
  permukaan bumi, sehingga akan terbagi dalam jenis peta yang berbeda
 Bidang datar
 semua informasi kuantitatif, dinyatakan dalam besaran bidang datar, sehingga
  untuk penerapan kembali di bumi, memerlukan penterjemahan tersendiri
 Skala
 yang berarti pula suatu perbandingan dalam bentuk numerik, sehingga semua
  informasi kuantitatif pada peta, baru dapat digambarkan melalui proses
  matematis.
Perbedaan Permukaan Bumi
          dengan Peta
Faktor      Bumi        Peta        Keterangan
 Bidang      Lengkung    Datar       Proyeksi
 Keluasan    Luas        Terbatas    Skala
 Bentuk      Berubah     Tetap       Update
             alamiah
Pembagian Skala Peta
No                  Skala                       Golongan

 1.     Lebih kecil dari 1 : 1 000 000     Atlas (Chart)
 2.     1 : 100 000 s/d 1 : 1 000 000      Peta skala kecil
 3.     1 : 25 000 sampai 1 : 100 000      Peta skala sedang
 4.     1 : 10 000 sampai 1 : 25 000       Peta skala besar
 5.     Lebih besar dari 1 : 10 000        Peta Teknik



SKALA BERKAITAN DENGAN :
A. PENGGUNAAN PETA
B. KETELITIAN PENGGAMBARAN : HTN
C. JENIS DAERAH DIPETAKAN : PADAT/JARANG, PDS/PKT
Skala Peta
1. SKALA GRAFIS
-2 km                                                       5 km
                  0


-2 km             0
                                                            5 km



                                                                   KM
2. SKALA NUMERIS                                            HM
                                                      DAM
    Langsung ditulis besarannya
                                                  M
    1 : 100.000                             DM
                                        CM
                                   MM
Diagram Utara
Arah Utara:
1. Arah Utara Peta = Arah Utara Grid
2. Arah Utara Sebenarnya = AU Geodetis
3. Arah Utara Magnet = AU Jarum Kompas

UTARA               UTARA
Pembentukan Peta PBB
Penetuan Posisi Horizontal

 Untuk penyediaan kerangka dasar
 Tanpa adanya kerangka dasar pemetaan, unsur
  permukaan bumi suatu daerah akan
  tergambarkan sebagian-sebagian, tanpa dapat
  digabungkan dengan baik
 Semua besaran (sudut dan jarak) merupakan
  besaran pada bidang mendatar
Titik Dasar Teknik
 Titik-titik dasar teknik diperlukan sebagai kerangka dasar referensi
  nasional.
 Titik-titik ini diperlukan untuk pemetaan bidang tanah secara nasional,
  di mana letak, ukuran, luas dan dimensi lain dari suatu bidang tanah
  dapat diketahui dan direkonstruksi secara tepat dan akurat.
 Tingkatan titik dasar teknik dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu: titik
  dasar orde 0, orde 1, orde 2, orde 3, dan orde 4.
 Titik dasar orde 0 dan 1 dilaksanakan dan dibangun oleh Badan
  Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
 Titik dasar orde 2 dan 3 dilaksanakan oleh BPN Pusat,
 Titik dasar orde 3 dapat dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi,
 Titik dasar orde 4 umumnya dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan
  Kabupaten/Kota.
 Di negara maju sangat mudah mencari titik orde, rapat, gratis
Penentuan Posisi Horizontal
1. METODA POLAR
     Merupakan metoda yang menjadi dasar (terutama hitungan) posisi horizontal dan
      merupakan metoda yang sederhana, berdasarkan arah dan jarak suatu titik ke titik
      lain. Titik awal, menjadi titik pusat, sehingga seperti juga titik kutub (polar)
     Yang dimaksudkan dengan arah di sini adalah azimuth atau sudut jurusan titik polar
      ke titik lainnya. (lihat Gambar 15.)
2. METODA POLIGON
     Suatu metoda yang menyerupai metoda polar, tetapi yang diukur pada metoda ini
      adalah sudut dan jarak . Dalam hitungan metoda ini, tidak ubahnya seperti
      merangkaikan metoda polar. Pada metoda polar, titik yang akan ditentukan
      posisinya tersebar disekitar titik polar, sedang pada metoda poligon, titik yang akan
      ditentukan berupa titik yang berangkai dan semakin lama, semakin jauh.
3. METODA PERPOTONGAN KEMUKA
     Suatu metoda yang hanya melakukan pengukuran sudut . Metoda ini banyak
      digunakan untuk penentuan posisi horizontal titik yang berjarak jauh, karena tidak
      mengukur jarak. Pengukuran di-lakukan dengan target titik yang akan ditentukan.
4. METODA PERPOTONGAN KEBELAKANG
     Seperti juga metoda perpotongan kemuka, metoda inipun merupakan metoda yang
      digunakan untuk menentukan posisi horizontal suatu titik tanpa pengukuran
      jarak.Pengukuran dilakukan pada titik yang akan ditentukan posisinya (berlawanan
      dengan perpotongan kemuka).
Penentuan Posisi Horizontal
5. METODA TRIANGULASI
    Merupakan metoda yang hanya dilakukan pengukuran semua sudut yang disertai
     1 (satu) pengukuran jarak untuk seluruh jaringan. Bentuk posisi titik-titik metoda
     ini adalah bentuk segi-tiga dan digunakan untuk membuat kerangka dasar
     horizontal untuk daerah yang luas.
6. METODA TRILATERASI
    Metoda ini seperti juga metoda triangulasi, tetapi yang diukur adalah semua jarak
     yang ada pada jaringan kerangka dasar tersebut.
7. METODA TRIANGULATERASI
    Merupakan metoda gabungan antara metoda triangulasi dan trilaterasi. Dengan
     demikian, pada metoda ini semua sudut dan jarak dari segi-tiga jaringan tersebut
     menjadi obyek ukuran.
8. METODA ASTRONOMIS
    Merupakan metoda yang menentukan posisi horizontal suatu titik, berdasarkan
     pengamatan posisi benda-benda langit. Dengan metoda ini, posisi titik tempat
     pengamatan ditentukan posisi dalam besaran Lintang, Bujur (meridian) dan
     azimuth ke arah titik target.
Penentuan Posisi Horizontal
9. METODA FOTOGRAMETRIS
     Suatu metoda penentuan titik berdasarkan foto udara suatu daerah, di mana titik
      tersebut harus dapat diidentifikasikan lokasinya pada foto udara . Titik pada foto,
      dikaitkan dengan posisi titik kontrol tanah (GCPs) untuk dapat dinyatakan
      posisinya.
10. METODA SATELIT
     Berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan, maka sebagai ganti metoda astronomis,
      digunakan metoda satelit. Salah satu prinsip dasar metoda ini adalah pengaruh
      frekuensi relatif terhadap kecepatan yang dikenal dengan EFEK DOPPLER.
      Perkembangan berikutnya, model metoda Doppler telah ditinggalkan dan sekarang
      digantikan dengan GPS (Global Positioning System).
     GPS dapat menjawab posisi titik yang diamati dalam waktu cepat dan mudah. Saat
      sekarang ini, teknologi GPS telah banyak diterapkan di bidang pelayaran, navigasi,
      teknik dsb.
U




