1.
Di Batas Senja
Oleh : Rizka Pratiwi
Ibu pertiwi telah menunjukkan kegelapan. Pertanda senja segera berganti malam.
Dewi malam pun mulai tersenyum indah dengan gemilau cahayanya yang siap untuk setia
menemani gelapnya malam. Aku hanya terdiam dan menatap jauh menembus kaca mobil,
menikmati perjalanan dari Kota kembang, Batu menuju kota dimana sekarang aku tinggal.
Ya, Pasuruan. Mobil melaju dengan tenang. Tiba tiba handphone Papa berdering
menandakan panggilan masuk. Seketika lamunanku pecah. Tak diketahui siapa penelepon itu
karena hanya nomor telepon tanpa nama yang muncul. Tanpa pikir panjang, diangkatlah
panggilannya.
Assalamualaikum, Sepatah kata terlontar dari mulut Papa.
Waalaikumsalam, Papa?, jawab si penelepon
Maaf, ini siapa?, tanya Papa.
Ini Rista, Pa, jawabnya.
Oh, Rista. Ada apa, nak?, nada Papa halus.
Rista mau ngomong sama Papa. Kalo Papa masih ada di jalan, ya udah nanti aja.
Kalo Papa udah nyampek di Pasuruan, SMS Rista ya? Ntar biar Rista yang telpon
Papa, jawab kakak.
Iya udah, nak. Papa lanjut perjalanan dulu ya. Assalamualaikum
Waalaikumsalam, sahut Kakak.
***
Kak Rista adalah kakak kandung kedua aku dari empat bersaudara. Sedangkan aku
anak keempat dari empat bersaudara didalam keluargaku. Ketika Kak Rista baru lahir, ia
diberikan kepada Budhe karena rasa kasihan Mama kepada Budhe yang bertahun tahun
telah menikah tetapi belum juga dikaruniai anak karena memiliki kelainan pada rahimnya.
Karena sejak kecil Kak Rista disalah asuh oleh Budhe, yang semestinya Kak Rista memiliki
sifat yang lembut seperti Mama, sekarang tidak lagi seperti itu. Ia sangat kasar. Kasarnya Dia
bukan asli dari sifatnya, melainkan karena salah asuh tadi. Sempat Dia tidak mau mengakui
kalo orang tua kandungnya itu Mama dan Papa. Malah sempat mempunyai niat untuk
membunuh Papa dengan cara menjebak Papa yang katanya kak Rista ingin menemui Papa
tetapi tanpa didampingi siapapun. Sedangkan waktu itu, Kak Rista memiliki bodyguard yang
bertubuh kekar dan berwajah jahaaaat banget. Hiiihh sereeeeem.
Dari raut wajahnya, Kak Rista memiliki raut wajah yang sangat sangat saaangat mirip
dengan Mama. Apalagi kalo Kak Rista senyum, oooohaaayyy mirip bangeeet. Hehehe..
Samapi sampai Papa bilang kalo Kak Rista itu Mama junior.
***
2. Tak terasa hari semakin gelap gulita. Aku telah tiba di Kota Pasuruan. Lelah saat itu
yang kurasakan. Tak peduli apa yang diperintahkan Mama. Mama pun hanya menggelengkan
kepala ketika beliau memerintah ku untuk mandi. Itulah kesabaran Mama. Setelah aku
membersihkan diri dan melepas lelah, aku mendengar perbincangan Mama dan Papa diruang
keluarga yang sedang menunggu telepon balik dari Kakak. Beliau berdua sangat bersyukur
Kak Rista mau menghubungi Mama dan Papa lagi.
Kriiiiing. Kriiiiiing., nada handphone Papa berbunyi.
Diambillah hp Papa dari atas meja komputer. Kuintip handphone Papa. Nomor
telepon yang sama dengan sebelumnya yang terlihat. Yap! Kak Rista.
Papa, loudspeaker dong. Aku juga mau tau. Hehehe, Celetukku.
Husssh!!! Gak baik pingin tau urusan orang tua. Sana tidur!, kata Mama.
Lhoo, emoh!, jawabku dengan cemberut dan Mama pun mencium pipiku dengan
penuh kelembutan. Terasa nyaman yang kurasakan. Aku pun kembali tersenyum sambil tidur
di samping Mama.
Tanpa menghiraukan perdebatan aku dengan Mama, Papa langung menerima telepon
dari Kak Rista.
