Prosthodontic journal review, reviewed by Nabilah Kusuma Warhdhani. Presented in Faculty of Dentistry, Brawijaya University
1 of 29
More Related Content
Digital Workflow for Implant Rehabilitation with Double Full-Arch Monolithic Zirconia Prostheses
7. Seorang pria edentulous 68
tahun kondisi gigi geligi
hopeless ingin melakukan
konsultasi implan
Pasien memiliki tampilan gingiva yang berlebihan ketika
tersenyum. Pemeriksaan klinis dan radiografi
menunjukkan resotrasi yang rusak dengan karies
rekuren dan gigi kompromis periodontal dengan
anterior splaying. Rongga mulut pasien memiliki
dukungan yang terbatas di posterior dan dimensi
vertikal oklusi yang kolaps.
Pasien memiliki pola skeletal kelas II Angle. Pasien memilih
perawatan rehabilitasi implan pada seluruh rongga mulutnya.
9. Gambar 1. Perencanaan digital dengan teknik pemindaian
CBCT ganda. 6 Implan direncanakan sesuai dengan
prenencanaan prostesis.
Penanda fidusia/fiducial markers dikaitkan di gigi tiruan immediate dan dilakukan pemindaian CBCT
menggunakan gigi tiruan untuk templat radiografi.
Pemindaian CBCT kedua dilakukan.
Berkas DICOM dibuat dari pemindaian CBCT ganda diimport agar tersedia secara komersial di perangkat
lunak dan perencanaan implan digital dilakukan
Gambar 2. Templat stereolitografi yang ditempatkan di
maksila dengan pin penjangkaran. Panduan bedah
dilakukan berdasarkan templat stereolitografi.
10. Setelah menerima templat stereolitographi, 6 implan ditempatkan di maksila dan 6 implan di mandibular.
Protokol pemasangan immediate diikuti dan 8 minggu kemudian dikonfirmasi osseointegration sukses.
Pada kunjungan yang sama, multi-unit abutment di torqued di implan dan abutment sementara
ditanamkan.
Gigi tiruan dilubangi untuk mengakomodasi abutment sementara dan resin akrilik
polymethylmethacrylate (PMMA) diinjeksikan untuk mengangkat abutment sementara (teknik conversi
gigi tiruan) dan
Mengkonversi gigi tiruan menjadi prostesis provisional fix screw-retained (screw-retained fixed
provisional prostheses)
11. Seorang pria 64 tahun dengan
kondisi hopeless melakukan
konsultasi implan. Pasien ingin
dilakukan restorasi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan
estetik
Terdapat fraktur multiple dan karies disertai restorasi
yang defektif. Pasien memilihi hubungan skeletak Angle
Kelas II dengan tampilan gingiva yang berlebih ketika
tersenyum. Pasien memiliki dukungan posterior yang
buruk dan dimensi vertical oklusi yang kolaps berat.
Pasien tidak bahagia dengan kondisi rongga mulutnya
dan termotivasi ingin melanjutkan perawatan.
pasien memutuskan untuk dirawat dengan rehabilitasi implant pada seluruh rongga mulutnya.
Pemasangan gigi tiruan lengkap immediate dilakukan setelah ekstraksi dan alveoloplasti maksila dilakukan.
Setelah masa penyembuhan/healing selama 2 bulan, perencanaan perawatan digital dimulai.
13. Gambar 4. Tampak depan dari prostesis lengkung
konversi ganda, 2 bulan setelah panduan implan
ditanamkan.
14. • Selama 4-6 bulan, prostesis provisional tetap ditinjau ulang terkait dengan fungsi, fonetik, estetik dan DVO
(Dimensi Vertikal Oklusi).
• Sebagai tambahan, kemampuan kedua pasien untuk membersihkan prostesis juga ditinjau.
• Alur kerja digital untuk prosedur prostodontik diimplementasikan melalui 4 kali tatap muka dengan kedua
pasien.
15. • Pencetakan intraoral secara digital pada full-arch multi-unit abutment dilakukan dengan sistem IOS (intra
oral scanner) dan teknik pemindaian digital ganda (double digital scanning).
• Pemindaian digital pertama (Berkas STL 1) dengan prostesis provisional fix dibuat (Gambar 5, kiri).