                    POLIGON
POLAR




        PERPOTONGAN KE MUKA         PERPOTONGAN KE BELAKANG




TRIANGULASI           TRILATERASI              TRIANGULATERASI
Penentuan Posisi Vertikal
 Dalam posisi horizontal suatu titik, setiap titik dinyatakan
  dalam bentuk 2 dimensi (2D),
 Dalam posisi vertikal hanya dinyatakan pada dengan 1
  (satu) dimensi (1D) .
 Lebih dikenal edngan istilah "ketinggian" yang
  dinotasikan bermacam-macam. Sebagian besar
  memberi notasi Z untuk pernyataan posisi pada
  sumbu Z, H untuk menyatakan height dan mungkin
  T untuk pernyataan tinggi.
Peta menurut Cara Penyajian
1. Peta Garis
      Objek-objek yang ada di permukaan bumi
      ditampilkan/digambarkan sebagai titik dan garis.

2. Peta Foto/Citra
      Objek-objek yang ada di permukaan bumi
      ditampilkan sebagai objek atau kumpulan objek yang
      memiliki nilai kecerahan tertentu.
Peta menurut Isi
1. Peta Topografi
      Berisikan berbagai informasi tentang bentukan alami
      permukaan bumi.

2. Peta Tematik
      Berisikan informasi spesifik tentang suatu bentukan
      alami atau fenomena yang ada permukaan bumi.
Peta menurut Format

