Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai target RPJMN 2014 yaitu menurunkan angka gizi kurang dan stunting pada balita. Pelaksanaan surveilans gizi di
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya untuk pengambilan tindakan. Prinsipnya adalah tersedianya informasi gizi yang akurat dan teratur sehingga dapat digunakan untuk menentukan
Dokumen ini membahas pentingnya 1000 hari pertama kehidupan anak untuk mencegah stunting akibat kurang gizi, infeksi berulang, dan pengasuhan yang tidak memadai. Stunting dapat menurunkan produktivitas, perkembangan kognitif, dan rentan terhadap penyakit kronis pada masa dewasa. Intervensi seperti pemberian ASI eksklusif, perbaikan gizi ibu, dan akses terhadap makanan bergizi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan anak dan masa depan mereka.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi yang berdampak pada kesehatan dan kecerdasan anak. Penyebab stunting meliputi pola asuh yang buruk, kekurangan gizi selama kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan. Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memastikan asupan gizi yang baik, pemberian makanan bergizi, dan praktik sanitasi yang baik.
Dokumen ini membahas tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA) di Indonesia, termasuk inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI (MPASI). Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya pemahaman tentang nutrisi, strategi PMBA, serta kebijakan untuk mendukung ibu dan anak dalam praktik menyusui, termasuk selama masa pandemi COVID-19. Standar emas PMBA dan perhatian terhadap kesehatan gizi anak juga ditekankan untuk mengurangi masalah stunting dan obesitas.
Orientasi Juknis MPASI Anak 6-23 Bulan.pptxulfanurin1
油
Dokumen ini membahas standar emas pemberian makan bayi dan anak (PMBA) yang mencakup inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, serta makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk memenuhi kebutuhan gizi mulai usia 6 bulan. MP-ASI berfungsi memperbaiki gizi anak dan mencegah stunting, tetapi ada tantangan seperti pemberian MP-ASI yang terlalu dini atau terlambat. Pemantauan praktik MP-ASI dilakukan secara rutin untuk memastikan anak mengonsumsi makanan yang beragam dan bernutrisi.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya ASI eksklusif dan MP-ASI yang seimbang untuk pertumbuhan balita yang sehat
2. Gangguan pertumbuhan balita sering terjadi akibat asupan gizi dan kekebalan tubuh yang kurang memadai, terutama setelah usia 6 bulan
3. Untuk mencegah gangguan pertumbuhan diperlukan pemberian ASI dan MP-ASI sesuai j
Dokumen ini membahas pentingnya pemberian makan bayi dan anak (PMBA) di Indonesia, termasuk situasi PMBA, strategi, dan standar emas seperti ASI eksklusif hingga usia 2 tahun. Selain itu, menjelaskan langkah-langkah dan prinsip pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang aman dan tepat waktu. Dokumen ini juga menggarisbawahi dukungan praktik menyusui selama pandemi COVID-19 dan masalah yang terkait dengan distribusi susu formula.
MATERI PMBA MP1 PEMBELAJARAN ASI EKSKLUSIF.pptxHadiIrawan12
油
Dokumen ini membahas pelatihan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang mencakup pentingnya gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan, pengaruh situasi umum terhadap pemberian makan, dan peran ibu hamil serta menyusui dalam memastikan status gizi yang baik. Materi juga mencakup berbagai kepercayaan lokal dan praktik yang dapat mempengaruhi pemberian ASI dan makanan pendukung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dalam memberikan gizi yang tepat bagi bayi dan anak.
MATERI PMBA pada bayi dan balita (pkm pagadungan).pptxgizipagadungan
油
Dokumen ini membahas pentingnya pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) serta tantangan gizi di Indonesia, termasuk masalah gizi kurang dan gizi lebih. Fokus utamanya adalah pada 1000 hari pertama kehidupan dan strategi pemberian makanan yang tepat untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemantauan pertumbuhan serta penerapan praktik pemberian makan yang baik sangat ditekankan untuk menghindari dampak buruk akibat masalah gizi.
Dokumen ini menjelaskan SOP tata laksana gizi buruk pada balita usia 6-59 bulan di puskesmas, dengan fokus pada perawatan tanpa komplikasi medis. Tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan perawatan yang cepat dan tepat serta menjalankan manajemen layanan dengan baik. Prosedur meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemberian nutrisi, dan pencatatan serta evaluasi hasil perawatan secara rutin.
Dokumen ini membahas program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal bagi ibu hamil dan balita bermasalah gizi di Puskesmas Pattingalloang pada tahun 2024. Tujuan program adalah meningkatkan status gizi dengan sasaran balita yang berat badan tidak naik, berat badan kurang, dan gizi kurang, serta ibu hamil dengan risiko kurang energi kronis. Program ini melibatkan tim pelaksana untuk sosialisasi, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi terhadap penerima manfaat.
Dokumen ini menjelaskan program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dan balita di Puskesmas Pattingalloang, termasuk kriteria sasaran, tatalaksana, dan tujuan intervensi. Melalui pemantauan kenaikan berat badan, program ini bertujuan untuk mengatasi masalah gizi seperti berat badan tidak naik dan gizi kurang. Tim pelaksana terdiri dari berbagai tenaga kesehatan dan kader yang bertanggung jawab dalam sosialisasi, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan.
Dokumen ini menjelaskan pelatihan kader posyandu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar melalui upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dengan tujuan menurunkan angka kematian. Kader posyandu diharapkan mampu melaksanakan kegiatan seperti penimbangan, penyuluhan, dan pencatatan sistem informasi untuk bayi, ibu hamil, dan lansia. Fokus utama adalah pemberdayaan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan posyandu serta penanganan masalah kesehatan yang ada.
Dokumen ini membahas praktik pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) dengan fokus pada intervensi gizi untuk mencegah stunting, melibatkan ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-23 bulan. Berbagai strategi dan saran terkait keanekaragaman makanan, asupan gizi seimbang, serta pendidikan masyarakat untuk mendukung kesehatan ibu dan anak dipaparkan. Tujuan utama adalah menurunkan prevalensi stunting melalui perbaikan asupan gizi dan perubahan perilaku dalam konsumsi makanan.
Dokumen ini membahas kebijakan program pemberian air susu ibu (ASI) di Provinsi Jawa Timur, dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan mengurangi angka stunting. Pelatihan konselor diadakan untuk memastikan ibu dapat menyusui secara efektif, didukung oleh regulasi pemerintah yang mengharuskan edukasi mengenai ASI eksklusif. Rencana strategis berfokus pada peningkatan kepatuhan terhadap pemberian ASI dan melibatkan masyarakat serta tenaga kesehatan dalam mendukung penyuluhan tentang pentingnya menyusui.
SOP ini menjelaskan prosedur perawatan bayi dan balita gizi buruk pasca rawat inap di layanan rawat jalan puskesmas, meliputi persiapan logistik dan tenaga kesehatan, tata laksana 10 langkah, pemantauan kenaikan berat badan, dan pelaporan kasus. Dokumen ini bertujuan memandu tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan yang tepat bagi bayi dan balita gizi buruk.
Dokumen ini menjelaskan sosialisasi pendataan keluarga sehat oleh puskesmas Palabuhanratu dalam mendukung program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Tujuan sosialisasi ini adalah untuk mengumpulkan data kesehatan yang akurat melalui metode door to door, yang melibatkan pendataan individu dan keluarga. Definisi keluarga dan indikator kesehatan juga dibahas untuk mengukur status kesehatan keluarga yang terbagi dalam tiga kategori: sehat, pra-sehat, dan tidak sehat.
Dokumen ini membahas pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan, untuk mencegah stunting. Proses ini melibatkan penimbangan, pengukuran, dan stimulasi sesuai usia anak, serta perlunya asupan gizi dan imunisasi yang memadai. Penangganan dini terhadap gangguan pertumbuhan sangat penting untuk memastikan anak berkembang dengan baik.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi. Selama pandemi Covid-19, ibu dapat menyusui langsung dengan protokol kesehatan yang ketat atau memberikan ASI perah. Pemberian MP-ASI sesuai usia wajib dilakukan dengan memperhatikan jumlah, tekstur, frekuensi, dan kebersihan.
Dokumen ini berfokus pada kesehatan balita dan anak prasekolah, menyoroti tingkat kematian dan masalah gizi yang dihadapi, serta pentingnya pemantauan perkembangan melalui kebijakan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Ada penekanan pada perlunya kolaborasi antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam mempersiapkan generasi sehat dan berkualitas, serta perlunya buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) sebagai alat pemantauan. Program Nusantara Sehat berperan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi balita melalui kelas ibu balita dan pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit).
Dokumen ini membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan komprehensif untuk menangani masalah kesehatan balita di tingkat dasar dengan mengintegrasikan metode kuratif, promotif, dan preventif. MTBS bertujuan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan pada balita yang disebabkan oleh berbagai penyakit utama, serta meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dan perencanaan kesehatan di tingkat kabupaten. Selain itu, dokumen ini juga menguraikan keuntungan dan kerugian dari program kesehatan vertikal dan horizontal.
Dokumen ini membahas pentingnya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) kaya protein hewani untuk mencegah stunting pada anak, terutama di Sumatera Barat, di mana stunting masih tinggi. Intervensi gizi perlu dilakukan sebelum dan setelah lahir untuk meningkatkan status gizi anak, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024 melalui berbagai program prioritas dan edukasi.
Deteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak dalam 1000 HPK.pptxsandinay1
油
Kurva pertumbuhan WHO baru menggunakan data dari 6 negara untuk menentukan standar pertumbuhan ideal anak, yaitu pertumbuhan anak yang sehat dan mendapat asupan gizi optimal dari ASI dan makanan pendamping pada usia 6 bulan hingga 2 tahun.
Dokumen ini membahas permasalahan gizi di Indonesia, terutama stunting, wasting, dan overweight pada balita, serta upaya pencegahannya selama 1.000 hari pertama kehidupan. Data menunjukkan bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda, dan berbagai intervensi dari sektor kesehatan dan lintas sektor diperlukan untuk menurunkan angka stunting dan gizi buruk. Kegiatan edukasi, penyediaan akses ke layanan kesehatan, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi sangat ditekankan.
Teknik Analisis Data Penelitian Kuantitatif.pptxMukhamad Fathoni
油
Secara umum, analisis data adalah langkah mengumpulkan, menyeleksi, dan mengubah data menjadi sebuah informasi. Dalam dunia pendidikan, analisis data merupakan langkah - langkah pengolahan data menjadi informasi yang berguna untuk memecahkan masalah pendidikan tertentu. Di bidang lain, prosesnya kurang lebih sama tetapi berbeda pada topik permasalahan yang diangkat menyangkut kebutuhan institusinya.
Analisis data sebagai proses yang melakuan pemeriksaan, pembersihan, transformasi, dan juga permodelan data dengan tujuan untuk menemukan informasi yang berguna dan untuk menginformasikan sebuah kesimpulan yang mendukung dalam melakukan pengambilan keputusan yang akurat. Analisis data memiliki banyak pendekatan yang mencakup beragam teknik dengan berbagai nama yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan yang memiliki perbedaan-perbedaan di dalamnya. Tujuan dari analisis data sendiri adalah untuk mengekstrak informasi yang berguna dari sebuah data dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data.
More Related Content
Similar to Epidemiologi Gizi materi SURVEILANS Gizi (20)
MATERI PMBA MP1 PEMBELAJARAN ASI EKSKLUSIF.pptxHadiIrawan12
油
Dokumen ini membahas pelatihan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang mencakup pentingnya gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan, pengaruh situasi umum terhadap pemberian makan, dan peran ibu hamil serta menyusui dalam memastikan status gizi yang baik. Materi juga mencakup berbagai kepercayaan lokal dan praktik yang dapat mempengaruhi pemberian ASI dan makanan pendukung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dalam memberikan gizi yang tepat bagi bayi dan anak.
MATERI PMBA pada bayi dan balita (pkm pagadungan).pptxgizipagadungan
油
Dokumen ini membahas pentingnya pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) serta tantangan gizi di Indonesia, termasuk masalah gizi kurang dan gizi lebih. Fokus utamanya adalah pada 1000 hari pertama kehidupan dan strategi pemberian makanan yang tepat untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemantauan pertumbuhan serta penerapan praktik pemberian makan yang baik sangat ditekankan untuk menghindari dampak buruk akibat masalah gizi.
Dokumen ini menjelaskan SOP tata laksana gizi buruk pada balita usia 6-59 bulan di puskesmas, dengan fokus pada perawatan tanpa komplikasi medis. Tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan perawatan yang cepat dan tepat serta menjalankan manajemen layanan dengan baik. Prosedur meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemberian nutrisi, dan pencatatan serta evaluasi hasil perawatan secara rutin.
Dokumen ini membahas program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal bagi ibu hamil dan balita bermasalah gizi di Puskesmas Pattingalloang pada tahun 2024. Tujuan program adalah meningkatkan status gizi dengan sasaran balita yang berat badan tidak naik, berat badan kurang, dan gizi kurang, serta ibu hamil dengan risiko kurang energi kronis. Program ini melibatkan tim pelaksana untuk sosialisasi, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi terhadap penerima manfaat.
Dokumen ini menjelaskan program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dan balita di Puskesmas Pattingalloang, termasuk kriteria sasaran, tatalaksana, dan tujuan intervensi. Melalui pemantauan kenaikan berat badan, program ini bertujuan untuk mengatasi masalah gizi seperti berat badan tidak naik dan gizi kurang. Tim pelaksana terdiri dari berbagai tenaga kesehatan dan kader yang bertanggung jawab dalam sosialisasi, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan.
Dokumen ini menjelaskan pelatihan kader posyandu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar melalui upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dengan tujuan menurunkan angka kematian. Kader posyandu diharapkan mampu melaksanakan kegiatan seperti penimbangan, penyuluhan, dan pencatatan sistem informasi untuk bayi, ibu hamil, dan lansia. Fokus utama adalah pemberdayaan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan posyandu serta penanganan masalah kesehatan yang ada.
Dokumen ini membahas praktik pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) dengan fokus pada intervensi gizi untuk mencegah stunting, melibatkan ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-23 bulan. Berbagai strategi dan saran terkait keanekaragaman makanan, asupan gizi seimbang, serta pendidikan masyarakat untuk mendukung kesehatan ibu dan anak dipaparkan. Tujuan utama adalah menurunkan prevalensi stunting melalui perbaikan asupan gizi dan perubahan perilaku dalam konsumsi makanan.
Dokumen ini membahas kebijakan program pemberian air susu ibu (ASI) di Provinsi Jawa Timur, dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan mengurangi angka stunting. Pelatihan konselor diadakan untuk memastikan ibu dapat menyusui secara efektif, didukung oleh regulasi pemerintah yang mengharuskan edukasi mengenai ASI eksklusif. Rencana strategis berfokus pada peningkatan kepatuhan terhadap pemberian ASI dan melibatkan masyarakat serta tenaga kesehatan dalam mendukung penyuluhan tentang pentingnya menyusui.
SOP ini menjelaskan prosedur perawatan bayi dan balita gizi buruk pasca rawat inap di layanan rawat jalan puskesmas, meliputi persiapan logistik dan tenaga kesehatan, tata laksana 10 langkah, pemantauan kenaikan berat badan, dan pelaporan kasus. Dokumen ini bertujuan memandu tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan yang tepat bagi bayi dan balita gizi buruk.
Dokumen ini menjelaskan sosialisasi pendataan keluarga sehat oleh puskesmas Palabuhanratu dalam mendukung program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Tujuan sosialisasi ini adalah untuk mengumpulkan data kesehatan yang akurat melalui metode door to door, yang melibatkan pendataan individu dan keluarga. Definisi keluarga dan indikator kesehatan juga dibahas untuk mengukur status kesehatan keluarga yang terbagi dalam tiga kategori: sehat, pra-sehat, dan tidak sehat.
Dokumen ini membahas pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan, untuk mencegah stunting. Proses ini melibatkan penimbangan, pengukuran, dan stimulasi sesuai usia anak, serta perlunya asupan gizi dan imunisasi yang memadai. Penangganan dini terhadap gangguan pertumbuhan sangat penting untuk memastikan anak berkembang dengan baik.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi. Selama pandemi Covid-19, ibu dapat menyusui langsung dengan protokol kesehatan yang ketat atau memberikan ASI perah. Pemberian MP-ASI sesuai usia wajib dilakukan dengan memperhatikan jumlah, tekstur, frekuensi, dan kebersihan.
Dokumen ini berfokus pada kesehatan balita dan anak prasekolah, menyoroti tingkat kematian dan masalah gizi yang dihadapi, serta pentingnya pemantauan perkembangan melalui kebijakan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Ada penekanan pada perlunya kolaborasi antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam mempersiapkan generasi sehat dan berkualitas, serta perlunya buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) sebagai alat pemantauan. Program Nusantara Sehat berperan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi balita melalui kelas ibu balita dan pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit).
Dokumen ini membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan komprehensif untuk menangani masalah kesehatan balita di tingkat dasar dengan mengintegrasikan metode kuratif, promotif, dan preventif. MTBS bertujuan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan pada balita yang disebabkan oleh berbagai penyakit utama, serta meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dan perencanaan kesehatan di tingkat kabupaten. Selain itu, dokumen ini juga menguraikan keuntungan dan kerugian dari program kesehatan vertikal dan horizontal.
Dokumen ini membahas pentingnya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) kaya protein hewani untuk mencegah stunting pada anak, terutama di Sumatera Barat, di mana stunting masih tinggi. Intervensi gizi perlu dilakukan sebelum dan setelah lahir untuk meningkatkan status gizi anak, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024 melalui berbagai program prioritas dan edukasi.
Deteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak dalam 1000 HPK.pptxsandinay1
油
Kurva pertumbuhan WHO baru menggunakan data dari 6 negara untuk menentukan standar pertumbuhan ideal anak, yaitu pertumbuhan anak yang sehat dan mendapat asupan gizi optimal dari ASI dan makanan pendamping pada usia 6 bulan hingga 2 tahun.
Dokumen ini membahas permasalahan gizi di Indonesia, terutama stunting, wasting, dan overweight pada balita, serta upaya pencegahannya selama 1.000 hari pertama kehidupan. Data menunjukkan bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda, dan berbagai intervensi dari sektor kesehatan dan lintas sektor diperlukan untuk menurunkan angka stunting dan gizi buruk. Kegiatan edukasi, penyediaan akses ke layanan kesehatan, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi sangat ditekankan.
Teknik Analisis Data Penelitian Kuantitatif.pptxMukhamad Fathoni
油
Secara umum, analisis data adalah langkah mengumpulkan, menyeleksi, dan mengubah data menjadi sebuah informasi. Dalam dunia pendidikan, analisis data merupakan langkah - langkah pengolahan data menjadi informasi yang berguna untuk memecahkan masalah pendidikan tertentu. Di bidang lain, prosesnya kurang lebih sama tetapi berbeda pada topik permasalahan yang diangkat menyangkut kebutuhan institusinya.
Analisis data sebagai proses yang melakuan pemeriksaan, pembersihan, transformasi, dan juga permodelan data dengan tujuan untuk menemukan informasi yang berguna dan untuk menginformasikan sebuah kesimpulan yang mendukung dalam melakukan pengambilan keputusan yang akurat. Analisis data memiliki banyak pendekatan yang mencakup beragam teknik dengan berbagai nama yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan yang memiliki perbedaan-perbedaan di dalamnya. Tujuan dari analisis data sendiri adalah untuk mengekstrak informasi yang berguna dari sebuah data dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data.
Seminar Parenting Menjadi Orang Tua Shalih Sebelum Meminta Anak Shalih - Menj...Namin AB Ibnu Solihin
油
Seminar Parenting Menjadi Orang Tua Shalih Sebelum Meminta Anak Shalih - Menjadikan anak sebagai jariyyah yang terus mengalir 2025.pdf - Disampaikan oleh Namin AB Ibnu Solihin
Pengaturan dosis pada kondisi uremia (Farmakokinetika Pendosisan Dengan Perti...Gilang Rizki
油
Ginjal merupakan bagian tubuh yang kompleks baik secara struktur maupun fungsi. Fungsi ginjal dapat diukur melalui laju filtrasi glomerulus (GFR), yang dilakukan dengan pengukuran creatinine clearance berdasarkan nilai serum kreatinin. Penurunan nilai GFR dapat mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal (Cartet-Farnier dkk., 2017).
Salah satu gangguan fungsi ginjal adalah Chronic Kidney Disease (CKD), yang didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dan/atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73 m3 selama minimal 3 bulan
School of Strategic Leaders: Mencetak Pemimpin Bangsa di Era Ketidakpastian G...Dadang Solihin
油
School of Strategic Leaders bukan sekadar buku tentang teori kepemimpinan. Ia adalah cermin dari proses pembentukan dan pemantapan kepemimpinan strategis yang dilakukan secara sistematis, terukur, dan berlandaskan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Buku ini mengajak pembaca untuk menelusuri bagaimana Lemhannas RI, sebagai institusi negara yang berpengalaman dalam membentuk kader pemimpin bangsa, merancang dan menjalankan proses pendidikan kepemimpinan strategis yang utuh dan menyeluruh.
Kepemimpinan strategis bukanlah sekadar penguasaan atas kemampuan teknokratis, administratif, atau managerial. Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk membayangkan masa depan, menyusun arah, dan memimpin transformasi bangsa dengan kesadaran penuh terhadap konteks geopolitik dan ketahanan nasional. Ia adalah seni mengelola ketidakpastian, keberagaman, konflik kepentingan, dan tantangan masa depan secara simultan, dengan mengedepankan nilai integritas, keberanian moral, kemampuan kolaboratif, serta kepekaan terhadap dinamika sosial dan budaya bangsa.
Dadang Solihin Policy Brief Jawa Tengah 2025Dadang Solihin
油
Dokumen ini disusun sebagai wujud kontribusi pemikiran strategis dalam menjembatani perencanaan pembangunan nasional dengan kebutuhan dan tantangan pembangunan daerah, khususnya di Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten/kota di dalamnya.
Rejuvenasi Lemhannas RI guna Mewujudkan Indonesia MajuDadang Solihin
油
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), sebagai kawah candradimuka pencetak kader pimpinan nasional, telah menjalani perjalanan panjang selama lebih dari enam dekade. Dalam lintasan sejarahnya, Lemhannas RI telah menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan ideologi Pancasila, memperkuat wawasan kebangsaan, serta memupuk integritas kepemimpinan bangsa. Namun, sebagaimana halnya setiap institusi strategis, Lemhannas RI pun kini menghadapi tuntutan zaman untuk bertransformasi.
Residu dan kutub adalah dua konsep penting dalam analisis kompleks, khususnya dalam teori fungsi kompleks dan perhitungan integral kompleks. Keduanya berperan penting dalam teorema residu Cauchy yang digunakan untuk menghitung integral kontur (jalur tertutup) dari fungsi kompleks.
This document presents a research study titled "Analysis of the Influence of Average Years of Schooling, Per Capita Expenditure, and Regional Minimum Wage on the Human Development Index in Indonesia (2021)". The study uses a quantitative approach with multiple linear regression analysis based on data from 34 Indonesian provinces. The results show that average years of schooling and per capita expenditure have a positive and significant impact on the Human Development Index, while the regional minimum wage has a negative and significant effect. These findings are expected to provide useful input for policymakers in designing more effective and data-driven human development strategies.
Geopolitik Global: Asta Cita dan Tantangan Mewujudkan Ketahanan NasionalDadang Solihin
油
Buku ini hadir sebagai refleksi atas pentingnya pemahaman mendalam mengenai geopolitik global dan bagaimana Asta Gatra, sebagai instrumen analisis ketahanan nasional, dapat digunakan untuk menavigasi berbagai tantangan dan peluang dalam dunia yang penuh ketidakpastian. Kita berada di tengah pusaran transisi globaldari unipolar ke multipolar, dari konflik bersenjata ke perang teknologi, dari kerawanan ekonomi ke disrupsi sosial budaya. Semua ini menuntut kepemimpinan nasional yang tangguh, visioner, dan berpijak pada nilai-nilai dasar kebangsaan.
Kandungan buku ini pernah diberikan sebagai Materi Pembekalan Gubernur Lemhannas RI pada kegiatan Retret Kepala Daerah di Akademi Militer Magelang pada tanggal 22 Februari 2025. Dalam forum tersebut, materi ini mendapat perhatian besar sebagai bagian dari upaya membangun kesamaan pandang strategis antara pemerintah pusat dan daerah dalam menghadapi tantangan geopolitik global.
Melalui buku ini, Lemhannas RI ingin mengajak seluruh elemen bangsa untuk berpikir lebih luas dan strategis. Para pemimpin daerah, tokoh masyarakat, akademisi, dan generasi muda diharapkan mampu membumikan wawasan kebangsaan dalam konteks global, serta menjadikan ketahanan nasional sebagai fondasi utama dalam setiap kebijakan dan tindakan.
2. Pengertian
Surveilans gizi
Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah
adalah proses pengamatan masalah
dan program gizi
dan program gizi secara terus menerus baik situasi
secara terus menerus baik situasi
normal maupun darurat, meliputi :
normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan
pengumpulan,
,
pengolahan
pengolahan,
, analisis
analisis dan
dan pengkajian data
pengkajian data secara
secara
sistematis
sistematis serta
serta penyebarluasan informasi
penyebarluasan informasi untuk
untuk
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan
terencana.
terencana.
3. 1. Masalah Gizi yang ada
2. Program Gizi yang telah dilaksanakan
APA YANG DIPANTAU?
5. Peranan Surveilans Gizi dalam
Pencapaian Target RPJMN 2014
Pelaksanaan Surveilans Gizi
Pelaksanaan Surveilans Gizi
Perbaikan manajemen
Perbaikan manajemen
Perubahan kebijakan
Perubahan kebijakan
(policy)
(policy)
6. Prinsip Dasar Surveilans Gizi
Tersedia informasi gizi secara terus menerus dan
Tersedia informasi gizi secara terus menerus dan
teratur.
teratur.
Proses analisis/kajian perkembangan informasi gizi :
Proses analisis/kajian perkembangan informasi gizi :
status gizi balita, distribusi kapsul vitamin A pada
status gizi balita, distribusi kapsul vitamin A pada
balita dan distribusi tablet Fe3.
balita dan distribusi tablet Fe3.
Proses penyebarluasan informasi hasil analisis atau
Proses penyebarluasan informasi hasil analisis atau
kajian perkembangan
kajian perkembangan
untuk menentukan tindakan
untuk menentukan tindakan
yang diperlukan.
yang diperlukan.
Tindakan kongkrit sebagai respon terhadap
Tindakan kongkrit sebagai respon terhadap
perkembangan data status gizi balita, distribusi
perkembangan data status gizi balita, distribusi
vitamin A balita, dan distribusi Fe3.
vitamin A balita, dan distribusi Fe3.
7. Melalui pengumpulan data secara teratur:
1. Dilakukan secara khusus untuk keperluan
surveilans (PSG, Survei Garam beryodium,
Survei Konsumsi Makanan, dsb)
2. Dari data laporan rutin yang sudah ada
BAGAIMANA CARANYA?
8. Data atau informasi yang dikumpulkan harus:
1.Tepat waktu, teratur dan berkelanjutan (rutin)
2.Akurat
3.Segera dianalisis dan diinterpretasikan
4.Hasilnya segera didiseminasikan kepada
stake holder
AGAR
5.Dapat digunakan untuk berbagai tindakan
yang tepat waktu
APA SYARATNYA?
9. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
OUTCOME
STATUS GIZI
FAKTOR
PROGRAM GIZI
INPUT
PROSES
OUTPUT
FAKTOR LUAR
(Lihat Diagram
Unicef)
13. DO :
DATA HASIL PENIMBANGAN ( SKDN )
13
ADALAH JUMLAH BALITA YANG BERADA DI SELURUH POSYANDU YANG ADA DI
WILAYAH KERJA (DESA).
- S BALITA
- D BALITA
ADALAH JUMLAH BALITA YG DITIMBANG BB-NYA DI SELURUH POSYANDU YANG
ADA DI WILAYAH KERJA (DESA).
RUMUS :
JML.BALITA YANG DITIMBANG
% D / S = --------------------------------------- X 100 %
JML. SELURUH BALITA
14. 14
ADALAH BALITA YANG KENAIKAN BERAT BADANNYA >= KBM (KENAIKAN BB
MINIMAL )
- NAIK ( N ) :
- TIDAK NAIK ( T )
RUMUS :
JML.BALITA NAIK BB-NYA N
% N / D = --------------------------------------- X 100 % = ---------- X 100 %
JML.BALITA YG DINILAI N DAN T N + T
ADALAH BALITA YANG KENAIKAN BERAT BADANNYA < KBM (KENAIKAN BB
MINIMAL )
- D
ADALAH BALITA YANG DAPAT DINILAI STATUS N ATAU T
YAITU MERUPAKAN PENJUMLAHAN DARI N DAN T
15. DO :
PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
15
ADALAH BAYI YANG BERUMUR 6 BULAN 0 HARI S/D 11 BLN 29 HARI YANG ADA
DI WILAYAH DESA / KELURAHAN.
- BAYI UMUR 6-11 BULAN
- ANAK BALITA UMUR 12-59 BULAN
ADALAH ANAK BALITA YANG BERUMUR 12 BULAN 0 HARI S/D 59 BLN 29 HARI
YANG ADA DI WILAYAH DESA / KELURAHAN.
- BALITA UMUR 6-59 BULAN
ADALAH BALITA YANG BERUMUR 6 BULAN 0 HARI S/D 59 BLN 29 HARI YANG
ADA DI WILAYAH DESA / KELURAHAN.
- BAYI UMUR 6-11 BULAN DAPAT KAPSUL VIT. A
ADALAH BAYI YANG BERUMUR 6 BULAN 0 HARI S/D 11 BLN 29 HARI YANG
MENDAPAT KAPSUL VITAMIN A BIRU
16. 16
RUMUS :
BAYI (6-11 BLN) DPT KAPSUL VIT. A
% BAYI DPT VIT. A = ------------------------------------------- X 100 %
JML BAYI (6-11 BLN) YANG ADA
- BALITA UMUR 12-59 BULAN DAPAT KAPSUL VIT.A
ADALAH ANAK BALITA YANG BERUMUR 12 BULAN 0 HARI S/D 59 BLN 29 HARI
YANG YANG MENDAPAT KAPSUL VIT.A MERAH.
- BALITA UMUR 6-59 BULAN DAPAT KAPSUL VIT. A
ADALAH BALITA YANG BERUMUR 6 BULAN 0 HARI S/D 59 BLN 29 HARI YANG
MENDAPAT KAPSUL VIT. A BIRU ATAU MERAH, SESUAI UMURNYA
RUMUS :
JML. A.BALITA DPT KAPSUL VIT. A
% A.BALITA DPT VIT. A = ------------------------------------------- X 100 %
JML A.BALITA (12-59 BLN) YANG ADA
17. DO :
PEMBERIAN TABLET Fe
17
ADALAH TABLET YANG MENGANDUNG FE DAN ASAM FOLAT, BAIK YANG BERASAL
DARI PROGRAM MAUPUN MANDIRI.
- TABLET TAMBAH DARAH (TTD) ATAU TABLET FE
- IBU HAMIL DAPAT TABLET FE SEBANYAK 30
ADALAH IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET FE SEBANYAK 30 TABLET DARI
PROGRAM ATAU DARI TABLET FE MANDIRI YANG SETARA DENGAN ITU.
SELANJUTNYA DISEBUT DENGAN FE-1
- IBU HAMIL DAPAT TABLET FE SEBANYAK 90
ADALAH IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET FE SEBANYAK 90 TABLET DARI
PROGRAM ATAU DARI TABLET FE MANDIRI YANG SETARA DENGAN ITU.
SELANJUTNYA DISEBUT DENGAN FE-3
18. 18
RUMUS :
JML. IBU HAMIL DAPAT FE-1
% FE-1 = ----------------------------------- X 100 %
JML. BUMIL YANG ADA
RUMUS :
JML. IBU HAMIL DAPAT FE-3
% FE-3 = ----------------------------------- X 100 %
JML. BUMIL YANG ADA
19. DO :
ASI EKSKLUSIF
19
ADALAH JUMLAH BAYI UMUR 0 HARI SAMPAI 5 BULAN 29 HARI
- BAYI UMUR 0-6 BULAN
- BAYI MENDAPAT ASI-EKSKLUSIF
ADALAH JUMLAH BAYI (0-6 BLN) YANG DIBERI ASI SAJA TANPA MAKANAN ATAU
CAIRAN LAIN KECUALI OBAT, VITAMIN DAN MINERAL.
RUMUS :
JML.BAYI DAPAT ASI-EKSKLUSIF
% ASI-EKSKLUSIF = ---------------------------------------- X 100 %
JML. BAYI YANG DIPERIKSA
20. DO :
GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN
20
ADALAH BALITA DENGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS BB/TB ATAU BB/PB
DENGAN NILAI Z-SCORE < -3 SD (SANGAT KURUS) DAN/ATAU TERDAPAT TANDA
KLINIS GIZI BURUK LAINNYA.
- KASUS GIZI BURUK :
- KASUS GIBUR DAPAT PERAWATAN :
ADALAH BALITA GIZI BURUK YANG DIRAWAT INAP MAUPUN RAWAT JALAN DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DAN MASYARAKAT.
RUMUS :
JML.KASUS GIBUR DPT.PRWTN
% KASUS GIBUR D.P. = --------------------------------------- X 100 %
JML.KASUS GIBUR DITEMUKAN
21. DO :
KONSUMSI GARAM BERYODIUM
21
ADALAH GARAM ( NA CL ) YANG DIPERKAYA DENGAN IODIUM MELALUI PROSES
IODISASI SESUAI SNI DENGAN KANDUNGAN KALIUM IODAT (KIO3) > 30 PPM
- GARAM BERIODIUM :
- RUMAH TANGGA MENGONSUMSI GARAM BERIODIUM
ADALAH RUMAH TANGGA YANG MENGKONSUMSI GARAM BERIODIUM DAN
PEMANTAUANNYA DILAKUKAN MELALUI SEKOLAH DASAR (SD)/MI DI SUATU DESA
RUMUS :
RT MENGONSUMSI GB
% RT MENGONSUMSI GB = -------------------------------- X 100 %
JML. RT YANG DIPERIKSA
22. 22
Indikator Kadarzi :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai
usia 6 bulan ASI eksklusif.
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplementasi gizi (TTD, Kapsul Vitamin A dosis tinggi).
Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) adalah :
Keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi
setiap anggota keluarganya.
Keluarga disebut KADARZI jika telah berperilaku gizi yang baik.
24. ADA 2 MACAM PELAKSANAAN SURVEILANS
1.
1. TEORITIS
TEORITIS (FORMALITAS)
(FORMALITAS)
Terpenuhinya komponen-komponen surveilans :
Terpenuhinya komponen-komponen surveilans :
- Pengumpulan Data
- Pengumpulan Data
- Pengolahan Data
- Pengolahan Data
- Analisis Data
- Analisis Data
- Penyebarluasan Informasi
- Penyebarluasan Informasi
- Pengambilan Keputusan
- Pengambilan Keputusan
25. 2.
2. FUNGSIONAL
FUNGSIONAL
menghasilkan tujuan yang optimal
menghasilkan tujuan yang optimal, dengan indikasi :
, dengan indikasi :
- Pengumpulan data dilakukan secara benar dan akurat
- Pengumpulan data dilakukan secara benar dan akurat
- Pengolahan dilakukan secara tepat
- Pengolahan dilakukan secara tepat
- Analisis data dilakukan secara tajam
- Analisis data dilakukan secara tajam
- Digunakan sebagai pengambilan keputusan.
- Digunakan sebagai pengambilan keputusan.
26. ALUR PELAPORAN
ALUR PELAPORAN
Kementerian Kesehatan
Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Dinkes
Propinsi
Dinkes
Kabupaten/Kota
Puskesmas/
Kecamatan
Posyandu/
Desa
RSU
Kabupeten/Kota
RSU
Provinsi
Umpan balik
Alur pelaporan
27. INSTRUMEN POSYANDU
POSYANDU PUSKESMAS
PUSKESMAS KAB/KOTA
KAB/KOTA
Jenis Data S, K, D, D, N, T, O, B,
2T, BGM, distribusi
kapsul vit. A dan Fe3
S, K, D, D, N, T, O, B, 2T,
BGM, kasus gizi buruk,
distribusi kapsul vitamin A
dan Fe3
S, K, D, D, N, T, O, B, 2T,
BGM, kasus gizi buruk,
distribusi kapsul vitamin A
dan Fe3
Sumber Data R1-Gizi, Kohort bayi, SIP Rekapitulasi Laporan
Posyandu/desa
Rekapitulasi Laporan
Puskesmas
Pelaksana Kader (Posyandu) dan
Bidan di Desa.
TPG Puskesmas Pengelola Program Gizi
Kab/Kota
Pengolahan Grafik SKDN
% D/S, K/S, N/D dan
BGM/D.
Cakupan Vit A dan
Fe3
Grafik SKDN
% D/S, K/S, N/D dan
BGM/D.
Cakupan Vit A dan Fe3
% D/S, K/S, N/D dan
BGM/D.
Cakupan Vit A dan Fe3
Analisis Membandingkan dan
melihat kecenderungan
data.
Membandingkan dan
melihat kecenderungan
indikator.
Membandingkan, melihat
trend indikator, dan
hubungan antar indikator.
Umpan balik - Ya Ya
Kegiatan Surveilans Gizi di Posyandu
Kegiatan Surveilans Gizi di Posyandu s/d Kab/Kota
s/d Kab/Kota
28. Rekomendasi dan Respon
Rekomendasi dan Respon tingkat Posyandu/Desa
tingkat Posyandu/Desa
TEMUAN RESPON
Ditemukan balita BGM
dan atau 2T, TK
Konfirmasi BB/TB. Segera dirujuk ke Puskesmas.
D bulan ini < bulan lalu Kader meminta bantuan Kepala Desa untuk menggerakkan
masyarakat agar datang pada penimbangan berikutnya.
Ditemukan balita T Berikan penyuluhan tentang makanan gizi seimbang.
Ditemukan balita tidak
memiliki KMS
Segera berikan KMS/buku KIA, atau melapor ke Puskesmas
untuk mendapatkan KMS/buku KIA.
Ditemukan balita blm
mendapat kapsul vit A
Segera diberikan atau melapor ke Puskesmas.
Ditemukan balita O Mencari dan mendatangi keluarga balita agar hadir pada
penimbangan bulan berikutnya.
Rekomendasi dan respon dilakukan apabila data cakupan menunjukkan
adanya kesenjangan antara angka acuan dengan hasil yang dicapai.
29. Rekomendasi dan Respon
Rekomendasi dan Respon tingkat Puskesmas
tingkat Puskesmas
TEMUAN RESPON
D/S <85% Laporkan dlm lokmin dan pertmuan bulanan Kecamatan. Selain
itu ajak kepala desa dan BDD untuk menggerakkan masyarakat.
K/S <100% Ka Pusk melaporkan kpd Kadis Kes Kab/Kota untuk memperoleh
sejumlah KMS atau buku KIA yang diperlukan.
N/D <80% Laporkan dlm lokmin dan pertmuan bulanan Kecamatan utk
mengetahui penyebab dan kemungkinan solusinya.
Ada balita BGM,
TK atau 2T
Konfirmasi dgn TB atau PB, periksa tanda-tanda klinis. Bila
ternyata gizi buruk, dirawat dan dilakukan tatalaksana gizi buruk.
Cakupan Vit A
<85%
Cek persediaan Vit A. Jika cukup lakukan sweeping balita yg
blm mendpt Vit A bulan Februari atau Agustus.
Cakupan Fe3
<95%
Cek persediaan Fe dan segera distribusikan ke BDD utk diberikan
kpd bumil yg blm mendapat Fe3, yakinkan ibu agar
mengkonsumsi tablet Fe.
30. Rekomendasi dan Respon
Rekomendasi dan Respon tingkat Kab/Kota
tingkat Kab/Kota
HASIL ANALISIS
HASIL ANALISIS YANG MEMBUAT RESPON
YANG MEMBUAT RESPON
Y
Yang bersifat
ang bersifat teknis :
teknis : Pengelola Program Gizi
D/S, N/D, BGM/D, kasus gizi buruk,
D/S, N/D, BGM/D, kasus gizi buruk,
cakupan kapsul vitamin A dan distribusi
cakupan kapsul vitamin A dan distribusi
tablet Fe3
tablet Fe3
Yang bersifat kebijakan Kadis Kesehatan Kab/Kota
K/S, kasus gizi buruk, cakupan kapsul
vitamin A dan distribusi tablet Fe3
31. Rekomendasi dan Respon
Rekomendasi dan Respon tingkat Kab/Kota
tingkat Kab/Kota
TEMUAN
TEMUAN REKOMENDASI &
REKOMENDASI & RESPON
RESPON
D/S rendah dan atau cenderung
menurun
Menggerakkan masyarakat agar datang pada
penimbangan berikutnya.
K/S rendah Penyediaan KMS atau buku KIA oleh Dinkes
Kabupaten/Kota
N/D rendah dan atau
cenderung menurun
Peningkatan pendidikan gizi masyarakat dan pemberian
makanan tambahan.
Balita 2T dan BGM tinggi dan
atau cenderung meningkat
Pendidikan gizi masyarakat dan pemberian makanan
tambahan.
Peningkatan kasus gizi buruk Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit
untuk pelaksanaan tatalaksana anak gizi buruk.
Cakupan vitamin A rendah tapi
kapsul vitamin A masih tersedia
Segera mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas tsb
dan meminta untuk melakukan sweeping.
Cakupan Fe3 rendah Memerintahkan Puskesmas untuk lebih aktif
mendistribusikan tablet Fe3 kepada ibu hamil.
33. INDIKATOR KEBERHASILAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
TAHAP
TAHAP INDIKATOR
INDIKATOR
INPUT 1. Tersedianya laporan surveilans gizi dari tingkat desa.
2. Adanya tenaga pengelola data gizi di Kab/Kota.
3. Tersedianya biaya operasional surveilans gizi di Kab/Kota.
4. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data di
Kab/Kota.
PROSES 1. Dilaksanakannya pengolahan dan analisis data surveilans
gizi dari puskesmas.
2. Dilaksanakannya diseminasi informasi hasil surveilans gizi
lintas program dan lintas sektor setiap 6 bulan.
3. Adanya kebijakan dan tindak lanjut yang dilakukan lintas
program dan sektor terkait.
34. INDIKATOR KEBERHASILAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
TAHAP
TAHAP INDIKATOR
INDIKATOR
OUTPUT 1. Tersedianya data dan informasi status gizi bayi dan balita.
2. Tersedianya data balita 2T dan BGM.
3. Tersedianya data balita gizi buruk.
4. Tersedianya data cakupan balita di posyandu (D/S)
5. Tersedianya data jumlah kasus gizi buruk yang dirujuk dan
yang mendpt penanganan lebih lanjut.
6. Tersedianya data pendampingan keluarga penderita gizi
buruk pasca perawatan.
7. Terdistribusinya informasi status gizi bayi dan balita secara
berkala kepada lintas program dan lintas sektor terkait.
8. Tersedianya data cakupan kapsul vitamin A.
9. Tersedianya data cakupan tablet Fe3 pada bumil.
10.Tersusunnya rencana tindak lanjut penanganan masalah gizi
di wilayah Kabupaten/Kota.
35. INDIKATOR
INDIKATOR PEMBINAAN GIZI - KEMENKES
PEMBINAAN GIZI - KEMENKES
INDIKATOR
INDIKATOR
1. Persentase balita gizi buruk yang mendapat
perawatan
2. Persentase bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif
3. Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
beryodium
4. Persentase balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul
Vitamin A
5. Persentase ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi
6. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
survelians gizi
7. Persentase balita yang ditimbang berat badannya
(D/S)
8. Persentase penyediaan penyediaan buffer stock MP-