• Selanjutnya, prostesis sementara dihapus dan pemindaian digital kedua (STL 2) dibuat setelah pemindaian
badan dikencangkan dengan tangan kepada multi-unit abutment (Gambar 6, kanan).
16. • Berkas STL yang dibuat dari kedua pemindaian intraoral (Berkas STL 1 dan 2) dari implan dan prostesis
provisional di impor ke CAD software dan dibuat superimpose pada master berkas STL untuk desain
prostesis prototipe.
17. • Maxillomandibular interocclusal records dibuat melalui prostesis provisional dan model kerja
diartikulasikan menggunakan artikulator semi-adjustable. Verifikasi keakuratan model kerja
dilakukan dengan menepatkan prostesis provisional fix di model kerja.
• Di laboratorium, semua berkas STL dari pemindaian digital intraoral dan ekstraoral diimpor ke
sebuah software yang bisa menunjukkan superimposisi dan untuk pemeriksaan keakuratan ïƒ
Software CAD
• Selanjutnya, di software CAD dilakukan proses desain protesa prototipe melalui alur kerja
digital yang lengkap.
• Setelah desain CAD, prototipe prosthesis di milling dari prefabricated multi layered
polymethylmethacrylate (PMMA) dental disks.
18. • Prostesis prototipe polymethylmethacrylate (PMMA) dimasukkan dan disesuaikan setelah
dilakukan pemeriksaan fungsi, estetik dan fonetik.
• Dilakukan pemindaian ulang secara digital di laboratorium dan berkas STL di transfer kembali
ke software CAD untuk proses lebih lanjut.
• Pemotongan virtual dilakukan dengan software CAD hanya di daerah anterior rahang atas dari
gigi kaninus kanan ke gigi kaninus kiri dan di bagian gingiva untuk memungkinkan veneer
porselen wajah minimal. Tidak ada pemotongan virtual pada prostesis mandibula.
19. • Prostesis definitif di-milling dari zirkonia monoblok dengan flexural strenght tinggi 1.100 MPa
dan disinter setelah pewarnaan.
• Setelah sandblasting permukaan internal prostesis zirkonia monolitik, kemudian dibilas dan
dikeringkan. Permukaan zirkonia dan sisipan titanium juga ditambahkan dengan fosfat
dihidrogen 10-metakrilloloydidil (MDP) –mengandung campuran bonding/silane coupling agent
selama 60 detik.
• Sementasi itu dilakukan dengan semen resin self-adhesive di masing-masing model akhir
untuk kontrol kualitas.
20. • Prostesis zirkonia monolitik screw-retained dimasukkan. Akurasi fit klinis dan radiografi
dikonfirmasi dengan uji ketahanan sekrup dan dengan radiografi periapikal.
• Articulating paper dan shimstock digunakan untuk mengidentifikasi kontak oklusal, dan bur fine
diamond merah digunakan untuk penyesuaian oklusal.
• Prostesis zirkonia dikirim dengan memutar sekrup prostetik multi-unit menjadi 15Ncm
(Gambar 9 dan 10).
• Pita teflon dan resin komposit digunakan untuk menutup saluran akses sekrup. Occlusal
appliance diberikan untuk kedua pasien disertai instruksi cara membersihkan bagian bawah
prostesis.
• Kedua pasien menyatakan kepuasan mereka terhadap perawatan ini.
21. Gambar 9. Tampak depan dari prostesa definitive
zirconia saat ditempatkan.
Gambar 10. Radiografi panoramik dari prostesa
definitive zirkonia
22. Untuk pasien 1, rehabilitasi
implan double-arch dilakukan
dalam 4 pertemuan. Tidak ada
komplikasi prostetik yang
ditemukan setelah penyisipan
prostesis zirkonia dan setelah
pengamatan 2 tahun
Rehabilitasi implan double-arch
dilakukan dalam 4 pertemuan.
Tidak ada komplikasi teknis atau
mekanik yang ditemukan selama
periode observasi 2 tahun. Resesi
jaringan lunak minor dicatat di
beberapa daerah tetapi tanpa
mempengaruhi kepuasan pasien,
yang konsisten dengan temuan
literatur yang dilaporkan.
Kedua pasien terdaftar dalam
program perawatan follow-up dan
datang pada interval 6 bulan.