1. Peta Hardcopy
      Memiliki bentuk fisik (Kertas, Poster, Billboard, dll).

2. Digital
      Tersimpan sebagai file-file Basis Data Spasial ( Disk,
      CD, DVD ).
Komponen Peta
1. Judul
       Harus mencerminkan Isi.
2. Skala
      Besaran yang menyatakan perbandingan ukuran pada
      Peta terhadap ukuran aktualnya dilapangan.
3. Legenda
      Keterangan meliputi penggunaan simbol dan warna
      agar pemakai mudah memahami isi peta.
4. Inzet
      Posisi relatif daerah yang dipetakan terhadap daerah
      yang lebih besar.
Komponen Peta
5. Indeks Peta
      Sistem tata letak peta, menunjukkan letak peta
      terhadap peta lain disekitarnya.
6. Nomor Peta
      Sistem pengkodean lembar peta.
7. Grid
      Aturan/sistem untuk memudahkan identifikasi
      objek, umumnya dalam bentuk jaringan kotak.
8. Keterangan Riwayat Peta
      Teknik akuisisi data, tahun pembuatan, dll.
Teknik Akuisisi Data Pemetaan
1. Terestris
        Dengan menyentuh langsung objek yang dipetakan. Daerah yang
dipetakan relatif kecil ( < 200 Ha )
   a. Konvensional Survey
   b. GPS Survey
      sistem penentuan posisi dan radio navigasi berbasis satelit yang dapat
       digunakan oleh banyak orang sekaligus (simultan)
      dalam segala keadaan cuaca,
      memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi secara teliti, informasi
       mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.
      Dengan penghapusan Selective Availability (SA) pada sistem GPS oleh
       Amerika Serikat, maka ketelitian posisi absolut secara real time yang
       tinggi dapat meningkat secara signifikan.
Teknik Akuisisi Data Pemetaan
2. Extra Terestrial/Remote Sensing
        Dengan tidak menyentuh langsung objek yang dipetakan. Daerah
yang dipetakan relatif besar (>200 Ha)
a. Photogrametry Survey
  - Adalah pemetaan melalui foto udara
 - Tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan
   Sertipikat Hak atas Tanah.
 - Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi
   pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground
   controls (titik dasar kontrol) hingga pengukuran batas tanah.
 - Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus
   diukur di lapangan
Teknik Akuisisi Data Pemetaan

b. Satellite Imaging Survey
c. Hydrographic Survey
        Adalah pengukuran, penginderaan, pencitraan, pengamatan
        fenomena bawah air pada lingkungan perairan. Aplikasinya untuk
        pemetaan bawah air, navigasi, pengelolaan zona pesisir, penetapan
        batas laut, kadaster kelautan, dan eksplorasi  eksploitasi SDA laut.
Sistem Proyeksi Peta
 Untuk menjembatani perbedaan antara permukaan
  Bumi dengan Peta.

 Merupakan cara pemindahan data topografi permukaan
  Bumi (Bidang Lengkung) ke dalam Bidang Proyeksi
  (Bidang Datar, Kerucut, Silinder)

 Pertimbangan pemilihan sistem;
  1. Distrosi / penyimpangan yang mungkin terjadi
  2. Lokasi wilayah yang dipetakan (Kutub, Ekuator,
      Mediteran)
Bidang Proyeksi
Terdapat 3 (tiga) macam bentuk bidang proyeksi, yaitu :
  1. Bidang datar
  2. Kulit silinder (tabung)
  3. Kulit kerucut

Untuk tabung, maupun kerucut, diperlukan garis potong
yang dapat mengubah kedua bentuk tersebut menjadi
bidang datar (lihat Gambar 1. dan Gambar 2.).
Gambar Bidang Proyeksi
Posisi Bidang Proyeksi Datar
       Terhadap Bumi




NORMAL    TRANSFERSAL   MIRING
Posisi Bidang Proyeksi Silinder
        Terhadap Bumi




                          MIRING

          TRANSFERSAL
 NORMAL
Posisi Bidang Proyeksi Kerucut
        Terhadap Bumi
  NORMAL                   MIRING

           TRANSFERSAL
Sistem Proyeksi Peta Berdasarkan
             Distorsi
 Proyeksi Conform
      - Proyeksi mempertahankan besarnya sudut
      - Sudut pada bidang Lengkung = sudut pada bidang Datar
 Proyeksi Equidistant
      - Proyeksi mempertahankan besarnya jarak
      - Jarak pada bidang Lengkung = jarak pada bidang Datar
 Proyeksi Equivalent
      - Proyeksi mempertahankan besarnya luas
      - Luas pada bidang Lengkung = luas pada bidang Datar
PBB:
   Universal Tranverse Mercator

Proyeksi Conform
- Proyeksi mempertahankan besarnya sudut
- Sudut pada bidang Lengkung = sudut pada bidang
   Datar
Sistem Koordinat Nasional

 Sistem koordinat nasional BPN menggunakan koordinat
  proyeksi Transverse Mercator Nasional dengan lebar
  zone 3 derajat atau kemudian disebut TM-3 derajat.

 Sistem koordinat PBB menggunakan koordinat proyeksi
  UTM (Universal Tranverse Mercator)
Penentuan Luas
Untuk dapat menentukan luas suatu daerah :
 Harus ada batas daerah yang akan ditentukan.
 Harus adanya sumber data yang dapat digunakan untuk
  menentukan luas daerah yang dimaksud (obyek)
  tersebut.
 Satuan data yang digunakan (terutama yang berkaitan
  dengan besaran panjang).
 Dapat memperkirakan sejauh mana ketelitian atau
  kebenaran angka yang ditunjukkan sebagai hasil
  hitungan, ditinjau dari data/sumber data dan metoda.
Penentuan Luas

Metoda yang umum digunakan dalam penentuan luas
  adalah :
 Metoda grafis
 Metoda grafis-mekanik , dan
 Metoda numerik.
1. Metode Grafis
 Konsep dasar penentuan luas metoda ini adalah
  perbandingan antara luas daerah yang akan ditentukan
  dengan luas suatu daerah yang sudah pasti besarnya, karena
  dibuat (dibentuk) sendiri sebagai acuan (referensi)
 Skala peta yang menjadi penentu sumber data besar sekali
  pengaruhnya terhadap besaran panjang ataupun luas yang
  akan didapat
 Batas daerah yang akan ditentukan berupa garis, walaupun
  untuk metoda ini tidak ditentukan bentuk garisnya, sehingga
  batas daerah untuk metoda ini dapat berupa :
  * Garis lurus
  * Garis lengkung (kurva)
Bidang acuan




Bidang objek
Metode Grafis
Bentuk acuan tersebut, diletakkan di atas/pada daerah obyek yang akan
ditentukan luasnya. Peletakan semacam ini disebut juga penampalan, yaitu
dengan cara :
 Peletakkan sebaik mungkin, sehingga sebanyak mungkin bentuk acuan dapat
   terbentuk secara penuh pada daerah obyek tersebut.
 Tidak melakukan penafsiran" /perkiraan pada daerah acuan
 Batas bentuk acuan "setipis" mungkin , sehingga dapat terlihat tegas batas
   daerah obyek dan batas acuan.
 Berikutnya, tinggal dihitung jumlah bentuk acuan yang tergambar secara
   penuh dalam daerah tersebut. Jumlah atau besaran ini merupakan konstanta
   pengali dari penentuan luas tersebut.
 Apabila terdapat banyak bagian daerah yang masih belum dapat dicakupi
   bentuk acuan tersebut, maka bentuklah acuan dengan ukuran lebih kecil.
 Kegiatan terakhir di atas, dilakukan berulang, sehingga daerah secara
   menyeluruh dapat dinyatakan dalam bentuk daerah acuan.
Dasar dasar perpetaan
2. Metoda Grafik-Mekanik

 Alat yang digunakan dalam metoda ini disebut
  Planimeter.
 sebaiknya dilakukan berulang-ulang, mengingat
  ketepatan mengikuti batas dan masalah mekanik yang
  memungkinkan kesalahan yang cukup besar.
3. Metoda Numerik
 metoda dengan data berupa besaran numerik, sehingga luas
 sebagai hasil akhir, sepenuhnya didapatkan dari hitungan.

Syarat khusus untuk metoda ini adalah :
 Garis batas daerah merupakan garis lurus atau lengkung
  teratur (kurva)
 Bentuk daerah merupakan bentuk yang mempunyai
  persamaan mathematik

 Adapun sumber data untuk metoda ini dapat berupa :
 1. Data grafik, berupa peta
 2. Data numerik, berupa koordinat titik batas.
Metoda Numerik
Perlu diingatkan kembali bahwa untuk hitungan luas ini,
bidang acuan hitungan adalah bidang datar, sehingga jarak
(panjang sisi) untuk hitungan adalah jarak mendatar.

Terdapat cukup banyak bentuk geometrik yang dapat
digunakan, tetapi cukup 2 (dua) bentuk utama, yaitu :
 Bentuk segi-tiga
 Bentuk segi-empat
Luas Bentuk-bentuk Geometrik
Luas Segi-tiga


                                               t
   L = [ (alas) x tinggi ] / 2


                                                   alas
   L =         s (s  a) (s b) (s  c)

   s = (a+b+c)/2

   di mana :                                             c

   L = luas
                                           a
   s = setengah keliling
                                                      b
Bentuk Geometrik
Empat persegi panjang                               p
  L = (p) x (l)                              l


Jajaran genjang                          t
   L = (alas) x (tinggi)
                                             alas             Sisi 2

Trapesium                                               t
  L = [ (Jumlah sisi sejajar) x tinggi ] / 2
                                                            Sisi 1

Luas lingkaran
   L =  . R2                        R

   di mana :
   R = jari-jari lingkaran
Pemetaan Bathymetry
   Pemetaan bathymetry banyak dikenal pula dengan pemetaan dasar air, baik
    dilakukan pada laut maupun danau (air tawar). Pemetaan ini sangat berguna
    untuk suatu perencanaan yang berkenaan dengan penggunaan (masalah) air
    mulai dari perencanaan sampai dengan pemeliharaan.           Pada prinsipnya,
    pemetaan ini lebih mementingkan sajian ketinggian dasar air, sehingga terdapat
    perbedaan muatan informasi peta dibandingkan dengan pemetaan topografi
    ataupun pemetaan di darat lainnya.

   Mengingat ketinggian dasar air, sama juga dengan kedalaman air, maka tinggi
    muka air merupakan acuan bagi ketinggian dalam pemetaan ini.

   Dalam pemetaan bathymetry, kegiatan yang dilakukan, secara menyeluruh
    adalah
    1. Penyediaan kerangka dasar, baik di darat maupun di laut.
    2. Melakukan pengamatan pasang surut (muka air) selama pengukuran
    3. Pengukuran kedalaman air ( sounding=pemeruman )
    4. Pemetaan detail situasi pantai
    5. Pengolahan data
    6. Penggambaran.
Pengukuran Detail / Bidang
Terimak
  asih

More Related Content

Dasar dasar perpetaan

  • 1. SISMIOP SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBJEK PAJAK Pengantar Dasar -Dasar Perpertaan
  • 2. Outline Dasar-dasar Pemetaan Pemetaan PBB dan Smart Map Praktek Pengukuran & Pembuatan Peta PBB
  • 3. Perluasan Istilah Peta Peta Jalan Damai Mapping Pegawai Mapping Wajib Pajak Peta Kekuatan
  • 4. Instansi yang Memetakan Bidang Tanah (Peta Teknik) BPN : 4,97 % (9,5 JT Ha) DJP : 60 % dari 90 jt bidang PU/CIPTA KARYA : SITE PLAN BPS : 100 % rumah
  • 5. Pajak dan Pungutan Tanah SITE PLAN : TARIF TERTENTU BPN : PUNGUTAN NEGARA OLEH BPN (% NJOP) BPHTB PPH FINAL PPN IMB IPB PBB URDES IJIN-2 : IPT, HO, AMDAL, DLL
  • 6. Pengertian Peta Peta adalah gambaran sebagian besar/kecil unsur permukaan bumi pada bidang datar, dengan skala tertentu Gambaran Berarti suatu bentuk grafik yang tidak mungkin lepas dari aspek seni. Sebagian besar/kecil unsur muka bumi Dapat pula dikatakan : suatu peta tidak mampu memuat seluruh informasi permukaan bumi, sehingga akan terbagi dalam jenis peta yang berbeda Bidang datar semua informasi kuantitatif, dinyatakan dalam besaran bidang datar, sehingga untuk penerapan kembali di bumi, memerlukan penterjemahan tersendiri Skala yang berarti pula suatu perbandingan dalam bentuk numerik, sehingga semua informasi kuantitatif pada peta, baru dapat digambarkan melalui proses matematis.
  • 7. Perbedaan Permukaan Bumi dengan Peta Faktor Bumi Peta Keterangan Bidang Lengkung Datar Proyeksi Keluasan Luas Terbatas Skala Bentuk Berubah Tetap Update alamiah
  • 8. Pembagian Skala Peta No Skala Golongan 1. Lebih kecil dari 1 : 1 000 000 Atlas (Chart) 2. 1 : 100 000 s/d 1 : 1 000 000 Peta skala kecil 3. 1 : 25 000 sampai 1 : 100 000 Peta skala sedang 4. 1 : 10 000 sampai 1 : 25 000 Peta skala besar 5. Lebih besar dari 1 : 10 000 Peta Teknik SKALA BERKAITAN DENGAN : A. PENGGUNAAN PETA B. KETELITIAN PENGGAMBARAN : HTN C. JENIS DAERAH DIPETAKAN : PADAT/JARANG, PDS/PKT
  • 9. Skala Peta 1. SKALA GRAFIS -2 km 5 km 0 -2 km 0 5 km KM 2. SKALA NUMERIS HM DAM Langsung ditulis besarannya M 1 : 100.000 DM CM MM
  • 10. Diagram Utara Arah Utara: 1. Arah Utara Peta = Arah Utara Grid 2. Arah Utara Sebenarnya = AU Geodetis 3. Arah Utara Magnet = AU Jarum Kompas UTARA UTARA
  • 12. Penetuan Posisi Horizontal Untuk penyediaan kerangka dasar Tanpa adanya kerangka dasar pemetaan, unsur permukaan bumi suatu daerah akan tergambarkan sebagian-sebagian, tanpa dapat digabungkan dengan baik Semua besaran (sudut dan jarak) merupakan besaran pada bidang mendatar
  • 13. Titik Dasar Teknik Titik-titik dasar teknik diperlukan sebagai kerangka dasar referensi nasional. Titik-titik ini diperlukan untuk pemetaan bidang tanah secara nasional, di mana letak, ukuran, luas dan dimensi lain dari suatu bidang tanah dapat diketahui dan direkonstruksi secara tepat dan akurat. Tingkatan titik dasar teknik dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu: titik dasar orde 0, orde 1, orde 2, orde 3, dan orde 4. Titik dasar orde 0 dan 1 dilaksanakan dan dibangun oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Titik dasar orde 2 dan 3 dilaksanakan oleh BPN Pusat, Titik dasar orde 3 dapat dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi, Titik dasar orde 4 umumnya dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Di negara maju sangat mudah mencari titik orde, rapat, gratis
