1. Dokumen ini membahas tentang kehadiran Tuhan yang tak terbatas walaupun dalam kondisi sulit seperti Yunus dalam perut ikan, Betsie dan Corrie di kamp konsentrasi, atau ketika seseorang di tempat seperti rumah sakit.
2. Kisah Yunus menunjukkan bahwa kegelapan dalam perut ikan tak menghalangi Tuhan hadir atau mencegah seseorang berdoa kepada-Nya.
3. Walaupun
1 of 7
Download to read offline
More Related Content
Farewell But Not Goodbye!.pptx
1. Farewell But Not Goodbye!
"Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan
sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7)
2. Pada Perang Dunia II,
Betsie dan Corrie ten
Boom ditawan dalam
kamp konsentrasi
Ravensbruck.
3. There is no pit so deep,
that God's love is not
deeper still.
"Tidak ada lubang yang
begitu dalam di mana
Tuhan tidak hadir di situ."
4. Yunus memang berada
dalam perut ikan karena
alasan ketidakpatuhan
pada panggilan Tuhan
(Ayat 1).
Doa si Nabi yang
menyadari kesalahannya
di Pasal 2, memberi
pesan kuat tentang
kesetiaan, belas kasih,
dan kemahahadiran
Tuhan yang tak
terbatas.
5. 1. Kegelapan di dasar lautan
dalam perut ikan tak sanggup
mencegah Dia hadir.
2. Tak menghalangi sebuah doa
dipanjatkan ke hadirat-Nya.
3. Di situ Yunus merasakan
doanya didengar, bahkan ia
merasa seperti sedang berdoa
di Bait Suci (ay. 7).
4. Jika Tuhan hadir, perut ikan
yang menyeramkan pun tetap
bisa berfungsi menjadi kapel
yang menenteramkan jiwa.
6. Tak jarang hidup ini membawa kita ke tempat-tempat yang tak dikehendaki.
Ada yang harus mendekam dalam tahanan, tidur di tenda pengungsian,
berada di ruang operasi atau bangsal rumah sakit, bahkan ruang jenazah dari
kekasih yang telah pergi. Kendatipun demikian, tempat-tempat itu tak pernah
dapat menjauhkan kita dari Tuhan. Ketika hidup ini menggiring ke tempat
paling bawah, itulah saat terbaik untuk menengadah ke atas-membisik doa-
dan dikuatkan.
Editor's Notes
#3: Elisabeth ten Boom (19 Agustus 1885 16 Desember 1944) adalah seorang wanita Belanda, putri dari pembuat arloki, yang mengalami penindasan pada masa rezim Nazi dalam Perang Dunia II, termasuk penahanan di kamp konsentrasi Ravensbr端ck, dimana ia wafat dalam usia 59. Sering dipanggil Betsie, ia mengidap pernicious anemia sejak lahir.[1] Sulung dari lima bersaudara Ten Boom, ia tak meninggalkan keluarganya dan menikah, namun masih bertahan di rumah sampai Perang Dunia II.[2] Ia adalah seorang Righteous Among the Nations.
Cornelia Arnolda Johanna "Corrie" ten Boom (15 April 1892 15 April 1983)[1] adalah seorang pembuat jam asal Belanda yang kemudian menjadi penulis Kristen sekaligus pembicara di publik, yang bekerja dengan ayahnya, Casper ten Boom, saudara perempuannya Betsie ten Boom dan anggota keluarga lainnya untuk membantu banyak Yahudi melarikan diri dari Nazi selama Holocaust di Perang Dunia II dengan menyembunyikan mereka di rumahnya. Dia percaya tindakannya mengikuti kehendak Tuhan. Mereka ditangkap, dan dia ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi Ravensbr端ck. Bukunya yang paling terkenal, The Hiding Place, adalah biografi yang menceritakan kisah upaya keluarganya dan bagaimana dia menemukan dan berbagi harapan kepada Tuhan saat dia dipenjarakan di kamp konsentrasi.
#4: Betsie adalah salah satu karakter utama dalam The Hiding Place, sebuah buku yang ditulis oleh adiknya Corrie ten Boom tentang pengalaman keluarganya pada Perang Dunia II.