Assalamualaikum, Papa mengawalinya.
Waalaikumsalam, jawab kakak.
Iya, Rista mau bilang apa, nak? Tanya Papa dengan penuh kasih sayang.
Rista minta Doanya, Pa. Minta tolong samapikan ke Mama juga kalo Rista minta
doanya, pintanya.
Doa untuk apa, nak? Rista, kamu itu anaknya Papa sama Mama juga. Papa sama
Papa yang disini, ini orang tua kandungnya Rista. Tanpa meminta pun, tiap hari kalo
sholat, Papa sama mama selalu berdoa minta yang terbaik buat anak anaknya Papa
sama Mama. Rista ngerti, nak?, jawab Papa dengan penuh keheranan.
Bukan itu maksudnya Rista. Rista mau nikah lagi. Rista udah dapet calon suami.
Rista mau nikah tapi wali nikahnya pake wali hakim, Pa. Rista minta doanya biar
lancar administrasinya, jelasnya.
Lho, kenapa pake wali hakim? Administrasi apa? Kamu nyuap wali hakim? Papa
benar- benar gak paham apa maksud kamu, nak. Lagian disini masih ada Papa yang
wajib menjadi wali ketika kamu nikah, jawab Papa dengan penuh pertanyaan dan
rasa penasaran.
Iya, Rista mau nikah pake wali hakim. Rista gak mau memperumit masalah lagi,
kata Kakak dengan memelas.
Sejenak Papa mengerutkan kening. Tak luput aku dengan Mama pun begitu. Sedih
bercampur bingung mungkin yang Mama rasakan saat itu. Mendengar Kakak mau nikah
dengan wali hakim yang pertanda Kakak benar benar tidak mengakui keberadaan orang tua
kandungnya.
Gini ya, nak. Disini masih ada orangtua kamu, orang tua kandung lagi yang wajib
jadi wali nikah kamu. Tapi kenapa kamumau pake wali hakim? Pake wali hakim
boleh, tetapi dengan syarat orang tua benar benar gak ada atau meninggal.
Sedangkan kalo masih ada, sama aja nikahmu gak sah nak. Kamu sama saja zina. Dan
itu dosa besar, Papa mencoba memberi saran dan menasehati.
3. Tetapi apa daya orang tua jika Kak Rista tetap memaksa untuk dinikahi wali hakim.
Walaupun Papa sudah memberikan rambu rambu kepadanya. Hingga akhirnya Papa
menuruti apa yang diinginkan Kakak yang sangat keras kepala waktu itu. KArena Papa tidak
lagi menginginkan perselisihan di pernikahan Kakak.
Nggak bisa, Pa. Rista tetep mau nikah pake wali hakim. Rista sudah registrasi, sudah
ngurusin smuanya, tolak saran Papa.
Kalo kamu tetep mau nikah pake wali hakim, terserah! Papa udah ngasih saran, udah
ngasih tau, terserah kamu. Kamu sudah besar tentunya kamu bisa memilih mana yang
salah dan mana yang benar. Ingat, kasihani keturunan kamu, nak. Pikirkan itu semua
baik baik, tambahnya.
Iya, Pa. Makasih. Sudah dulu ya, Pa. Rista sudah ngantuk. Assalamualaikum, kata
kakak menyudahi pembicaraan.
Waalaikumsalam. Iya, nak. Baik baik disana ya, nak, jawab Papa.
Begitulah perbincangan Kakak dengan Papa pada malam itu. Sekejap suasana
ruangan hening. Perlahan aku memejamkan mata. Tapi aku dalam keadaan masih sadar,
belum tidur. Perbincangan Mama dan Papa kudengarkan sambil memejamkan mata. Karna
aku tak ingin dikatakan mau tau urusan orang tua. Tak lama berbincang bincang, tangis
mama mulai memecah. Tak sanggup aku mendengarnya, aku pun bergegas pindah ke kamar
sempat aku menitikkan air mata sebelum aku terlelap tidur. Ketika aku terlelap tisur, aku tak
tau menau lagi apa yang menjadi perbincangan Mama dan Papa. Hanya Tuhan, dewi malam,
dan bintang bintang kecil yang mendengarnya, menjadi saksi perbincangan Mama dan
Papa. Pertentangan yang menurutku saaaangat besar sedang terjadi antara Mama Papa versus
Kakak.