Kedua pasien menyatakan
kepuasan mereka dalam hal fungsi
dan estetika dengan prostesis
mereka.
23. • Prostesis zirkonia monolitik menerima pemotongan bagian fasial minor dari 6 gigi
rahang atas anterior untuk meningkatkan hasil estetik.
• Pada prostesis mandibula, tidak ada pemotongan yang dilakukan.
• Dua pasien dengan total 4 lengkung edentulous dirawat dengan pendekatan ini dan
diamati untuk periode 2 tahun.
• Satu-satunya komplikasi yang dilaporkan adalah suara clicking yang diamati pada
satu pasien. Itu terbukti pada bulan-bulan pertama adaptasi setelah insersi prostesis
definitif tetapi hal in imembaik seiring waktu.
• Tidak ada veneer porselen yang retak.
24. • Satu-satunya komplikasi jaringan lunak yang diamati adalah resesi jaringan lunak
peri-implan yang terlokalisasi beberapa multi-unit.
• Daerah resesi tidak terlihat dan tidak mempengaruhi kepuasan pasien.
• Efek biomekanik dengan rehabilitasi implan full-arch ganda belum sepenuhnya
diselidiki. Efek ini termasuk komplikasi biologis seperti kegagalan implan yang
terlambat dan komplikasi prostetik seperti retak/ fraktur veneer porselen.
• Malo et al melakukan studi klinis dengan 55 pasien yang direhabilitasi dengan
double full-arch implant fixed complete dentures dan 55 pasien yang direhabilitasi
dengan single full-arch implant fixed complete dentures.
25. • Lebih banyak komplikasi prostetik ditemukan pada double full-arch implant fixed
complete dentures dibandingkan dengan single full-arch implant fixed complete
dentures.
• Karakteristik antarmuka implan-tulang yang berbeda dan tidak adanya persepsi
perubahan posisi berlawanan dengan karakteristik antarmuka tulang ligamen
periodontal dapat menjadi faktor potensial yang memengaruhi temuan ini, melihat
pasien dengan rehabilitasi full-arch ganda menunjukkan sensitivitas taktil lebih pasif
daripada pasien gigi tiruan konvensional, tetapi menunjukkan sensitivitas taktil aktif
yang memuaskan atau bite force maksimum.
26. • Berdasarkan temuan perbandingan, pemindaian digital mengarah pada pemeran
virtual yang secara klinis dapat diterima, yang membuat alur kerja digital yang
lengkap layak dilakukan.
• Berkas STL dari teknik kesan pemindaian digital ganda seperti dijelaskan oleh
Papaspyridakos dkk digunakan untuk CAD / CAM pembuatan prototipe
polymethylmethacrylate (PMMA) di alur kerja digital yang lengkap.
• Hal ini dapat mengurangi waktu perawatan 1 tatap muka (harusnya 4, namun bisa 3
tatap muka) membuat catatan interoklusal maxillomandibular tidak diperlukan dan
beralih dari pencetakan langsung ke percobaan prototipe prostesis.
• Oleh karena itu, protokol prostodontik 4-tatap muka konvensional yang digunakan
untuk rehabilitasi implan definitif dari kedua pasien dapat direduksi menjadi
protokol prostodontik 3-tatap muka.
27. • Alur kerja digital untuk rehabilitasi implan tetap full-arch ganda
(double full-arch fixed implant) untuk 2 pasien dalam 4 pertemuan
diimplementasikan.
• Setelah waktu pengamatan 2 tahun, tingkat kebertahanan adalah
100% untuk implan dan prostesis.
• Komplikasi biologis seperti resesi jaringan lunak peri-implan
diamati pada kedua pasien, sementara tidak ada komplikasi
prostetik yang ditemukan.
28. • Alur kerja digital dengan pembuktian konsep teknik pemindaian
digital ganda dapat menyederhanakan rehabilitasi implan full-
mouth dan mengurangi waktu pertemuan/tatap muka.
• Teknik ini dapat menjadi alternatif yang valid untuk alur kerja
konvensional.
• Penggunaan zirkonia monolitik sebagai bahan prostetik untuk
implan tetap full-arch ganda tampaknya menjanjikan dalam
pengurangan kunjungan perawatan serta komplikasi prostetik
yang paling sering terjadi adalah retak/fraktur pada porselen.