  • 14. Penentuan Posisi Horizontal 1. METODA POLAR Merupakan metoda yang menjadi dasar (terutama hitungan) posisi horizontal dan merupakan metoda yang sederhana, berdasarkan arah dan jarak suatu titik ke titik lain. Titik awal, menjadi titik pusat, sehingga seperti juga titik kutub (polar) Yang dimaksudkan dengan arah di sini adalah azimuth atau sudut jurusan titik polar ke titik lainnya. (lihat Gambar 15.) 2. METODA POLIGON Suatu metoda yang menyerupai metoda polar, tetapi yang diukur pada metoda ini adalah sudut dan jarak . Dalam hitungan metoda ini, tidak ubahnya seperti merangkaikan metoda polar. Pada metoda polar, titik yang akan ditentukan posisinya tersebar disekitar titik polar, sedang pada metoda poligon, titik yang akan ditentukan berupa titik yang berangkai dan semakin lama, semakin jauh. 3. METODA PERPOTONGAN KEMUKA Suatu metoda yang hanya melakukan pengukuran sudut . Metoda ini banyak digunakan untuk penentuan posisi horizontal titik yang berjarak jauh, karena tidak mengukur jarak. Pengukuran di-lakukan dengan target titik yang akan ditentukan. 4. METODA PERPOTONGAN KEBELAKANG Seperti juga metoda perpotongan kemuka, metoda inipun merupakan metoda yang digunakan untuk menentukan posisi horizontal suatu titik tanpa pengukuran jarak.Pengukuran dilakukan pada titik yang akan ditentukan posisinya (berlawanan dengan perpotongan kemuka).
  • 15. Penentuan Posisi Horizontal 5. METODA TRIANGULASI Merupakan metoda yang hanya dilakukan pengukuran semua sudut yang disertai 1 (satu) pengukuran jarak untuk seluruh jaringan. Bentuk posisi titik-titik metoda ini adalah bentuk segi-tiga dan digunakan untuk membuat kerangka dasar horizontal untuk daerah yang luas. 6. METODA TRILATERASI Metoda ini seperti juga metoda triangulasi, tetapi yang diukur adalah semua jarak yang ada pada jaringan kerangka dasar tersebut. 7. METODA TRIANGULATERASI Merupakan metoda gabungan antara metoda triangulasi dan trilaterasi. Dengan demikian, pada metoda ini semua sudut dan jarak dari segi-tiga jaringan tersebut menjadi obyek ukuran. 8. METODA ASTRONOMIS Merupakan metoda yang menentukan posisi horizontal suatu titik, berdasarkan pengamatan posisi benda-benda langit. Dengan metoda ini, posisi titik tempat pengamatan ditentukan posisi dalam besaran Lintang, Bujur (meridian) dan azimuth ke arah titik target.
  • 16. Penentuan Posisi Horizontal 9. METODA FOTOGRAMETRIS Suatu metoda penentuan titik berdasarkan foto udara suatu daerah, di mana titik tersebut harus dapat diidentifikasikan lokasinya pada foto udara . Titik pada foto, dikaitkan dengan posisi titik kontrol tanah (GCPs) untuk dapat dinyatakan posisinya. 10. METODA SATELIT Berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan, maka sebagai ganti metoda astronomis, digunakan metoda satelit. Salah satu prinsip dasar metoda ini adalah pengaruh frekuensi relatif terhadap kecepatan yang dikenal dengan EFEK DOPPLER. Perkembangan berikutnya, model metoda Doppler telah ditinggalkan dan sekarang digantikan dengan GPS (Global Positioning System). GPS dapat menjawab posisi titik yang diamati dalam waktu cepat dan mudah. Saat sekarang ini, teknologi GPS telah banyak diterapkan di bidang pelayaran, navigasi, teknik dsb.
  • 17. U POLIGON POLAR PERPOTONGAN KE MUKA PERPOTONGAN KE BELAKANG TRIANGULASI TRILATERASI TRIANGULATERASI
  • 18. Penentuan Posisi Vertikal Dalam posisi horizontal suatu titik, setiap titik dinyatakan dalam bentuk 2 dimensi (2D), Dalam posisi vertikal hanya dinyatakan pada dengan 1 (satu) dimensi (1D) . Lebih dikenal edngan istilah "ketinggian" yang dinotasikan bermacam-macam. Sebagian besar memberi notasi Z untuk pernyataan posisi pada sumbu Z, H untuk menyatakan height dan mungkin T untuk pernyataan tinggi.
  • 19. Peta menurut Cara Penyajian 1. Peta Garis Objek-objek yang ada di permukaan bumi ditampilkan/digambarkan sebagai titik dan garis. 2. Peta Foto/Citra Objek-objek yang ada di permukaan bumi ditampilkan sebagai objek atau kumpulan objek yang memiliki nilai kecerahan tertentu.
  • 20. Peta menurut Isi 1. Peta Topografi Berisikan berbagai informasi tentang bentukan alami permukaan bumi. 2. Peta Tematik Berisikan informasi spesifik tentang suatu bentukan alami atau fenomena yang ada permukaan bumi.
  • 21. Peta menurut Format 1. Peta Hardcopy Memiliki bentuk fisik (Kertas, Poster, Billboard, dll). 2. Digital Tersimpan sebagai file-file Basis Data Spasial ( Disk, CD, DVD ).
