際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Desertifikasi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup.
Oleh :
1. Dwi Sekti Cambodianna
2. Nurhalima
3. Wardah Ulfah Fauziah
Program Studi Pendidikan Matematika
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PPROF. DR. HAMKA (FKIP)
Jl. Tanah Merdeka, Kp. Rambutan, Ps. Rebo, Jakarta Timur.
Telepon (021) 8400341 - 87796977 Fax. (021) 8411531
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kekuatan
iman sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang berjudul
DESERTIFIKASI.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari bapak Alfian Tanjung
selaku dosen mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya dalam melancarkan
pembuatan makalah ini
2. Gufron Amirullah yang telah memberikan tugas makalah ini selaku dosen
pengampuh Pendidikan Lingkungan Hidup
3. Orang tua kami yang selalu mendoakan langkah-langkah kami dalam menghadapi
berbagai kegiatan.
4. Teman seperjuagan atas kerjasamanya dalam tugas ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi diri kami sendiri, teman-teman dan siapa saja
yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuan. Atas segala kekurangan dalam
penulisan makalah ini dan kritik atau saran yang membangun maupun tidak sangat kami
butuhkan agar dapat menyempurnakan makalah dilain waktu, dari lubuk yang paling dalam
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Jakarta, 18 September 2015
Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut The United Nations Confention To Combat Desertification
(UNCCD) desertifikasi adalah degradasi lahan didaerah kering yang diakibatkan
oleh faktor-faktor yang bervariasi, termasuk didalamnya adalah fariasi iklim dan
aktifitas manusia. Kini dampak pemanasan global dan perubahan iklim dunia
bukan lagi sekedar ancaman. Namun, anomali iklim tersebut sudah menjadi
kenyataan yang menimpa kehidupan kelompok masyarakat lintas budaya di
berbagai belahan dunia. Salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan
mengalami gangguan iklim yang kian tak menentu tersebut adalah petani.
Sesungguhnya ketidaknormalan iklim seperti kemarau panjang yang menimpa kita
dewasa ini bukan hal baru karena di waktu lalu pun hal itu terjadi. Namun dalam
perkembangannya dewasa ini, ketidak normalan iklim seperti kemarau panjang
tersebut cenderung makin kerap terjadi dan krisis air makin meningkat. Akibat
bencana kekeringan, para petani sawah cendering makin tak berdaya
menghadapinya. Hal tersebut antara lain disebabkan kian rusaknya ekosistem
lokal dan telah pudar atau hilangnya berbagai strategi lokal dan kearifan ekologi
petani sawah dalam mengelola lingkungannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan desertifikasi
2. Apa penyebab dari desertifikasi
3. Bagaimana cara mengatasi desertifikasi
4. Kasus-kasus desertifikasi di Indonesia
C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan mengenai definisi desertifikasi
2. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya desertifikasi
3. Untuk menjelaskan cara mengatasi desertifikasi
4. Untuk memberikan berbagai kasus-kasus nyata yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DESERTIFIKASI
Desertifikasi berasal dari desert yang berarti gurun. Menurut The United
Nations Confention To Combat Desertification (UNCCD) desertifikasi adalah
degradasi lahan didaerah kering yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang bervariasi,
termasuk didalamnya adalah fariasi iklim dan aktifitas manusia. Sebagaimana dikutip
dari IYDD (International Year of Desert and Desertification) dalam buletin yang
diterbitkan oleh GER (Global Education Room, South Australia) desertifikasi berarti
penambahan daerah gurun yang sudah ada dan dapat juga berarti proses dimana
daerah luas yang sebelumnya subur dan produktif menjadi kering kerontang dan tidak
dapat lagi digunakan untuk bercocok tanam. Sedangkan menurut kami, desertifikasi
adalah kondisi dimana tanah kering karena kekurangan air yang disebabkan oleh
perubahan iklim dan ulah manusia.
Desertifikasi secara alamiah disebabkan karena erosi berat oleh tanah. Erosi adalah
peristiwa pengikisan tanah yang disebabkan oleh faktor iklim (intensitas hujan,
kecepatan angin, rentang suhu dan frekuensi badai), faktor biologi (tipe sedimen, tipe
batuan, dan kemiringan lahan), faktor biologis (tutupan vegetasi lahan, makhluk yang
tinggal yang di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia).
Tumbuhan yang dapat tumbuh di daerah yang tandus adalah :
1. Kacang tanah
2. Kacang mete
3. Pohon jati
4. Kaktus
5. Singkong
6. Akasia
7. Kurma
B. PENYEBAB TIMBULNYA DESERTIFIKASI
1. Lahan Kering
Lahan kering adalah daerah yang tidak terkena air sama sekali dan juga
daerah yang tidak dapat mengimbangi curah hujan dengan evaporasi. Lahan
kering secara umum dimanfaatkan sebagai lahan penggembalaan, meskipun di
negara-negara maju lahan sudah dijadikan sebagai lahan pertanian modern
dengan dukungan sistem irigasi yang mencukupi. Indonesia termasuk salah satu
negara yang memilikilahan kering berupa padang rumput dibagian timur wilayah
negara ini.
2. Perubahan Pengubahan Lahan
Peningkatan populasi manusia melibihi kapasitas daya dukung lingkungannya
menyebabkan manusia semakin mengeksploitasi alam. Terjadinya perubahan
yang besar-besaran pada pola penggunaan lahan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan manusia. Penggunaan lahan memberikan kontribusi terhadap
perubahan iklim karena fluktasinya CO2 atmosfer, akibatnya terjadi perubahan
pola penutupan lahan. Tumbuhan-tumbuhan yang tahan terhadap kadar CO2
yang tinggi sajalah yang dapat bertahan hidup.
Sebaliknya, desertifikasi yang ditimbulkan oleh perubahan pola iklim lebih
lanjut akan berdampak pada iklim dan dapat dideskripsikan utamanya pada
perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan yang mendorong terjadinya
degradasi lahan, penggembalaan berlebihan, pembakaran biomassa dan emisi ke
atmosfer , konstribusi pertanian terhadap polusi udara, pembukaan hutan yang
mempercepat erosi. Gangguan lahan karena antropogenikdan erosi, dan
pengaruh irigasi pertanian pada kondisi permukaan tanah ekosistem lahan kering
(Sivakumar; 2007).
Menurut sivakumar, Desertifikasi lahan kering terancamnya produktifitas
pangan jangka panjang dunia, termasuk tidak terdeteksinya produksi pangan,
kelaparan, peningkatan biaya sosial, penurunan kuantitas dan kualitas suplai air
bersih, peningkatan kemiskinan dan ketidakstabilan politik, penurunan
produktifitas tanah.
3. Perubahan Iklim Global
Iklim global akhir-akhir ini mengalami perubahan yang drastis. Cuaca dan
iklim berfluktasi dan berubah karena alam, dan juga karena ulah manusia.
Perubahan karena manusia berpangkal dari pertambahan penduduk yang
membawa konsekuensi bertambahnya jumlah energi secara langsung ke dalam
udara, pembukaan tanah yang menyebabkan terjadinya perubahan permukaan
bumi, pengotoran udara yang menyebabkan terjadinya perubahan energi yang
menuju/keluar ke/dari permukaan bumi. Tipe dan kondisi permukaan bumi akan
menentukan iklim disuatu tempat, karena permukaan bumi akan mempengaruhi
jumlah dan keragaman pemanasan yang dihasilkan. Perbedaan pemanasan itu
justru menjadi faktor pembentuk iklim karena distribusi panas yang tidak merata
menjadi sebab langsung dari gerakan udara horizontal yang kita kenal sebagai
angin, sedangkan gerakan udara horizontal yang kita kenal sebagai angin,
sedangkan gerakan yang vertikal akan menciptakan awan presipitasi.
Menurut Lavee et al (1998), perubahan iklim menyebabkan menurunnya
ketersediaan air tanah dan akan lanjut menyebabkan perubahan vegetasi
penutup tanah, akibatnya hanya vegetasi yang tahan kekeringan saja yang akan
bertahan hidup. Vegetasi yang memiliki sistem perakaran
4. MENGATASI DESERTIFIKASI
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengembalikan
tanah menjadi keadaan sebelumnya, yaitu:
1. Reboisasi, yaitu menaman pohon dari berbagai jenis tanaman , maka dalam
beberapa tahun, daerah yang terkena efek desertfikasi akan kembali subur dan
berfungsi layaknya sedia kala.
2. Penanaman tembok erosi, dengan menanam pohon besar disekitar are yang
terkena dampak desertifikasi, maka hal ini akan mencegah dampak yang lebih
buruk akibat erosi yang disebabkan oleh angin maupun air.
3. Penyuburan tanah, dengan menambah unsur hara dan pupuk dalam tanah yang
terkena desertifikasi, maka diharapkan tanah tersebut akan mampu menunjang
tanaman diatasnya dan melebatkan hutan di daerah tersebut.
5. KASUS-KASUS YANG TERJADI TERKAIT DESERTIFIKASI
1. Kondisi Daerah Gunung Kidul
Di indonesia terkenal dengan tanahnya yang subur, setidaknya dikalangan
masyarakat indonesia itu sendiri. Berbagai tanaman tumbuh di indonesia.
Meskipun demikian tidak semuanya wilayah di indonesia memiliki tanah yang
subur. Ada beberapa daerah yang tanahnya berada pada kategori tanah tandus.
Tinggal di wilayah yang tepat dilewati oleh garis katulistiwa memberikan
banyak keuntungan. Sinar matahari yang cukup dan curah hujan yang juga
cukup membuat tanah di negara ini tergolong sebagai tanah yang subur.
Berbagai tumbuhan yang tidak ada di eropa, tumbuh subur disini sayangnya,
memang tidak semua wilayah Indonesia bisa merasakan nikmatnya hidup diatas
tanah yang subur. Ada beberapa masyarakat indonesia yang hidup di wilayah
dengan keadaan tanah yang tidak bagus atau bahkan jelek sama sekali atau
tanah tandus.
Tanah tandus berkapur di gunung kidul merupakan salah satu contoh kasus
desertifikasi yang berada di indonesia. Daerah ini kekurangan air pada setiap
musim kemarau setiap tahunnya. Air bersih yang berwana bening dan tidak
berbau adalah sesuatu yang sangat istimewa dan berharga sama dengan seekor
kambing untuk setiap tanki bermuatan 6.000 liter.
Banyak pihak yang dirugikan jika tanah dalam keadaan tandus. Terutama
dan yang paling terlihat kesusahan adalah para petani. Digunung kidul, salah
satu kabupaten yang terletak di Selatan Yogyakarta terdapat berbagai jenis
tanaman yaitu singkong, pohon jati, jagung, kacang tanah dan kacang mete.
Bukannya penduduk tidak ingin menanam jenis tanaman palawija, tapi jenis
tanah gunung kidul yang tandus dan berkapur membuat petani tidak mempunyai
banyak pilihan. Dengan kata lain, mereka terpaksa menanam tanaman-tanaman
tersebut karena hanya tanaman jenis itulah yang dapat tumbuh di daerahnya.
Memikirkan jalan lain dan memutar otak adalah hal lain yang harus
dilakukan oleh para petani gunung kidul salah satu cara yang dilakukan petani
untuk sedikit menyuburkan tanah tandusnya adalah dengan menanam kacang
tanah. Kacang tanah dari gunung kidul cukup baik.
Selain kacang tanah, petani juga memanfaatkan kotoran ternak, sebagai
pupuk kandang yang juga cukup bermanfaat bagi pembentukan unsur hara
tanah. Pupuk kandang membantu para penati untuk sedikit untuk menyuburkan
tanah dikampung mereka.
2. Kekeringan Dan Strategi Petani
Sungguh malang nasib yang menimpa para petani sawah. Akibat musim
kering 2007, dari Januari hingga bulan juli 268.518 hektar sawah mengalami
kekeringan. Di Jawa Barat, hingga 31 Juli 2007, tercatat 17.331 hektar sawah
terkena kekeringan dan 45.584 hektarterancam kekeringan.
Konsekuensinya, ribuan hektar tanaman padi gagal dipanen petani. Banyak
keluarga petani sawah kehilangan pendapatan dengan nilai kerugian mencapai
juttaan rupiah per keluarga. Di Sukabumi Selatan, akibat kekeringan, banyak
buruh petani sawah yang menganggur dan kehilangan sumber pendapatan
mereka karena tidak punya pekerjaan lain di luar menjadi buruh tani (Kompas,
21/8/2007).
Akibat bencana kekeringan, para petani sawah cendering makin tak berdaya
menghadapinya. Hal tersebut antara lain disebabkan kian rusaknya ekosistem
lokal dan telah pudar atau hilangnya berbagai strategi lokal dan kearifan ekologi
petani sawah dalam mengelola lingkungannya.
Pada masa silam, hingga akhir 1960-an, sebelum ada Revolusi Hijau,
petani sawah di Jawa Barat mempunyai berbagai strategi dan kearifan ekologi
dalam bercocok tanaman padi sawah. Misalnya,untuk menjamin keberhasilan
bercocok tanam padi, para petani sawah pada setiap musimnnya senantiasa
memilih macam-macam varietas padi lokal yang akan ditanam di lahan
sawahnya.
Dalam mengelola ekosistem sawah, untuk menghindari ancaman bahaya
hama dan mengesifiensikan penggunaan air irigasi, mereka biasanya senantiasa
menjaga kebersamaan untuk tanam dan panen padi. Untuk menjaga
kebersamaan tersebut para petani biasanya mengembangkan berbagai strategi.
Contohnya, petani memiliki lahan sawah di daerah pegunungan menanam padi
lebih awal dibandingkan dengan mereka yang memiliki lahan sawah di daerah
lembah.
Kendati wakti tanam sedikit berbeda, waktu panennya dapat bersamaan.
Mengingat daratan tinggi memiliki udara dingi dan pencahayaan matahari
kurang, biasanya umur padi lebih lama dibandingkan padi yang tumbuh rendah.
Berdasarkan umur padi aneka ragam varietas padi lokal secara umum
dibedakan petani menjadi dua golongan utama, yaitu pare biasa dengan umur
panen sekitar 5-6 bulan dan pare bunar yang memiliki umur panen kurang dari
5-6 bulan.biasanya para petani memilih menanam macam-macam varietas pare
hawara untuk berbagai kepentingan. Misalnya, pare hawara tersebut diselip-
selipkan di daerah yang kosong atau gagal ditanam padi. Jadi, kedati waktu
tanam pare bunar terlambat, maka waktu panennya dapat bersamaan dengan
varietas padi ditanam sebelumya.
Masa tanam dan panen padi senantiasa diusahakan para petani sawah agar
waktunya bersamaan. Sebab, menanam padi yang tidak guyub, lebih awal atau
lebih lambat daripada petani umumnya, biasanya dianggap jelek oleh para
petani karena rentan terhadap serangan hama.
Selain itu, ketidak teraturan pola tanam padi kia sulit dalam pengaturan
pemanfaatan air irigasi di usum halodo (musim kemarau). Sebab pada usum
halodo pemberian air biasanya digilir dari sawah-sawah di daerah hulu hingga
sawah di daerah hilir sungai. Pada masa silam, pengaturan air irigasi tersier di
desa biasanya dilakukan oleh petugas ulu-ulu desa.
Saat ini ada tendensi bahwa petani sawah kurang memiliki lagi informasi
dan pengetahuan lokal yang mendalam tentang lingkungannya. Hal itu antara
lain dikarenakan pada masa Revolusi Hijau mereka dipaksakan untuk bercocok
tanam padi secara modern tanpa dilandasi kesesuaian dengan faktor-faktor
ekologi lokal dan kesesuaian budaya setempat .
Akibatnya, mereka mengadopsi tanaman padi baru, pare pendek, dengan
penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida. Pola tanam padi pun menjadi
tidak teratur. Pada suatu hamparan sawah dapat ditemukan lahan sawah yang
baru dicangkul, ditanami padi, usai panen padi, dan lain-lain. Akibatnya, sering
ledakan hama dan kekurangan air pada musim kemarau.
Selain itu dalam menghadapi kekeringan, petani sawah cenderung kian tak
berdaya. Sebab, dalam menanam padi, mereka sangat tergantung pada varietas
pare pendek yang dihasilkan dari suatu laboraturium modern, yang dirancang
khusus untuk ditanam di lahan sawah yang subur serta cukup air, pupuk kimia
sintetis, dan pestisida.
Padahal, kenyataannya kondisi ekologi sawah para petani sangat beraneka
ragam. Maka usaha tani sawah makin dipengaruhi dan dibelenggu faktor-faktor
eksternal. Sebagai contoh, mereka menjadi sangat tergantung pada pasokan
benih padi, pupuk kimia sintetis, pestisida dan air irigasi yang semuanya di luar
kendali petani sawah.
Karea itu, tak mengherankan apabila kini terjasi kelangkaan pupuk dan
pestisida hampir setiap musim tanam padi. Para petani sawah mengalami
kesulitan air biasa, ditambah pula dengan seringnya terjadi becana kekeringan
seperti tahun 2007. Hal tersebut membuat para petani sawah kian menderita.
Sayangnya, bantuan konkret pemerintah terhadap para petani korban
kekeringan tersebut tidak (belum) ada. Kini kesannya pemerintah malah lebih
memperhatikan keselamatan nasib target produksi padi secara naional (makro)
daripada mempedulikan nasib petanikorban kekeringan. Kekerigan
menyebabkan kerugian jutaan rupiah bagi tiap keluarga korban tanpa ada
kompensasi sedikitpun dari pemerintah.
3. Bencana merapi dan adaptasi warga
Pada 26 Oktober 2010 sore Gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta meletus. Demi keselamatan, sebagian besar penduduk yang
bertempat tinggal di sekitar gunung diungsikan ketempat yang lebih aman.
Gunung Merapi dikenal kerap meletus. Karena itu, tak mengherankan bila
gunung tersebut dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di dunia.
Letusannya kadang-kadang dahsyatnya dan adakalanya ringan.
Berdasarkan sejarah ekologi/lingkungan, Gunung Merapitercatat meletus
pertama kali pada 1006 dan mengubur Candi Borobudur. Lantas, sejak 1548
hingga 1968 tercatat rata-rata 7,5 tahun sekali terjadi letusan Merapi. Tahun
1672 letusannya menyebabkan 3.000 korban jiwa. Pada 1930 letusan Merapi
menyebabkan 1.367 jiwa meninggal, 2.410 ternak mati, 13 desa musnah,
serta29 desa rusak sebagian.
Selain itu, pada 1954 letusan Merapi menyebabkan 64 orang meninggal dan
57 luka-luka. Kemudian, tahun 1961 letusannya menyebabkan 5 orang
meninggal, 19 ternak mati, dan sekitar 109 rumah hancur. Sementara itu, korban
jiwa akibat letusan Gunung Merapi, biasanya berbagai upaya dilakukan
pemerintah, seperti program transmigrasi. Contohnya, pada 1961 tercatat 4.517
penduduk dari kawasan yang terkena bencana di transmigrasikan ke Sumatera.
Lantas, pada bencaa letusan Merapi tahun 1994 pemerintah bermaksud pula
memindahkan penduduk korban gunung api tersebut. Namun, mayoritas
penduduk yang bermukim di lereng Merapi menolaknya.
Pada umumnya hampir setiap letusan Gunung Merapi menimbulkan
bahaya pada penduduk. Ketika gunung tersebut meletus, selain keluar magma,
biasanya pula keluar awan panas yang oleh penduduk disebut wedhus gembel
atau ampa-ampa. Wedhus gembel biasanya meluncur ke bawah lereng gunung
dengan kecepatan 200-300 kilometer per jam dan temperature 200-300 derajat
celsius.
Awan panas itu lebih mengancam penduduk dibandingkan dengan
muntahan lava yang mengalir lebih lambat.
Jadi, penduduk yang bermukim di lereng Gunung Merapi umumnya
menyatakan bahwa sesungguhnya hanya dua bahaya Merapi, yaitu awan panas
serta campuran abu dan air (lahar dingin) yang mengalir ke bawah lereng
dengan cepat serta merusak harta benda dan jiwa.
Contohnya, tahun 1994 letusan Gunung Merapi mengeluarkan awan panas
yang bergerak cepat sejauh 6 KM ke bawah, ke bagian selatan lereng Merapi,
mengikuti palung Sungai Boyong dan 4 KM ke bawah tenggara lereng,
mengikuti palung Sungai Krasak. Penduduk yang bermukim dipuluhan desa di
selatan dan tenggara lereng melarikan diri ke bawah lembah gunung. Bencana
tersebut menyebabkan 46 orang meninggal di lapangan ataupun sesudahnya
serta 4.452 orang diungsikan ke pengungsian.
Meskipun demikian, faktor penyebabnya, penduduk lekat secara budaya
dengan Merapi dilandasi mistik. Akan tetapi, penduduk lokal juga telah
menganalisis secara seksama resiko dan manfaat lingkungannya selain resiko
yang akan dihadapi di kawasan transmigrasi. Mereka menyadari adanya
peluang ditimpa bencana Merapi dengan berbagai konsekuensinya, termasuk
korban jiwa dan harta. Namun, pada waktu yang sama, mereka juga telah
memperoleh manfaat nyata, yaitu berbagai keuntungan sosial, ekonomi, dan
budaya dalam mengelola dan adaptasi dengan lingkungan Merapi secara turun
temurun.
Berdasarkan sejarah ekologi, sebelum abad ke-20 hampir semua penduduk
pegunungan Jawa, tak terkecuali penduduk lereng Gunung Merapi, bertani
dengan sistem ladang berotasi (disebut ngahuma di Sunda). Mereka menggarap
lahan hutan (wono) secara berpindah-pindah hutan. Hal ini dimaksud untuk
mengistirahatkan/memberakan (followed) lahan bekas ladang usai panen padi
gogo agar kesuburannya pulih tanpa memberikan pupuk anorganik. Mereka juga
mengembalakan ternak secara bebas di desa.
Namun, sejalan dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda, lereng
Merapi tidak saja dilihat bahaya letusan,tetapi juga digunakan untuk
kepentingan koservasi tanah dari bahaya erosi. Konsekuensinya, penduduk
harus mengubah sistem pertanian ladang di kawasan hutan deengan sistem
tegalan menetap.
Dengan sistem pertanian baru tersebut, petani harus memelihara ternak sapi
di kandang dan menyabit rumput alang-alang dari lingkungan sekitarnya. Ketika
musim hujan, biasanya penduduk cukup menyabit rumput di lahan-lahan sekitar
desanya. Namun, pada musim kemarau mereka harus maik ke lereng sisi
Gunung Merapi yang subur karena kelembabannya.
Untuk menyabit rumput, penduduk perlu kerja intensif. Sebab, untuk
menuju tempat menyabit rumput, penduduk perlu berjalak kaki 60-90 menit.
Sementara itu, untuk menyabit 55-60 kg rumput butuh waktu sekitar satu jam.
Populsi ternak sapi telah menjadi komponen utama penduduk di lereng Merapi,
utamanya sebagai penghasil susu dan laku dipasarkan. Adapun kotorannya
sangat berguna untuk pupuk organik di lahan pertanian aatupun padang rumput.
Jadi, dalam kondisi letusan berkala Gunung Merapi yang ringan, kehadiran
wedhus gembel dapat menguntungkan penduduk.
Karena wedhus gembel secara rutin membakar rumput alang-alang, ketika
musim hujan tiba, rumput alang-alang tersebut akan tumbuh subur. Itu sangat
penting bagi sumber pakan ternak. Sayangnya, kini adaptasi penduduk untuk
harmonis dengan dinamika Merapi yang sering meletus makin sulit diupayakan.
Letusan gunung secara dahsyat. Misalnya, kian sulit diprediksi. Sebab, kini berbagai
indikator di alam, seperti migrasi binatang liar yang biasa turun dari hutan ke dusun-dusun
menjelang Merapi, kian Langka ditemukan. Binatang itu telah punah atau langka di alam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Desertifikasi adalah kondisi dimana tanah kering karena kekurangan air yang
disebabkan oleh perubahan iklim dan ulah manusia. Penyebab dari desertifikasi
adalah lahan yang kering dan perubahan iklim global dan perubahan pengubahan
lahan.
B. SARAN
Untuk mengatasi desertifikasi agar tidak mengalami kekeringan maka perlu
diadakannya reoboisasi, membuat tembok erosi, dan penyuburan tanah dengan cara
menambah unsur hara dan pupuk dalam tanah. Serta disarankan untuk menanam
tanaman yang dapat tumbuh di daerah tandus seperti singkong, kacang tanah, kacang
mete, akasia, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar Johan.(2014). Manusia Dan Lingkungan Dengan Berbagai Perubahannya.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Munir.H. Moch.(1996).Tanah-Tanah Utama Di Indonesia. Jakarta: PT Dunia pustaka jaya
Sugito.J. (1993). Bertanam ubi-ubian. Jakarta: PT Penebar Swadaya

More Related Content

What's hot (20)

Makalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanamanMakalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanaman
Khairullah Khairullah
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 pslBagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Purwandaru Widyasunu
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
Arya Ningrat
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Purwandaru Widyasunu
PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdf
PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdfPROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdf
PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdf
Zianfaradis2
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Bagus ardian
Jenis jenis tanah
Jenis jenis tanahJenis jenis tanah
Jenis jenis tanah
Mame Indy
Dasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu TanahDasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu Tanah
Nurul Khamidah
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
Iqrimha Lairung
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Yogan Daru Prabowo
Erosi
ErosiErosi
Erosi
Ulul Azmi Lomuber Rezqi
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
Fitria Anggrainy
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Helmas Tanjung
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
IndraSetiawan115511
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sig
Eko Artanto
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
jumadi ahmad
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Rpbowo
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Danur Qahari
Makalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanamanMakalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanaman
Khairullah Khairullah
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 pslBagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Bagian 1 survei pemetaan dan evaluasi lahan d3 psl
Purwandaru Widyasunu
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Purwandaru Widyasunu
PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdf
PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdfPROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdf
PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN.pdf
Zianfaradis2
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Bagus ardian
Jenis jenis tanah
Jenis jenis tanahJenis jenis tanah
Jenis jenis tanah
Mame Indy
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Yogan Daru Prabowo
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
Fitria Anggrainy
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Helmas Tanjung
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sig
Eko Artanto
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
jumadi ahmad
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Rpbowo
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Danur Qahari

Viewers also liked (7)

Materi tentang Ozon-Desertifikasi-Erosi-Polusi-Hujan Asam-Pemanasan Global-Gl...
Materi tentang Ozon-Desertifikasi-Erosi-Polusi-Hujan Asam-Pemanasan Global-Gl...Materi tentang Ozon-Desertifikasi-Erosi-Polusi-Hujan Asam-Pemanasan Global-Gl...
Materi tentang Ozon-Desertifikasi-Erosi-Polusi-Hujan Asam-Pemanasan Global-Gl...
Hafsoh Ulfiana Fauziah
Makalah hujan asam
Makalah hujan asamMakalah hujan asam
Makalah hujan asam
subnis
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampah
infosanitasi
Integrated farming
Integrated farmingIntegrated farming
Integrated farming
Dr. Vishnu Vrardhan Reddy Pulimi
Tanaman pangan
Tanaman panganTanaman pangan
Tanaman pangan
Haris Thabrani
Integrated Farming System PDF
Integrated Farming System  PDFIntegrated Farming System  PDF
Integrated Farming System PDF
Sabari Nathan

Similar to Desertifikasi (20)

Biru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptx
Biru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptxBiru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptx
Biru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptx
RharaazzahraWulanda
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutan
Willy Chandra
Konversi hutan 2
Konversi hutan 2Konversi hutan 2
Konversi hutan 2
Mercubuana University
IPS - Lingkungan Hidup dan Pelestarianya
IPS - Lingkungan Hidup dan PelestarianyaIPS - Lingkungan Hidup dan Pelestarianya
IPS - Lingkungan Hidup dan Pelestarianya
Alifia
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
henengsuseno
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dadang Setiawan
Persebaran flora & fauna
Persebaran flora & faunaPersebaran flora & fauna
Persebaran flora & fauna
Ay Rontini
Tugas geografi
Tugas geografiTugas geografi
Tugas geografi
Rezha Ting
3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt
3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt
3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt
rismanpurnama
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Polytechnic State Semarang
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad KennedyJenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Muhammad Kennedy Ginting
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Septian Muna Barakati
@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx
@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx
@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx
suyatnoyatno10
Pelestarian Lingkungan Hidup
Pelestarian Lingkungan HidupPelestarian Lingkungan Hidup
Pelestarian Lingkungan Hidup
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
Buku scrap sejarah
Buku scrap sejarahBuku scrap sejarah
Buku scrap sejarah
Jannet Anthony
Kemarau
KemarauKemarau
Kemarau
kasmiah otin
Kerusakan Alam yang Dilakukan Manusia
Kerusakan Alam yang Dilakukan ManusiaKerusakan Alam yang Dilakukan Manusia
Kerusakan Alam yang Dilakukan Manusia
Alveraadk
Makalah vigita
Makalah vigitaMakalah vigita
Makalah vigita
Nurul Aulia
Kerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan Lingkungan HidupKerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan Lingkungan Hidup
Maulina.jh
PENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptx
PENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptxPENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptx
PENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptx
MIM2MENONGO
Biru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptx
Biru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptxBiru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptx
Biru dan Krem Ilustrasi Lucu Tugas presentasi_20241105_081129_0000.pdf.pptx
RharaazzahraWulanda
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutan
Willy Chandra
IPS - Lingkungan Hidup dan Pelestarianya
IPS - Lingkungan Hidup dan PelestarianyaIPS - Lingkungan Hidup dan Pelestarianya
IPS - Lingkungan Hidup dan Pelestarianya
Alifia
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
henengsuseno
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dadang Setiawan
Persebaran flora & fauna
Persebaran flora & faunaPersebaran flora & fauna
Persebaran flora & fauna
Ay Rontini
Tugas geografi
Tugas geografiTugas geografi
Tugas geografi
Rezha Ting
3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt
3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt
3.-PSD-121-TM-3-Kenampakan-Permukaan-Bumi.ppt
rismanpurnama
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Polytechnic State Semarang
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad KennedyJenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Muhammad Kennedy Ginting
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Septian Muna Barakati
@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx
@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx
@ PPT PI 4.pptx_20241017_055023_0000.pptx
suyatnoyatno10
Kerusakan Alam yang Dilakukan Manusia
Kerusakan Alam yang Dilakukan ManusiaKerusakan Alam yang Dilakukan Manusia
Kerusakan Alam yang Dilakukan Manusia
Alveraadk
Makalah vigita
Makalah vigitaMakalah vigita
Makalah vigita
Nurul Aulia
Kerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan Lingkungan HidupKerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan Lingkungan Hidup
Maulina.jh
PENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptx
PENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptxPENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptx
PENYEBAB KERUSAKAN ALAM LINGKUNGAN pptx yes.pptx
MIM2MENONGO

Desertifikasi

  • 1. Desertifikasi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Oleh : 1. Dwi Sekti Cambodianna 2. Nurhalima 3. Wardah Ulfah Fauziah Program Studi Pendidikan Matematika UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PPROF. DR. HAMKA (FKIP) Jl. Tanah Merdeka, Kp. Rambutan, Ps. Rebo, Jakarta Timur. Telepon (021) 8400341 - 87796977 Fax. (021) 8411531 2015
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kekuatan iman sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang berjudul DESERTIFIKASI. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari bapak Alfian Tanjung selaku dosen mata kuliah Kemuhammadiyahan. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya dalam melancarkan pembuatan makalah ini 2. Gufron Amirullah yang telah memberikan tugas makalah ini selaku dosen pengampuh Pendidikan Lingkungan Hidup 3. Orang tua kami yang selalu mendoakan langkah-langkah kami dalam menghadapi berbagai kegiatan. 4. Teman seperjuagan atas kerjasamanya dalam tugas ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi diri kami sendiri, teman-teman dan siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuan. Atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini dan kritik atau saran yang membangun maupun tidak sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakan makalah dilain waktu, dari lubuk yang paling dalam kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum wr. Wb. Jakarta, 18 September 2015 Penyusun Kelompok 4
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut The United Nations Confention To Combat Desertification (UNCCD) desertifikasi adalah degradasi lahan didaerah kering yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang bervariasi, termasuk didalamnya adalah fariasi iklim dan aktifitas manusia. Kini dampak pemanasan global dan perubahan iklim dunia bukan lagi sekedar ancaman. Namun, anomali iklim tersebut sudah menjadi kenyataan yang menimpa kehidupan kelompok masyarakat lintas budaya di berbagai belahan dunia. Salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan mengalami gangguan iklim yang kian tak menentu tersebut adalah petani. Sesungguhnya ketidaknormalan iklim seperti kemarau panjang yang menimpa kita dewasa ini bukan hal baru karena di waktu lalu pun hal itu terjadi. Namun dalam perkembangannya dewasa ini, ketidak normalan iklim seperti kemarau panjang tersebut cenderung makin kerap terjadi dan krisis air makin meningkat. Akibat bencana kekeringan, para petani sawah cendering makin tak berdaya menghadapinya. Hal tersebut antara lain disebabkan kian rusaknya ekosistem lokal dan telah pudar atau hilangnya berbagai strategi lokal dan kearifan ekologi petani sawah dalam mengelola lingkungannya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan desertifikasi 2. Apa penyebab dari desertifikasi 3. Bagaimana cara mengatasi desertifikasi 4. Kasus-kasus desertifikasi di Indonesia C. TUJUAN 1. Untuk menjelaskan mengenai definisi desertifikasi 2. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya desertifikasi 3. Untuk menjelaskan cara mengatasi desertifikasi 4. Untuk memberikan berbagai kasus-kasus nyata yang ada di Indonesia
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI DESERTIFIKASI Desertifikasi berasal dari desert yang berarti gurun. Menurut The United Nations Confention To Combat Desertification (UNCCD) desertifikasi adalah degradasi lahan didaerah kering yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang bervariasi, termasuk didalamnya adalah fariasi iklim dan aktifitas manusia. Sebagaimana dikutip dari IYDD (International Year of Desert and Desertification) dalam buletin yang diterbitkan oleh GER (Global Education Room, South Australia) desertifikasi berarti penambahan daerah gurun yang sudah ada dan dapat juga berarti proses dimana daerah luas yang sebelumnya subur dan produktif menjadi kering kerontang dan tidak dapat lagi digunakan untuk bercocok tanam. Sedangkan menurut kami, desertifikasi adalah kondisi dimana tanah kering karena kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim dan ulah manusia. Desertifikasi secara alamiah disebabkan karena erosi berat oleh tanah. Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah yang disebabkan oleh faktor iklim (intensitas hujan, kecepatan angin, rentang suhu dan frekuensi badai), faktor biologi (tipe sedimen, tipe batuan, dan kemiringan lahan), faktor biologis (tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal yang di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia). Tumbuhan yang dapat tumbuh di daerah yang tandus adalah : 1. Kacang tanah 2. Kacang mete 3. Pohon jati 4. Kaktus 5. Singkong 6. Akasia 7. Kurma
  • 5. B. PENYEBAB TIMBULNYA DESERTIFIKASI 1. Lahan Kering Lahan kering adalah daerah yang tidak terkena air sama sekali dan juga daerah yang tidak dapat mengimbangi curah hujan dengan evaporasi. Lahan kering secara umum dimanfaatkan sebagai lahan penggembalaan, meskipun di negara-negara maju lahan sudah dijadikan sebagai lahan pertanian modern dengan dukungan sistem irigasi yang mencukupi. Indonesia termasuk salah satu negara yang memilikilahan kering berupa padang rumput dibagian timur wilayah negara ini. 2. Perubahan Pengubahan Lahan Peningkatan populasi manusia melibihi kapasitas daya dukung lingkungannya menyebabkan manusia semakin mengeksploitasi alam. Terjadinya perubahan yang besar-besaran pada pola penggunaan lahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Penggunaan lahan memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim karena fluktasinya CO2 atmosfer, akibatnya terjadi perubahan pola penutupan lahan. Tumbuhan-tumbuhan yang tahan terhadap kadar CO2 yang tinggi sajalah yang dapat bertahan hidup. Sebaliknya, desertifikasi yang ditimbulkan oleh perubahan pola iklim lebih lanjut akan berdampak pada iklim dan dapat dideskripsikan utamanya pada perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan yang mendorong terjadinya degradasi lahan, penggembalaan berlebihan, pembakaran biomassa dan emisi ke atmosfer , konstribusi pertanian terhadap polusi udara, pembukaan hutan yang mempercepat erosi. Gangguan lahan karena antropogenikdan erosi, dan pengaruh irigasi pertanian pada kondisi permukaan tanah ekosistem lahan kering (Sivakumar; 2007). Menurut sivakumar, Desertifikasi lahan kering terancamnya produktifitas pangan jangka panjang dunia, termasuk tidak terdeteksinya produksi pangan, kelaparan, peningkatan biaya sosial, penurunan kuantitas dan kualitas suplai air bersih, peningkatan kemiskinan dan ketidakstabilan politik, penurunan produktifitas tanah.
  • 6. 3. Perubahan Iklim Global Iklim global akhir-akhir ini mengalami perubahan yang drastis. Cuaca dan iklim berfluktasi dan berubah karena alam, dan juga karena ulah manusia. Perubahan karena manusia berpangkal dari pertambahan penduduk yang membawa konsekuensi bertambahnya jumlah energi secara langsung ke dalam udara, pembukaan tanah yang menyebabkan terjadinya perubahan permukaan bumi, pengotoran udara yang menyebabkan terjadinya perubahan energi yang menuju/keluar ke/dari permukaan bumi. Tipe dan kondisi permukaan bumi akan menentukan iklim disuatu tempat, karena permukaan bumi akan mempengaruhi jumlah dan keragaman pemanasan yang dihasilkan. Perbedaan pemanasan itu justru menjadi faktor pembentuk iklim karena distribusi panas yang tidak merata menjadi sebab langsung dari gerakan udara horizontal yang kita kenal sebagai angin, sedangkan gerakan udara horizontal yang kita kenal sebagai angin, sedangkan gerakan yang vertikal akan menciptakan awan presipitasi. Menurut Lavee et al (1998), perubahan iklim menyebabkan menurunnya ketersediaan air tanah dan akan lanjut menyebabkan perubahan vegetasi penutup tanah, akibatnya hanya vegetasi yang tahan kekeringan saja yang akan bertahan hidup. Vegetasi yang memiliki sistem perakaran 4. MENGATASI DESERTIFIKASI Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengembalikan tanah menjadi keadaan sebelumnya, yaitu: 1. Reboisasi, yaitu menaman pohon dari berbagai jenis tanaman , maka dalam beberapa tahun, daerah yang terkena efek desertfikasi akan kembali subur dan berfungsi layaknya sedia kala. 2. Penanaman tembok erosi, dengan menanam pohon besar disekitar are yang terkena dampak desertifikasi, maka hal ini akan mencegah dampak yang lebih buruk akibat erosi yang disebabkan oleh angin maupun air. 3. Penyuburan tanah, dengan menambah unsur hara dan pupuk dalam tanah yang terkena desertifikasi, maka diharapkan tanah tersebut akan mampu menunjang tanaman diatasnya dan melebatkan hutan di daerah tersebut.
  • 7. 5. KASUS-KASUS YANG TERJADI TERKAIT DESERTIFIKASI 1. Kondisi Daerah Gunung Kidul Di indonesia terkenal dengan tanahnya yang subur, setidaknya dikalangan masyarakat indonesia itu sendiri. Berbagai tanaman tumbuh di indonesia. Meskipun demikian tidak semuanya wilayah di indonesia memiliki tanah yang subur. Ada beberapa daerah yang tanahnya berada pada kategori tanah tandus. Tinggal di wilayah yang tepat dilewati oleh garis katulistiwa memberikan banyak keuntungan. Sinar matahari yang cukup dan curah hujan yang juga cukup membuat tanah di negara ini tergolong sebagai tanah yang subur. Berbagai tumbuhan yang tidak ada di eropa, tumbuh subur disini sayangnya, memang tidak semua wilayah Indonesia bisa merasakan nikmatnya hidup diatas tanah yang subur. Ada beberapa masyarakat indonesia yang hidup di wilayah dengan keadaan tanah yang tidak bagus atau bahkan jelek sama sekali atau tanah tandus. Tanah tandus berkapur di gunung kidul merupakan salah satu contoh kasus desertifikasi yang berada di indonesia. Daerah ini kekurangan air pada setiap musim kemarau setiap tahunnya. Air bersih yang berwana bening dan tidak berbau adalah sesuatu yang sangat istimewa dan berharga sama dengan seekor kambing untuk setiap tanki bermuatan 6.000 liter. Banyak pihak yang dirugikan jika tanah dalam keadaan tandus. Terutama dan yang paling terlihat kesusahan adalah para petani. Digunung kidul, salah satu kabupaten yang terletak di Selatan Yogyakarta terdapat berbagai jenis tanaman yaitu singkong, pohon jati, jagung, kacang tanah dan kacang mete. Bukannya penduduk tidak ingin menanam jenis tanaman palawija, tapi jenis tanah gunung kidul yang tandus dan berkapur membuat petani tidak mempunyai banyak pilihan. Dengan kata lain, mereka terpaksa menanam tanaman-tanaman tersebut karena hanya tanaman jenis itulah yang dapat tumbuh di daerahnya. Memikirkan jalan lain dan memutar otak adalah hal lain yang harus dilakukan oleh para petani gunung kidul salah satu cara yang dilakukan petani untuk sedikit menyuburkan tanah tandusnya adalah dengan menanam kacang tanah. Kacang tanah dari gunung kidul cukup baik.
  • 8. Selain kacang tanah, petani juga memanfaatkan kotoran ternak, sebagai pupuk kandang yang juga cukup bermanfaat bagi pembentukan unsur hara tanah. Pupuk kandang membantu para penati untuk sedikit untuk menyuburkan tanah dikampung mereka. 2. Kekeringan Dan Strategi Petani Sungguh malang nasib yang menimpa para petani sawah. Akibat musim kering 2007, dari Januari hingga bulan juli 268.518 hektar sawah mengalami kekeringan. Di Jawa Barat, hingga 31 Juli 2007, tercatat 17.331 hektar sawah terkena kekeringan dan 45.584 hektarterancam kekeringan. Konsekuensinya, ribuan hektar tanaman padi gagal dipanen petani. Banyak keluarga petani sawah kehilangan pendapatan dengan nilai kerugian mencapai juttaan rupiah per keluarga. Di Sukabumi Selatan, akibat kekeringan, banyak buruh petani sawah yang menganggur dan kehilangan sumber pendapatan mereka karena tidak punya pekerjaan lain di luar menjadi buruh tani (Kompas, 21/8/2007). Akibat bencana kekeringan, para petani sawah cendering makin tak berdaya menghadapinya. Hal tersebut antara lain disebabkan kian rusaknya ekosistem lokal dan telah pudar atau hilangnya berbagai strategi lokal dan kearifan ekologi petani sawah dalam mengelola lingkungannya. Pada masa silam, hingga akhir 1960-an, sebelum ada Revolusi Hijau, petani sawah di Jawa Barat mempunyai berbagai strategi dan kearifan ekologi dalam bercocok tanaman padi sawah. Misalnya,untuk menjamin keberhasilan bercocok tanam padi, para petani sawah pada setiap musimnnya senantiasa memilih macam-macam varietas padi lokal yang akan ditanam di lahan sawahnya. Dalam mengelola ekosistem sawah, untuk menghindari ancaman bahaya hama dan mengesifiensikan penggunaan air irigasi, mereka biasanya senantiasa menjaga kebersamaan untuk tanam dan panen padi. Untuk menjaga kebersamaan tersebut para petani biasanya mengembangkan berbagai strategi. Contohnya, petani memiliki lahan sawah di daerah pegunungan menanam padi lebih awal dibandingkan dengan mereka yang memiliki lahan sawah di daerah lembah.
  • 9. Kendati wakti tanam sedikit berbeda, waktu panennya dapat bersamaan. Mengingat daratan tinggi memiliki udara dingi dan pencahayaan matahari kurang, biasanya umur padi lebih lama dibandingkan padi yang tumbuh rendah. Berdasarkan umur padi aneka ragam varietas padi lokal secara umum dibedakan petani menjadi dua golongan utama, yaitu pare biasa dengan umur panen sekitar 5-6 bulan dan pare bunar yang memiliki umur panen kurang dari 5-6 bulan.biasanya para petani memilih menanam macam-macam varietas pare hawara untuk berbagai kepentingan. Misalnya, pare hawara tersebut diselip- selipkan di daerah yang kosong atau gagal ditanam padi. Jadi, kedati waktu tanam pare bunar terlambat, maka waktu panennya dapat bersamaan dengan varietas padi ditanam sebelumya. Masa tanam dan panen padi senantiasa diusahakan para petani sawah agar waktunya bersamaan. Sebab, menanam padi yang tidak guyub, lebih awal atau lebih lambat daripada petani umumnya, biasanya dianggap jelek oleh para petani karena rentan terhadap serangan hama. Selain itu, ketidak teraturan pola tanam padi kia sulit dalam pengaturan pemanfaatan air irigasi di usum halodo (musim kemarau). Sebab pada usum halodo pemberian air biasanya digilir dari sawah-sawah di daerah hulu hingga sawah di daerah hilir sungai. Pada masa silam, pengaturan air irigasi tersier di desa biasanya dilakukan oleh petugas ulu-ulu desa. Saat ini ada tendensi bahwa petani sawah kurang memiliki lagi informasi dan pengetahuan lokal yang mendalam tentang lingkungannya. Hal itu antara lain dikarenakan pada masa Revolusi Hijau mereka dipaksakan untuk bercocok tanam padi secara modern tanpa dilandasi kesesuaian dengan faktor-faktor ekologi lokal dan kesesuaian budaya setempat . Akibatnya, mereka mengadopsi tanaman padi baru, pare pendek, dengan penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida. Pola tanam padi pun menjadi tidak teratur. Pada suatu hamparan sawah dapat ditemukan lahan sawah yang baru dicangkul, ditanami padi, usai panen padi, dan lain-lain. Akibatnya, sering ledakan hama dan kekurangan air pada musim kemarau. Selain itu dalam menghadapi kekeringan, petani sawah cenderung kian tak berdaya. Sebab, dalam menanam padi, mereka sangat tergantung pada varietas pare pendek yang dihasilkan dari suatu laboraturium modern, yang dirancang
  • 10. khusus untuk ditanam di lahan sawah yang subur serta cukup air, pupuk kimia sintetis, dan pestisida. Padahal, kenyataannya kondisi ekologi sawah para petani sangat beraneka ragam. Maka usaha tani sawah makin dipengaruhi dan dibelenggu faktor-faktor eksternal. Sebagai contoh, mereka menjadi sangat tergantung pada pasokan benih padi, pupuk kimia sintetis, pestisida dan air irigasi yang semuanya di luar kendali petani sawah. Karea itu, tak mengherankan apabila kini terjasi kelangkaan pupuk dan pestisida hampir setiap musim tanam padi. Para petani sawah mengalami kesulitan air biasa, ditambah pula dengan seringnya terjadi becana kekeringan seperti tahun 2007. Hal tersebut membuat para petani sawah kian menderita. Sayangnya, bantuan konkret pemerintah terhadap para petani korban kekeringan tersebut tidak (belum) ada. Kini kesannya pemerintah malah lebih memperhatikan keselamatan nasib target produksi padi secara naional (makro) daripada mempedulikan nasib petanikorban kekeringan. Kekerigan menyebabkan kerugian jutaan rupiah bagi tiap keluarga korban tanpa ada kompensasi sedikitpun dari pemerintah. 3. Bencana merapi dan adaptasi warga Pada 26 Oktober 2010 sore Gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta meletus. Demi keselamatan, sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal di sekitar gunung diungsikan ketempat yang lebih aman. Gunung Merapi dikenal kerap meletus. Karena itu, tak mengherankan bila gunung tersebut dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di dunia. Letusannya kadang-kadang dahsyatnya dan adakalanya ringan. Berdasarkan sejarah ekologi/lingkungan, Gunung Merapitercatat meletus pertama kali pada 1006 dan mengubur Candi Borobudur. Lantas, sejak 1548 hingga 1968 tercatat rata-rata 7,5 tahun sekali terjadi letusan Merapi. Tahun 1672 letusannya menyebabkan 3.000 korban jiwa. Pada 1930 letusan Merapi menyebabkan 1.367 jiwa meninggal, 2.410 ternak mati, 13 desa musnah, serta29 desa rusak sebagian. Selain itu, pada 1954 letusan Merapi menyebabkan 64 orang meninggal dan 57 luka-luka. Kemudian, tahun 1961 letusannya menyebabkan 5 orang meninggal, 19 ternak mati, dan sekitar 109 rumah hancur. Sementara itu, korban
  • 11. jiwa akibat letusan Gunung Merapi, biasanya berbagai upaya dilakukan pemerintah, seperti program transmigrasi. Contohnya, pada 1961 tercatat 4.517 penduduk dari kawasan yang terkena bencana di transmigrasikan ke Sumatera. Lantas, pada bencaa letusan Merapi tahun 1994 pemerintah bermaksud pula memindahkan penduduk korban gunung api tersebut. Namun, mayoritas penduduk yang bermukim di lereng Merapi menolaknya. Pada umumnya hampir setiap letusan Gunung Merapi menimbulkan bahaya pada penduduk. Ketika gunung tersebut meletus, selain keluar magma, biasanya pula keluar awan panas yang oleh penduduk disebut wedhus gembel atau ampa-ampa. Wedhus gembel biasanya meluncur ke bawah lereng gunung dengan kecepatan 200-300 kilometer per jam dan temperature 200-300 derajat celsius. Awan panas itu lebih mengancam penduduk dibandingkan dengan muntahan lava yang mengalir lebih lambat. Jadi, penduduk yang bermukim di lereng Gunung Merapi umumnya menyatakan bahwa sesungguhnya hanya dua bahaya Merapi, yaitu awan panas serta campuran abu dan air (lahar dingin) yang mengalir ke bawah lereng dengan cepat serta merusak harta benda dan jiwa. Contohnya, tahun 1994 letusan Gunung Merapi mengeluarkan awan panas yang bergerak cepat sejauh 6 KM ke bawah, ke bagian selatan lereng Merapi, mengikuti palung Sungai Boyong dan 4 KM ke bawah tenggara lereng, mengikuti palung Sungai Krasak. Penduduk yang bermukim dipuluhan desa di selatan dan tenggara lereng melarikan diri ke bawah lembah gunung. Bencana tersebut menyebabkan 46 orang meninggal di lapangan ataupun sesudahnya serta 4.452 orang diungsikan ke pengungsian. Meskipun demikian, faktor penyebabnya, penduduk lekat secara budaya dengan Merapi dilandasi mistik. Akan tetapi, penduduk lokal juga telah menganalisis secara seksama resiko dan manfaat lingkungannya selain resiko yang akan dihadapi di kawasan transmigrasi. Mereka menyadari adanya peluang ditimpa bencana Merapi dengan berbagai konsekuensinya, termasuk korban jiwa dan harta. Namun, pada waktu yang sama, mereka juga telah memperoleh manfaat nyata, yaitu berbagai keuntungan sosial, ekonomi, dan budaya dalam mengelola dan adaptasi dengan lingkungan Merapi secara turun temurun.
  • 12. Berdasarkan sejarah ekologi, sebelum abad ke-20 hampir semua penduduk pegunungan Jawa, tak terkecuali penduduk lereng Gunung Merapi, bertani dengan sistem ladang berotasi (disebut ngahuma di Sunda). Mereka menggarap lahan hutan (wono) secara berpindah-pindah hutan. Hal ini dimaksud untuk mengistirahatkan/memberakan (followed) lahan bekas ladang usai panen padi gogo agar kesuburannya pulih tanpa memberikan pupuk anorganik. Mereka juga mengembalakan ternak secara bebas di desa. Namun, sejalan dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda, lereng Merapi tidak saja dilihat bahaya letusan,tetapi juga digunakan untuk kepentingan koservasi tanah dari bahaya erosi. Konsekuensinya, penduduk harus mengubah sistem pertanian ladang di kawasan hutan deengan sistem tegalan menetap. Dengan sistem pertanian baru tersebut, petani harus memelihara ternak sapi di kandang dan menyabit rumput alang-alang dari lingkungan sekitarnya. Ketika musim hujan, biasanya penduduk cukup menyabit rumput di lahan-lahan sekitar desanya. Namun, pada musim kemarau mereka harus maik ke lereng sisi Gunung Merapi yang subur karena kelembabannya. Untuk menyabit rumput, penduduk perlu kerja intensif. Sebab, untuk menuju tempat menyabit rumput, penduduk perlu berjalak kaki 60-90 menit. Sementara itu, untuk menyabit 55-60 kg rumput butuh waktu sekitar satu jam. Populsi ternak sapi telah menjadi komponen utama penduduk di lereng Merapi, utamanya sebagai penghasil susu dan laku dipasarkan. Adapun kotorannya sangat berguna untuk pupuk organik di lahan pertanian aatupun padang rumput. Jadi, dalam kondisi letusan berkala Gunung Merapi yang ringan, kehadiran wedhus gembel dapat menguntungkan penduduk. Karena wedhus gembel secara rutin membakar rumput alang-alang, ketika musim hujan tiba, rumput alang-alang tersebut akan tumbuh subur. Itu sangat penting bagi sumber pakan ternak. Sayangnya, kini adaptasi penduduk untuk harmonis dengan dinamika Merapi yang sering meletus makin sulit diupayakan. Letusan gunung secara dahsyat. Misalnya, kian sulit diprediksi. Sebab, kini berbagai indikator di alam, seperti migrasi binatang liar yang biasa turun dari hutan ke dusun-dusun menjelang Merapi, kian Langka ditemukan. Binatang itu telah punah atau langka di alam.
  • 13. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Desertifikasi adalah kondisi dimana tanah kering karena kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim dan ulah manusia. Penyebab dari desertifikasi adalah lahan yang kering dan perubahan iklim global dan perubahan pengubahan lahan. B. SARAN Untuk mengatasi desertifikasi agar tidak mengalami kekeringan maka perlu diadakannya reoboisasi, membuat tembok erosi, dan penyuburan tanah dengan cara menambah unsur hara dan pupuk dalam tanah. Serta disarankan untuk menanam tanaman yang dapat tumbuh di daerah tandus seperti singkong, kacang tanah, kacang mete, akasia, dan lain-lain.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Iskandar Johan.(2014). Manusia Dan Lingkungan Dengan Berbagai Perubahannya. Yogyakarta: Graha Ilmu Munir.H. Moch.(1996).Tanah-Tanah Utama Di Indonesia. Jakarta: PT Dunia pustaka jaya Sugito.J. (1993). Bertanam ubi-ubian. Jakarta: PT Penebar Swadaya