***
Tak terasa lambat laun masalah itu terlupakan. Keluargaku juga menjalani aktifitas
sehari hari seperti biasanya. Hanya berita dari mulut ke mulut yang Mama peroleh. Kakak
pertama ku yang bernama Kak Ita mengatakan kalu Kak Rista sudah menikah dan benar
benar dinikahi oleh wali hakim. Berita itu diperolehnya ketika Kakak men-stalker facebook
Kak Rista yang didalam album fotonya terdapat foto prewedding. Kak Ita juga mendapat
kabar dari mantan suami Kak Rista yang pertama yaitu Kak Adi, katanya Kak Rista sudah
hamil. Entah berapa bulan Kak Adi tidak begitu memahami. Mendengar berita itu semua,
Mama dan Papa hanya bisa berdoa supaya diberi kesadaran dan diberi kebaikan untuk jalan
hidupnya.
***
Mendung mennyelimuti semua aktifitas ku dirumah. Sabtu, 16 November 2013. Sore
itu, aku tak mengerti entah kenapa hari itu aku sangat merasa bahagia. Hingga aku bingung
kenapa aku bias bahagia seperti ini? Aku tak lagi menghiraukan kenapa aku bias sebahagia
ini. Seperti biasa, setiap sore aku membersihkan rumah. Mama dan Papa menikmati mendung
dengan bersantai didalam kamar.
Kudengar suara motor parker didepan rumah. Kuintip dari jendela ruang keluarga
siapa yang datang. Ooohh no!! Kak Rista datang??? Kesambet apa ya tiba tiba dating
4. setelah tidak mengakui keberadaan orang tua kandungnya. Kak Rista dating bersama satu
orang cowok yang ternyata itu suaminya. Kudatangi dia ke teras rumah.
Assalamualaikum, ucap Kak Rista dengan senyum lepas.
kujawab Waalaikumsalam, Mbak, Aku pun membalas senyuman manis itu dan
bersalaman dengannya.
Tak lupa aku bersalaman juga dengan suaminya. Kuliha perut Kak Rista yang
membesar dan tampaknya sedang hamil.
Mama sama Papa ada, dik?, tanya Kak Rista.
Ada itu di kamar. Ini siapa Mbak?, aku kembali bertanya dan melirik ke cowok
yang mendampingi Kak Rista.
Ini? Suaminya Mbak Rista. Kenapa?, jawabnya.
Oh gak ada apa-apa. Cuma nanya. Bentar ya aku panggil Mama sama Papa. MAsuk
kedalam kak, jawabku.
Iya, dik, sahutnya
Aku segera menuju ke kamar Mama dan Papa dan aku mengatakan kalau Kak Rista
datang. Deg!! Terasa kaget beliau berdua. Serasa tidak mempunyai energy untuk menemui
Kak Rista. Mama dan Papa curiga, ada apa lagi ini? Setelah dia idak mengakui orang tua
kandung, dia datang kemari. Rencana apa lagi yang dia miliki.
Aku segera kembali menuju ruang tamu.
Mas suaminya Mbak Rista? Siapa namanya?, kucoba memulai perbincangan
Iya, dik. Mas Rico, jawab Kak Rico sambil tersenyum.
Oooohh, emangnya dari situbondo jam berapa?, aku bertanya.
Tadi pagi.Ini dari rumahnya Om yaudah mampir kesini Mana Mama sama Papa kok
lama?,Tanya Kak Rista.
Masih ganti baju. Sabar lah, jawabku.
Tak lama kemudian Papa menghampiri Kak Rista dan Kak Rico. Aku segera
membalikkan badan untuk segera ke dapur. Wedang teh telah kubuat. Kusuguhkan 3 gelas
wedang teh untuk Papa, Kak rista dan Kak Rico. Aku kembali ke ruang keluarga dan
mencari remote TV. Acara TV sore itu kebetulan gak ada yang aku suka. Akhirnya toples
kue kubuka, dan mulailah mulutku berolahraga. Kudengar suasana ruang tamu hening,
senyap. Aku tak menghiraukan apa perbincangan diantara ketiganya. Mama, beliau keluar
kamar dana menanyakan dimana Papa kepadaku. Di ruang tamu jawabku. Mama pun menuju
ruang tamu. Kuintip Mama bergegas memeluk Kak Rista. Kak Rista pun membalas peluk
Mama dengan erat. Tangis Mama dan Kak Rista memecahkan keheningan sore itu. Tak dapat
dibendung lagi. Betapa rindunya Mama kepada Kak Rista.