  • 22. Komponen Peta 1. Judul Harus mencerminkan Isi. 2. Skala Besaran yang menyatakan perbandingan ukuran pada Peta terhadap ukuran aktualnya dilapangan. 3. Legenda Keterangan meliputi penggunaan simbol dan warna agar pemakai mudah memahami isi peta. 4. Inzet Posisi relatif daerah yang dipetakan terhadap daerah yang lebih besar.
  • 23. Komponen Peta 5. Indeks Peta Sistem tata letak peta, menunjukkan letak peta terhadap peta lain disekitarnya. 6. Nomor Peta Sistem pengkodean lembar peta. 7. Grid Aturan/sistem untuk memudahkan identifikasi objek, umumnya dalam bentuk jaringan kotak. 8. Keterangan Riwayat Peta Teknik akuisisi data, tahun pembuatan, dll.
  • 24. Teknik Akuisisi Data Pemetaan 1. Terestris Dengan menyentuh langsung objek yang dipetakan. Daerah yang dipetakan relatif kecil ( < 200 Ha ) a. Konvensional Survey b. GPS Survey sistem penentuan posisi dan radio navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus (simultan) dalam segala keadaan cuaca, memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi secara teliti, informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia. Dengan penghapusan Selective Availability (SA) pada sistem GPS oleh Amerika Serikat, maka ketelitian posisi absolut secara real time yang tinggi dapat meningkat secara signifikan.
  • 25. Teknik Akuisisi Data Pemetaan 2. Extra Terestrial/Remote Sensing Dengan tidak menyentuh langsung objek yang dipetakan. Daerah yang dipetakan relatif besar (>200 Ha) a. Photogrametry Survey - Adalah pemetaan melalui foto udara - Tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan Sertipikat Hak atas Tanah. - Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga pengukuran batas tanah. - Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan
  • 26. Teknik Akuisisi Data Pemetaan b. Satellite Imaging Survey c. Hydrographic Survey Adalah pengukuran, penginderaan, pencitraan, pengamatan fenomena bawah air pada lingkungan perairan. Aplikasinya untuk pemetaan bawah air, navigasi, pengelolaan zona pesisir, penetapan batas laut, kadaster kelautan, dan eksplorasi eksploitasi SDA laut.
  • 27. Sistem Proyeksi Peta Untuk menjembatani perbedaan antara permukaan Bumi dengan Peta. Merupakan cara pemindahan data topografi permukaan Bumi (Bidang Lengkung) ke dalam Bidang Proyeksi (Bidang Datar, Kerucut, Silinder) Pertimbangan pemilihan sistem; 1. Distrosi / penyimpangan yang mungkin terjadi 2. Lokasi wilayah yang dipetakan (Kutub, Ekuator, Mediteran)
  • 28. Bidang Proyeksi Terdapat 3 (tiga) macam bentuk bidang proyeksi, yaitu : 1. Bidang datar 2. Kulit silinder (tabung) 3. Kulit kerucut Untuk tabung, maupun kerucut, diperlukan garis potong yang dapat mengubah kedua bentuk tersebut menjadi bidang datar (lihat Gambar 1. dan Gambar 2.).
  • 30. Posisi Bidang Proyeksi Datar Terhadap Bumi NORMAL TRANSFERSAL MIRING
  • 31. Posisi Bidang Proyeksi Silinder Terhadap Bumi MIRING TRANSFERSAL NORMAL
  • 32. Posisi Bidang Proyeksi Kerucut Terhadap Bumi NORMAL MIRING TRANSFERSAL
  • 33. Sistem Proyeksi Peta Berdasarkan Distorsi Proyeksi Conform - Proyeksi mempertahankan besarnya sudut - Sudut pada bidang Lengkung = sudut pada bidang Datar Proyeksi Equidistant - Proyeksi mempertahankan besarnya jarak - Jarak pada bidang Lengkung = jarak pada bidang Datar Proyeksi Equivalent - Proyeksi mempertahankan besarnya luas - Luas pada bidang Lengkung = luas pada bidang Datar
  • 34. PBB: Universal Tranverse Mercator Proyeksi Conform - Proyeksi mempertahankan besarnya sudut - Sudut pada bidang Lengkung = sudut pada bidang Datar
  • 35. Sistem Koordinat Nasional Sistem koordinat nasional BPN menggunakan koordinat proyeksi Transverse Mercator Nasional dengan lebar zone 3 derajat atau kemudian disebut TM-3 derajat. Sistem koordinat PBB menggunakan koordinat proyeksi UTM (Universal Tranverse Mercator)
  • 36. Penentuan Luas Untuk dapat menentukan luas suatu daerah : Harus ada batas daerah yang akan ditentukan. Harus adanya sumber data yang dapat digunakan untuk menentukan luas daerah yang dimaksud (obyek) tersebut. Satuan data yang digunakan (terutama yang berkaitan dengan besaran panjang). Dapat memperkirakan sejauh mana ketelitian atau kebenaran angka yang ditunjukkan sebagai hasil hitungan, ditinjau dari data/sumber data dan metoda.
  • 37. Penentuan Luas Metoda yang umum digunakan dalam penentuan luas adalah : Metoda grafis Metoda grafis-mekanik , dan Metoda numerik.
  • 38. 1. Metode Grafis Konsep dasar penentuan luas metoda ini adalah perbandingan antara luas daerah yang akan ditentukan dengan luas suatu daerah yang sudah pasti besarnya, karena dibuat (dibentuk) sendiri sebagai acuan (referensi) Skala peta yang menjadi penentu sumber data besar sekali pengaruhnya terhadap besaran panjang ataupun luas yang akan didapat Batas daerah yang akan ditentukan berupa garis, walaupun untuk metoda ini tidak ditentukan bentuk garisnya, sehingga batas daerah untuk metoda ini dapat berupa : * Garis lurus * Garis lengkung (kurva)
  • 40. Metode Grafis Bentuk acuan tersebut, diletakkan di atas/pada daerah obyek yang akan ditentukan luasnya. Peletakan semacam ini disebut juga penampalan, yaitu dengan cara : Peletakkan sebaik mungkin, sehingga sebanyak mungkin bentuk acuan dapat terbentuk secara penuh pada daerah obyek tersebut. Tidak melakukan penafsiran" /perkiraan pada daerah acuan Batas bentuk acuan "setipis" mungkin , sehingga dapat terlihat tegas batas daerah obyek dan batas acuan. Berikutnya, tinggal dihitung jumlah bentuk acuan yang tergambar secara penuh dalam daerah tersebut. Jumlah atau besaran ini merupakan konstanta pengali dari penentuan luas tersebut. Apabila terdapat banyak bagian daerah yang masih belum dapat dicakupi bentuk acuan tersebut, maka bentuklah acuan dengan ukuran lebih kecil. Kegiatan terakhir di atas, dilakukan berulang, sehingga daerah secara menyeluruh dapat dinyatakan dalam bentuk daerah acuan.
  • 42. 2. Metoda Grafik-Mekanik Alat yang digunakan dalam metoda ini disebut Planimeter. sebaiknya dilakukan berulang-ulang, mengingat ketepatan mengikuti batas dan masalah mekanik yang memungkinkan kesalahan yang cukup besar.
  • 43. 3. Metoda Numerik metoda dengan data berupa besaran numerik, sehingga luas sebagai hasil akhir, sepenuhnya didapatkan dari hitungan. Syarat khusus untuk metoda ini adalah : Garis batas daerah merupakan garis lurus atau lengkung teratur (kurva) Bentuk daerah merupakan bentuk yang mempunyai persamaan mathematik Adapun sumber data untuk metoda ini dapat berupa : 1. Data grafik, berupa peta 2. Data numerik, berupa koordinat titik batas.
  • 44. Metoda Numerik Perlu diingatkan kembali bahwa untuk hitungan luas ini, bidang acuan hitungan adalah bidang datar, sehingga jarak (panjang sisi) untuk hitungan adalah jarak mendatar. Terdapat cukup banyak bentuk geometrik yang dapat digunakan, tetapi cukup 2 (dua) bentuk utama, yaitu : Bentuk segi-tiga Bentuk segi-empat
  • 45. Luas Bentuk-bentuk Geometrik Luas Segi-tiga t L = [ (alas) x tinggi ] / 2 alas L = s (s a) (s b) (s c) s = (a+b+c)/2 di mana : c L = luas a s = setengah keliling b
  • 46. Bentuk Geometrik Empat persegi panjang p L = (p) x (l) l Jajaran genjang t L = (alas) x (tinggi) alas Sisi 2 Trapesium t L = [ (Jumlah sisi sejajar) x tinggi ] / 2 Sisi 1 Luas lingkaran L = . R2 R di mana : R = jari-jari lingkaran
  • 47. Pemetaan Bathymetry Pemetaan bathymetry banyak dikenal pula dengan pemetaan dasar air, baik dilakukan pada laut maupun danau (air tawar). Pemetaan ini sangat berguna untuk suatu perencanaan yang berkenaan dengan penggunaan (masalah) air mulai dari perencanaan sampai dengan pemeliharaan. Pada prinsipnya, pemetaan ini lebih mementingkan sajian ketinggian dasar air, sehingga terdapat perbedaan muatan informasi peta dibandingkan dengan pemetaan topografi ataupun pemetaan di darat lainnya. Mengingat ketinggian dasar air, sama juga dengan kedalaman air, maka tinggi muka air merupakan acuan bagi ketinggian dalam pemetaan ini. Dalam pemetaan bathymetry, kegiatan yang dilakukan, secara menyeluruh adalah 1. Penyediaan kerangka dasar, baik di darat maupun di laut. 2. Melakukan pengamatan pasang surut (muka air) selama pengukuran 3. Pengukuran kedalaman air ( sounding=pemeruman ) 4. Pemetaan detail situasi pantai 5. Pengolahan data 6. Penggambaran.