2. Dalam berbagai literatur ekonomi,
biasanya kita mengenal beberapa
instrumen pengukuran
kesejahteraan nasional seperti
pertumbuhan ekonomi (economic
growth), produk domestic bruto
(gross domestic product), serta
pendapatan per kapita (per capita
income).
3. Untuk melihat tingkat kesejahteraan
dari segi pertumbuhan ekonomi
secara umum indikator yang
digunakan adalah Produk
DomestikRegional Bruto (PDRB).
Seiring perkembangannya, munculah
konsep kesejahteraan bangsa
(nations welfare) yang tidak selalu
mengukur segalanya dengan
finansial
4. Salah satu indikator kesejahteraan yang
mengukur capaian berdasarkan standar
yang tidak sama untuk masing-masing
individu adalah indeks kebahagiaan.
Indeks kebahagiaan yaitu tingkat
kebahagiaan atau kepuasan hidup
penduduk.
5. Terdapat empat dasar dalam Indeks
Kebahagiaan, yakni :
1. Tata kelola pemerintah yang baik
2. Pembangunan sosial ekonomi yang
berkesinambungan,
3. Ketahanan dan perlindungan budaya,,
4. Ketahanan dan pemeliharaan lingkungan.
Kemudian dari empat dasar tersebut
diturunkan kembali menjadi 33 poin yang
menjadi indikator dalam Gross National
Hapiness Index (GNH).
7. Hubungan Indeks Persepsi Korupsi, PDRB
perkapita dan belanja pemerintah
terhadapindeks kebahagiaan dari waktu ke
waktu memiliki perbedaan di setiap daerah
di Indonesia.
Theresia Puji Rahayu (2016) dalam
Determinan Kebahagiaan Di Indonesia
memberikan temuan empiris bahwa
determinan kebahagian di Indonesia adalah
pendapatan, pendidikan, kesehatan dan
modal sosial. Ia juga memberikan indikasi
bahwa di Indonesia tidak terdapat Easterlin
paradox.
8. Efektivitas program antikorupsi adalah
penilaian terhadap seberapa tingkat
keberhasilan upaya pencegahan dan
penegakan hukum terhadap penurunan risiko
korupsi. Namun, program anti korupsi yang
disinyalir mampu meningkatkan Indeks
Persepsi Korupsi di Indonesia belum
dipastikan mampu juga meningkatkan skor
indeks kebahagiaan di Indonesia
9. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama
beberapa tahun ini berkisar pada angka 5
persen. Angka ini termasuk tinggi untuk
ukuran negara di Asia dan Pasifik. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akan meningkatkan juga
indeks pembangunan manusia. Namun,
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
diikuti dengan peningkatan skor indeks
pembangunan manusia itu belum
merefleksikan pembangunan yang mampu
membahagiakan rakyat
10. Studi kebahagiaan di Indonesia masih
memiliki potensi untuk diteliti. Riset
terdahulu sudah dilakukan oleh Landiyanto et
al. (2011) dan Sohn (2010). Penelitian ini
menekankan pada pentingnya faktor material
(pendapatan) dan non material bagi
kebahagiaan di Indonesia, tetapi lebih lanjut
saya ingin menganalisis indeks kebahagiaan
khususnya dari pengaruh varabel belanja
pemerintah daerah.
11. Apakah indeks persepsi korupsi berpengaruh
langsung terhadap indeks pembangunan manusia
pada 33 provinsi di Indonesia?
Apakah indeks persepsi korupsi berpengaruh
langsung terhadap indeks kebahagiaan pada 33
provinsi di Indonesia?
Apakah belanja pemerintah daerah berpengaruh
langsung terhadap indeks pembangunan manusia
pada 33 provinsi di Indonesia?
Apakah belanja pemerintah daerah berpengaruh
langsung terhadap indeks kebahagiaan pada 33
provinsi di Indonesia?
12. Apakah indeks pembangunan manusia
berpengaruh langsung terhadap indeks
kebahagiaan pada 33 provinsi di Indonesia?
Apakah indeks persepsi korupsi, belanja
pemerintah daerah dan indeks pembangunan
manusia secara bersama-sama berpengaruh
terhadap indeks kebahagiaan pada 33 provinsi di
Indonesia?
Bagaimana pengaruh indeks persepsi korupsi
terhadap indeks kebahagiaan melalui indeks
pembangunan manusia?
Bagaimana pengaruh belanja pemerintah daerah
terhadap indeks kebahagiaan melalui indeks
pembangunan manusia?
13. Easterlin (1974) yang didukung pula oleh
Stevenson, dan Wolfers (2008) menemukan
adanya paradox of happiness atau income
paradox yang dikenal dengan Easterlin
Paradox, yaitupeningkatan pendapatan tidak
mampu meningkatkan kesejahteraan atau
kebahagiaanseseorang.Clark et al. (2008)
juga menemukan hal yang sama di Amerika
Serikat
Prasetyo (2015) dalam penelitiannya
menyatakan semakin tinggi pendapatan
perkapita dapat diartikan semakin tinggi
tingkat kesejahteraan masyarakat
14. Theresia Puji Rahayu (2016) dengan
menggunakan data antar ruang/silang tempat
dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) wave 4,
2007 yang mengambil 17,650 pengamatan yang
diestimasi menggunakan model Oprobit
menunjukkan bahwa kebahagiaan di Indonesia
secara positif dipengaruhi oleh pendapatan,
tingkat pendidikan, status kesehatan yang
dirasakan dan modal sosial.
Menurut Merang Kahang, Muhammad Saleh,
Rachmad Budi Suharto (2016), belanja
pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap
Indeks Pembangunan Manusia.
15. Gross National Happiness (GNH) Index atau
Indeks Kebahagiaan adalah suatu ukuran
multidimensi yang mengukur dampak
pembangunan secara holistik terhadap
kesejahteraan masyarakat khususnya tingkat
kebahagiaan
18. Hubungan Indeks Persepsi Korupsi, Indeks
Pembangunan Manusia dan Belanja
Pemerintah Daerahterhadap Indeks
Kebahagiaan
Dalam penelitian ini dipandang variable
Indeks Persepsi Korupsi, Indeks Pembangunan
Manusia dan Belanja Pemerintah Daerah
mempengaruhi indeks kebahagiaan
20. Keterangan :
IPK adalah Indeks Persepsi Korupsi
BPD adalah Belanja Pemerintah Daerah
IPM adalah Indeks Pembangunan Manusia
IK adalah Indeks Kebahagiaan
H1 : IPK berpengaruh terhadap IPM
H2 : IPK berpengaruh terhadap IK
H3 : BPD berpengaruh terhadap IPM
H4 : BPD berpengaruh terhadap IK
H5 : IPM berpengaruh terhadap IK
21. 1. Indeks persepsi korupsi berpengaruh
langsung terhadap indeks pembangunan
manusia pada 33 provinsi di Indonesia
2. Indeks persepsi korupsi berpengaruh
langsung terhadap indeks kebahagiaan pada
33 provinsi di Indonesia
3. Belanja pemerintah daerah berpengaruh
langsung terhadap indeks pembangunan
manusia pada 33 provinsi di Indonesia
22. 4. Belanja pemerintah daerah berpengaruh
langsung terhadap indeks kebahagiaan pada
33 provinsi di Indonesia
5. Indeks pembangunan manusia berpengaruh
langsung terhadap indeks kebahagiaan pada
33 provinsi di Indonesia
6. Indeks persepsi korupsi, belanja
pemerintah daerah dan indeks
pembangunan manusia secara bersama-
sama berpengaruh terhadap indeks
kebahagiaan pada 33 provinsi di Indonesia
23. Untuk mendukung analisis kuantitatif
digunakan pendekatan Path Analysis (Analisis
Jalur) dengan menggunakan metode
pengolahan data panel.
Penelitian ini dilakukan terhadap 33 propinsi
di Indonesia dalam 3 (tiga) tahun. Penelitian
dilakukan menggunakan data skunder yang
diperoleh dari berbagai sumber daring
seperti Bank Indonesia, BPS, Bank Dunia dan
lain-lain
24. Variabel Endogen :
Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks
Kebahagiaan
Variabel Eksogen :
Indeks Persepsi Korupsi dan Belanja
Pemerintah Daerah
25. Persamaan jalur pertama untuk Indeks
Pembangunan Manusia
Persamaan jalur ke dua untuk Indeks
Kebahagiaan
Y1 = p1Y1X1 + p2Y1X2 + 竜1
Y2 = p1Y2X1 + p2Y2X2 + p2Y2Y1 + 竜2
26. Keterangan :
Y1 adalahIndeks Pembangunan Manusia
Y2 adalah Indeks Kebahagiaan
X1 adalah Indeks Persepsi Korupsi
X2 adalah Belanja Pemerintah Daerah
竜 adalah error term
27. Amalia, N., & Nurpita, A. (2017). Analisis
Indeks Kebahagiaan Masyarakat di 33 Provinsi
di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol
14 No 3.
Aryogi, I., & Wulansari, D. (2016). Subjective
Well-being Individu dalam Rumah Tangga di
Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan .
Bariyah, N. (2015). Analisis Indikator
Fundamental Ekonomi Daerah di Kaliamantan
Barat: Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Perkapita, dan HDI. Jurnal Ekonomi Bisnis
dan Kewirausahaan, 91.
28. BPS. (2015). Indeks Kebahagiaan Indonesia
Tahun 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPS. (2017). Indeks Kebahagiaan Indonesia
Tahun 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Prihatini, T. (2018). The Happiness And
Human Development: Uniqueness Of
Indonesia Paper. Int. J. Adv. Res. 6 (6), 810-
818.
Rahardja, P., & Manurung, M. (2008: 242).
Pengatar Ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi &
Makro Ekonomi). Jakarta: LP FE-UI.
29. Rahayu, P. T. (2016). Determinan Kebahagiaan di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 163.
Rozana, H. (2006; 2). Education and Household
Welfare in Sri Lanka from 1985 to 2006.
Washington, DC. U.S.A : University of Oxford.
Sacks, D. W., Stevenson, B., & Wolfers, J.
(2010). Subjective well-being, income,
economic. CESifo Working Paper No. 3206.
Samuelson, P., & Nordhaus, W. (1995).
Ekonomics, International Edition, Fifteen
Edition. New York: Mc Graw Hill.
DAFTAR PUSTAKA