Perbincangan pun dimulai. Papa dengan Kak Rico, Mama dengan Kak Rista. Setelah
beberapa lama berbincang bincang kutemukan inti dari kedatangan Kak Rista dengan Kak
Rico. Yap! Mereka berdua ingin dinikahkan kembali dengan wali nikahnya Papa. Hari ini
aku sangat bersyukur dengan kedatangan mereka. Dengar dengar sebelumnya Kak Rico
marah Karena Kak Rista gak mau lagi menemui Mama dan Papa. Kak Rico bilang, ia akan
menceraikan Kak Rista kalau Kak Rista gak mau dinikah ulang dan gak mau menemui Mama
dan Papa. Kak Rico sungguh hebat! Bisa mengubah sifat Kak Rista yang awalnya sangat
keras karena salah asuh menjadi lembut kembali. Papa bergegas mencari penghulu yang
rumahnya tak jauh dari rumah. Ternyata pak penghulu masih ada acara menyambut
5. kedatangan orang haji yang masih sekampung dengan rumahku. Rasa cemas terlontar dari
benak Kak Rista, Kak Rico dan Mama. Mereka takut jikalau nanti Pak penghulu tidak bisa
mendatangi pernikahan yang mendadak ini. Senjapun datang kembali ingin menyaksikan
pernikahan Kak Rista dengan Kak Rico.Ketika
Tak lama kenudian Papa datang bersama Pak penghulu. Senang rasanya beliau bisa
datang kerumah.Kembali aku bergegas ke dapur untuk mebuat wedang karena disuruh mama.
Kusuguhkan wedang tersebut ke Pak penghulu. Tetanga depan rumah dan Kakak cowokku
yang bernama Kak Yudha menjadi saksi pernikahan di senja itu. Dimulailah pernikahan
tersebut. Sungguh indah Qobil Thu yang diucapkan Kak Rico di senja itu. Rasa syukur yang
tak ternilai. Mama dan Papa tersenyum bahagia melihat anaknya bahagia. Mama tidak dapat
lagi membendung air matanya karena rasa haru keluar dari benak Mama. Mama kembali
memeluk Kak Rista dengan penuh kasih sayang. Belaian lembut dari tangan Mama mengusap
kepala Kak Rista. Begitu terlihat nyaman Kak Rista berada dalam pelukan Mama. Papa
hanya tersenyum manis melihat Mama dan Kakak berpelukan.
Rista, Rico kalo mau kesini gak usah segan segan. Disini ini rumahnya Rista sama
Rico juga. Papa sama Mama seneng kalo kamu akur gini sama keluarga di Pasuruan,
kata Papa.
Iya, Pa. Rico sama Rista juga senang bisa ketemu sama Mama dan Papa. Selama ini
kita takut dengan Mama di Situbondo. Takut ada pertentangan yang lebih besar lagi.
Kalo sekarang kan Rista sama Rico udah jauh sama Mama di Situbondo, jadi Rista
sama Rico berani main kesini, jawab Kak Rico.
Tidak ada rencana apapun ketika senja itu. Pernikahanitu pun sangat mendadak.
Walaupun begitu, senang rasanya mereka bisa menikah sah dan tidak lagi dikatakan zina.
Senja telah berganti malam. Kak Rista dan Kak Rico bergegas pamit untuk kembali
ke rumah Om. Kebahagiaan menyelimuti keluarga Papa di senja yang sejuk. Inilah cerita
senja yang sangat membuat aku tetap bersyukur karena aku dilahirkan didalam keluarga yang
seperti ini. Meskipun sering terjadi ketidaksamaan pendapat, kita tetap saling melengkapi.
***
Sungguh mulia rencana Allah. Tidak ada yang mengetahui apa rencana indah Allah
yang akan diberikan dibalik pertentangan hidup. Jangan pernah menyerah. Karena manusia
diciptakan untuk berusaha dan berdoa untuk mengubah takdirNya. NIkmati hidup,
manfaatkan suka dan duka, karena hidup tidak perlu sempurna, yang perlu adalah hidup
untuk menjadi lebih baik di dunia maupun di akhirat. Semangat!! ^_^