Dokumen tersebut membahas tentang perspektif feminisme dalam menganalisis perwakilan gender dalam penelitian antropologi. Menurut feminisme, wanita seringkali digambarkan sebagai objek oleh budaya patriarki dan tidak diwakili sebagai subjek. Hal ini dikarenakan penelitian antropologi umumnya dilakukan dari sudut pandang laki-laki.
2. Feminisme dan Antropologi
• Disiplin antropologi curiga bahwa
penggambaran masyarakat selama ini lebih
banyak didefinisikan dari perspektif laki-laki
• Antropolog laki-laki, informan laki-laki
sehingga teori yang dihasilkan adalah bias
male centris
• Persoalannya bagaimana perempuan
digambarkan dalam riset etnografis? Dimana
posisi perempuan?
3. Perempuan Sebagai Objek
• Hasil etnografi merupakan konstruksi sosial
atas perilaku kebudayaan masyarakat
• Bagaimana dengan perempuan?
• Feminisme curiga bahwa perempuan
dikonstruksi menjadi perempuan oleh budaya
tertentu (patriarki) yang bersumber pada
pemikiran laki-laki (phalogosentrisme)
• Untuk itu, perempuan menjadi Diri, meng-Ada
dengan definisi yang diberikan oleh laki-laki
kepadanya
4. Budaya Patriarkal
• Melingkupi hampir semua institusi sosial
kehidupan manusia (pendidikan, perkawinan,
agama, dll)
• Posisi perempuan subordinat dan tidak
menguntungkan
• Patriarki menimbulkan mitos-mitos sosial yang
menghegemoni masyarakat dan meyakininya
sebagai kodrat alamiah (misal perempuan
harus melahirkan/bukannya bisa melahirkan)
5. Implikasi Pada Perempuan
• Suara perempuan menjadi tidak terdengar,
tidak terakomodir dan termarginalkan
• Representasi suatu masyarakat bukanlah
termasuk di dalamnya representasi yang
dibangun perempuan
• Perempuan menjadi objek dan bukan subjek
• Perempuan tidak diperkenankan memiliki
pandangan (menjadi Diri yang utuh versi
perempuan)
6. Patriarki, Kesetaraan dan Perbedaan
ï‚—Feminisme adalah suatu arena plural bagi
teori dan politik yang memiliki perspektif dan
preskripsi yang saling berkompetisis untuk
sebuah aksi.
ï‚—Feminisme sebagai suatu gerakan yang
berkepentingan untuk mengkonstruksi strategi
politis yang digunakan untuk melakukan
intervensi kedalam kehidupan sosial demi
mengabdi kepada kepentingan perempuan.
7. Feminisme Dalam Posmodernis
ï‚— Seks dan gender adalah konstruksi sosial dan
budaya yang tidak dapat dijelaskan dalam
konteks biologi atau direduksi menjadi fungsi
kapitalisme. (Nicholson, 1990; Weedon, 1997)
ï‚— Pemikiran anti-esensialis menyatakan feminitas
dan maskulinitas bukan merupakan kategori
universal dan abadi melainkan konstruksi
diskursif, yaitu cara mendeskripsikan dan
mendisiplinkan subjek manusia.
8. Seks, Gender dan Identitas
Seks mencakup berbagai bentuk
reduksionisme biologis yang menyatakan
bahwa struktur biokimia dan struktur genetis
manusia menentukan perilaku laki-laki dan
perempuan dengan cara yang pasti dan khas
(kemampuan bahasa, penilaian spasial, agresi,
dorongan seks, kemapuan untuk berfokus
kepada tugas atau mengaitkan kepada kedua
belahan otak).
9. Konstruksi Sosial Seks dan Gender
ï‚—Aliran feminisme lain menolak segala bentuk
esensialisme, dengan meyakini bahwa
feminitas dan maskulinitas semata-mata dan
hanya merupakan konstruksi sosial.
ï‚—Seks diyakini sebagai biologi tubuh, sementara
gender mengacu kepada asumsi dan praktik
budaya yang mengatur bahwa struktur sosial
laki-laki, perempuan dan relasi sosial mereka.