Dokumen tersebut membahas tentang brand rokok kretek Dji Sam Soe di Indonesia. Dji Sam Soe telah ada selama 97 tahun dan masih menjadi merek rokok nomor satu di Indonesia berdasarkan survei loyalitas dan kesadaran merek konsumen. Meskipun ada tantangan seperti peraturan anti rokok dan kesadaran akan kesehatan yang semakin tinggi, Dji Sam Soe masih memiliki keunggulan dalam pangsa pasar, kualitas produk, dan target pasar yang lu
1 of 12
More Related Content
Dji Sam Soe competitive review
1. DJI SAM SOE Kretek
Competitive Review
Partogi Ringo
0906613651
2. Background
Di Indonesia, ada beberapa brand yang tak pernah lekang
oleh jaman dan tumbuh melintasi generasi. Dji Sam Soe,
sebuah nama yang terdengar sangat familiar di telinga
perokok Indonesia. Bagi sebagian pencinta kretek, rokok
yang dibalut bungkus kertas kuning dengan simbol angka
234 adalah sebuah legenda, dimana kenikmatan dan
kesempurnaan racikan dalam setiap rokok Dji Sam Soe
tersirat dari setiap kepulan asap yang terhembuskan.
Produk unggulan berlabel angka 234 yang menyiratkan
kesempurnaan ini adalah sebuah karya dari putera
Indonesia kelahiran Provinsi Fujian, Cina, bernama Liem
Seeng Tee yang diciptakan pada tahun 1913 di Surabaya
yang sampai saat ini diproduksi oleh PT. HM Sampoerna Tbk
3. The Brand
Tua-tua keladi, makin tua makin jadi adalah ungkapan paling
cocok untuk menunjukan kedigdayaan Dji Sam Soe di
pentas rokok kretek Indonesia. Dengan usia 97 tahun, brand
ini masih tetap bertahan hidup dan berkembang, aroma dan
rasanya tetap digemari dari generasi ke generasi
Hasil survei Indonesia Customer Loyalty Index 2006 yang
dilakukan SWA, menunjukkan hal tersebut. Pada variabel
switching barrier Dji Sam Soe meraih 66,1 diikuti Gudang Garam
Surya 62,8 dan Gudang Garam Filter 60,3. artinya konsumen Dji
Sam Soe merasa akan kehilangan banyak value jika pindah ke
merek lain, baik secara psikologis, sosial, ritual ataupun product
value
4. Kuatnya loyalitas konsumen Dji Sam Soe juga dapat dilihat
dari Referral Index-nya yang mencapai 47,1. Artinya,
konsumen Dji Sam Soe tidak hanya mau membeli kembali,
tapi juga mau mereferensikan merek pilihannya itu kepada
orang lain
The Indonesia BestBrand Survey 2008 juga mendapati
temuan yang sama. Dji Sam Soe menempati peringkat
pertama untuk kategori rokok kretek, dengan nilai Brand
Value 41,0, jauh meninggalkan Gudang Garam, peringkat
kedua, dengan skor 17,7. Ini merupakan kali keenam secara
berturut-turut Dji Sam Soe terpilih sebagai merek terbaik.
5. Pada setiap variabel yang diukur, Dji Sam Soe selalu muncul
sebagai peraih skor tertinggi. Antara lain untuk variabel Top
of Mind Ad, Top of Mind Brand, dan Satisfaction. Padahal,
survei dilakukan dengan sebaran responden yang cukup
merata, yaitu 25,2% dari SES A, 19,3% dari SES B, 45,5%
dari SES C dan 10% dari SES D/E. hasil ini cukup
mengejutkan, mengingat dari sisi harga, Dji Sam Soe
tergolong tinggi dibanding merek-merek lain di kategorinya
7. Strength
* Brand Awareness+Brand Quality=Loyal Buyer
Dji Sam Soe berhasil menjadi top of mind dalam hal rokok kretek,
Dji Sam Soe adalah sebuah inspirasi tentang pentingnya brand
yang kuat, karena bisa menaikkan margin keuntungan secara
signifikan. Keberhasilan Dji Sam Soe ini karena pengelolanya
mampu membangun baik sisi fungsional maupun emosional. Sisi
fungsional dibangun dari produk rokoknya, yang dikenal punya
kekuatan rasa, sedotannya berat, dan racikannya tak terkalahkan.
Dari sisi emosional, Dji Sam Soe diposisikan sebagai produk
dengan citra premium
* Target Market dari berbagai segmen
Dji Sam Soe dinikmati oleh perokok dari umur 20-50, SES A-D,
buruh pabrik hingga pejabat pemerintahan sekalipun
8. Weakness
* Legendary Brand
Di sebagian kalangan anak muda, ada kecenderungan
kurang percaya diri kalau merokok Dji Sam Soe karena
image-nya yang terlalu tua
* Trend Rokok LTLN (low tar low nicotine)
Tingginya kesadarn kesehatan masyarakat dan gaya hidup
yang menganggap rokok LTLN lebih keren memungkinkan
perubahan trend pada industri rokok
* Dji Sam Soe memiliki harga yang paling tinggi diantara
rokok kretek lain
9. Opportunity
* Masuknya Philip Morris sebagai mitra bisnis
Pada tahun 2005, philip morris mengakuisisi PT. HM
Sampoerna dan memegang 40% saham. Masuknya ahli
rokok terkemuka di dunia bisa mempermudah Dji Sam Soe
dalam melakukan ekspansi bisnis ke seluruh dunia
* Semakin banyak event musik dan olahraga
Event-event besar butuh sponsor besar juga, dan Dji Sam
Soe terbukti cukup baik dalam mensponsori event, seperti
yang kita lihat pada event Dji Sam Soe Urban Jazz
Crossover dan Copa Dji Sam Soe di sepakbola tanah air
10. Threats
* Regulasi & Perda Anti-Rokok
Rencana pemerintah untuk membatasi iklan rokok baik di media
elektronik, cetak, media luar ruang ataupun larangan mensponsori
kegiatan musik dan olahraga. Pembatasan iklan tentu saja akan
berdampak negatif pada penjualan rokok mereka. Selain itu,
ancaman lainnya adalah kesadaran masyarakat yang semakin
tinggi akan kesehatan serta munculnya beragam kampanye anti-
rokok bagi generasi muda. Perda tentang larangan merokok di
tempat umum juga merupakan ancaman, sebab, itu artinya
membatasi ruang gerak para perokok, yang notabene merupakan
pelanggan loyal mereka
* Tingginya Pajak Rokok
Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat
terhadap rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok
11. Preposition
Dji Sam Soe sudah unggul dalam market share dan menjadi
top of mind perokok kretek di Indonesia. Dji Sam Soe adalah
produk mass dan bersifat unik dengan target market dari
semua kalangan, yang harus dilakukan Dji Sam Soe adalah
tetap menjaga sisi fungsional dan emosional yang sudah
melekat di masyarakat, dan salah satu cara yang paling
efektif adalah promosi below the line (mengingat semakin
kerasnya larangan iklan rokok di media massa), yaitu
dengan mensponsori event-event dengan kelas sosial yang
beragam, untuk kelas bawah, Copa Dji Sam Soe adalah
event yang paling tepat, event-event UKM untuk kelas
menengah, dan event Java Jazz On The Move untuk kelas
atas
12. Dangdut dan Dji Sam Soe telah
menyatukan masyarakat Indonesia,
jauh lebih sakti dibandingkan
Pancasila
(E.S Ito, Rahasia Meede, hal. 608)