際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Filsafat ilmu
   Michael V. Berry
   The study of the inner logic if scientific theories, and
    the relations between experiment and theory, i.e. of
    scientific methods. (Penelaahan tentang logika
    interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-
    hubungan antara percobaan dan teori, yakni
    tentang metode ilmiah.)
   Lewis White Beck Philosophy of science
    questions and evaluates the methods of scientific
    thinking and tries to determine the value and
    significance of scientific enterprise as a whole.
    (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
    metode-metode pemikiran ilmiah serta
    mencoba menemukan dan pentingnya upaya
    ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
   Peter Caws , Filsafat ilmu merupakan suatu bagian
    filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang
    filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
    pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua
    macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-
    teori tentang manusia dan alam semesta, dan
    menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
    keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
    memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
    disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan
    atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,
    dengan harapan pada penghapusan ketakajegan
    dan kesalahan
   filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan
    yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
    hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
    ontologis, epistemelogis maupun
    aksiologisnya.
   Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana
    ujud yang hakiki dari obyek tersebut?
    Bagaimana hubungan antara obyek tadi
    dengan daya tangkap manusia yang
    membuahkan pengetahuan ? (Landasan
    ontologis
   Bagaimana proses yang memungkinkan
    ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
    Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang
    harus diperhatikan agar mendakan
    pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya?
    Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
    kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang
    membantu kita dalam mendapatkan
    pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan
    epistemologis)
   Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
    dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
    penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
    moral? Bagaimana penentuan obyek yang
    ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ?
    Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
    yang merupakan operasionalisasi metode
    ilmiah dengan norma-norma
    moral/profesional ? (Landasan aksiologis).
    (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
   Sebagai alat mencari kebenaran dari segala
    fenomena yang ada.
   Mempertahankan, menunjang dan melawan
    atau berdiri netral terhadap pandangan
    filsafat lainnya.
   Memberikan pengertian tentang cara hidup,
    pandangan hidup dan pandangan dunia
   Memberikan ajaran tentang moral dan etika
    yang berguna dalam kehidupan
   Menjadi sumber inspirasi dan pedoman
    untuk kehidupan dalam berbagai aspek
    kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi,
    politik, hukum dan sebagainya. Disarikan
    dari Agraha Suhandi (1989)
   fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
    landasan filosofik dalam memahami berbagi
    konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
    membekali kemampuan untuk membangun
    teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
    filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu:
    sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
    mendekripsikan relasi normatif antara
    hipotesis dengan evidensi dan theory of
    explanation yakni berupaya menjelaskan
    berbagai fenomena kecil ataupun besar secara
    sederhana
   (1) fakta atau kenyataan,
   (2) kebenaran (truth),
   (3) konfirmasi dan
   (4) logika inferensi.
Bergantung dari sudut pandang filosofis yang
  melandasinya.
 Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang
  nyata bila ada korespondensi antara yang sensual
  satu dengan sensual lainnya.

   Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan
    mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama,
    menjurus ke arah teori korespondensi yaitu
    adanya korespondensi antara ide dengan
    fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi
    moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan
    sistem nilai.
   Rasionalistik menganggap suatu sebagai
    nyata, bila ada koherensi antara empirik
    dengan skema rasional, dan
   Realisme-metafisik berpendapat bahwa
    sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara
    empiri dengan obyektif.
   Pragmatisme memiliki pandangan bahwa
    yang ada itu yang berfungsi
   Membedakan adanya fakta obyektif dan fakta
    ilmiah.
   Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau
    bagian realitas yang merupakan obyek
    kegiatan atau pengetahuan praktis manusia.
    Fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap
    fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang
    dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta
    obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah
    merupakan dasar bagi bangunan teoritis.
Secara tradisional, kita mengenal 3 teori
  kebenaran yaitu koherensi, korespondensi
  dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982).

Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran
 dalam ilmu, yaitu : kebenaran
 koherensi, kebenaran
 korespondensi, kebenaran
 performatif, kebenaran pragmatik dan
 kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir
 menambahkannya satu teori lagi yaitu
 kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
   Muhadjir menambahkannya satu teori lagi
    yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
   Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian
    atau keharmonisan antara sesuatu yang lain
    dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang
    lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik
    berupa skema, sistem, atau pun nilai.
   Koherensi ini bisa pada tatanan sensual
    rasional mau pun pada dataran transendental.
   Berfikir benar korespondensial adalah berfikir
    tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
    dengan sesuatu lain.
   Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya
    kejadian sejalan atau berlawanan arah antara
    fakta dengan fakta yang diharapkan, antara
    fakta dengan belief yang diyakini, yang
    sifatnya spesifik
   Ketika pemikiran manusia menyatukan
    segalanya dalam tampilan aktual dan
    menyatukan apapun yang ada
    dibaliknya, baik yang praktis yang
    teoritik, maupun yang filosofik, orang
    mengetengahkan kebenaran tampilan aktual.
    Sesuatu benar bila memang dapat
    diaktualkan dalam tindakan.
   Yang benar adalah yang konkret, yang
    individual dan yang spesifik dan memiliki
    kegunaan praktis.
   Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi
    banyak konsep kompleks, yang merentang
    dari yang subyektif individual sampai yang
    obyektif.
   Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-
    proposisinya benar. Dalam logika
    Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai
    dengan persyaratan formal suatu proposisi.
    Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa
    proposisi benar tidak dilihat dari benar
    formalnya, melainkan dilihat dari benar
    materialnya.
   perkembangan dari kebenaran
    korespondensi. Sampai sekarang analisis
    regresi, analisis faktor, dan analisis statistik
    lanjut lainnya masih dimaknai pada
    korespondensi unsur satu dengan lainnya.
    Padahal semestinya keseluruhan struktural tata
    hubungan itu yang dimaknai, karena akan
    mampu memberi eksplanasi atau inferensi
    yang lebih menyeluruh.
   Fungsi ilmu adalah menjelaskan,
    memprediksi proses dan produk yang akan
    datang, atau memberikan pemaknaan.
    Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan
    sebagai konfirmasi absolut atau probalistik
   absolut biasanya menggunakan asumsi,
    postulat, atau axioma yang sudah dipastikan
    benar.
   membuat penjelasan, prediksi atau
    pemaknaan untuk mengejar kepastian
    probabilistik dapat ditempuh secara
    induktif, deduktif, ataupun reflektif.
   adalah logika matematika, yang menguasai
    positivisme. Positivistik menampilkan
    kebenaran korespondensi antara fakta.
    Fenomenologi Russel menampilkan
    korespondensi antara yang dipercaya dengan
    fakta.
   tidak general sehingga inferensi penelitian
    berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan
    ideografik
   Post-positivistik dan rasionalistik
    menampilkan kebenaran koheren antara
    rasional, koheren antara fakta dengan skema
    rasio, Fenomena Bogdan dan Guba
    menampilkan kebenaran koherensi antara
    fakta dengan skema moral. Realisme metafisik
    Popper menampilkan kebenaran struktural
    paradigmatik rasional universal dan Noeng
    Muhadjir mengenalkan realisme metafisik
    dengan menampilkan kebenaranan struktural
    paradigmatik moral transensden.
    (Ismaun,200:9)
   Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih
    kalau penarikan kesimpulan tersebut
    dilakukan menurut cara tertentu, yakni
    berdasarkan logika.
   Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam
    2 bagian, yaitu logika induksi dan logika
    deduksi
   Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang
    dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2)
    meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.

   Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E
    (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi
    bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan
    sebagai kepanjangan ide manusia
   Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan
    produk seni atau keindahan sebagai salah satu
    tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain
    kognitif dan produk alasan praktis.

   Produk domain kognitif murni tampil
    memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis.
    Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah
    koheren dengan moral. Produk alasan praktis
    tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien
    dan produktif
Filsafat ilmu

More Related Content

Filsafat ilmu

  • 2. Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan- hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
  • 3. Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
  • 4. Peter Caws , Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori- teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
  • 5. filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya.
  • 6. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis
  • 7. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • 8. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
  • 9. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia
  • 10. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
  • 11. fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana
  • 12. (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
  • 13. Bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya. Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya. Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
  • 14. Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif. Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi
  • 15. Membedakan adanya fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis.
  • 16. Secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
  • 17. Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
  • 18. Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
  • 19. Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
  • 20. Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
  • 21. Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
  • 22. Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi- proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
  • 23. perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
  • 24. Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar.
  • 25. membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
  • 26. adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik
  • 27. Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
  • 28. Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi
  • 29. Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu. Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia
  • 30. Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis. Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif