2. Pengertian
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa
Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan
bahwa yang benar adalah apa yang bermanfaat secara
praktis.
Aliran ini bersedia menerima segala hal bila membawa
akibat praktis.
Patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup
praktis.
4. Inti Pemikiran Aliran Pragmatis
dalam Pendidikan
Dewey dalam bukunya The School and Society (1976: 39-
40) menyatakan bahwa:
[kita harus] membuat setiap sekolah kita sebagai embrio
kehidupan masyarakat, aktif dengan tipe-tipe pekerjaan
yang merefleksikan kehidupan dalam masyarakat pada
umumnya dan menyebarkan semangat seni, sejarah dan
pengembangan ilmu ke semua orang. Ketika sekolah
memperkenalkan dan melatih tiap anak dalam masyarakat
menjadi bagian dari masyarakat dengan belajar dari
masyarakat kecil di sekolah, memenuhkan dia dengan
spirit melayani dan menyediakan baginya instrumen-
instrumen yang efektif agar dapat digunakan secara
pribadi, kita dapat berharap dengan baik tentang suatu
masyarakat besar yang layak, penuh cinta dan harmoni.
5. Pragmatisme Pendidikan yang dipelopori oleh filsuf
Amerika John Dewey didasarkan pada perubahan, proses,
relatifitas, dan rekonstruksi pengalaman.
Pragmatisme pendidikan Dewey dipengaruhi oleh teori
evolusi Charles Darwin bahwa semua makhluk hidup baik
secara biologis maupun sosiologis memiliki naluri untuk
bertahan hidup dan untuk berkembang. Setiap organisme
hidup di dalam habitat atau lingkungannya.
Dalam proses kehidupan, organisme manusia mengalami
situasi-situasi yang problematik sebagai ancaman bagi
kelanjutan eksistensinya.
Manusia yang sukses dalam hal ini adalah yang mampu
memecahkan masalah-masalah itu dan menambahkan
rincian-rincian dari proses-proses pemecahan masalah
yang berbeda-beda ke dalam gudang pengalaman-
pengalamannya untuk digunakan menghadapi masalah-
masalah yang mungkin saja mirip di masa akan datang.
6. Dalam filsafat pendidikan John Dewey, pengalaman
adalah kata kunci. Pengalaman dapat didefinisikan
sebagai interaksi antara makhluk manusia dengan
lingkungannya. Dalam pandangan Darwin, untuk
hidup tergantung dari kemampuan memecahkan
masalah-masalah, maka Dewey memandang bahwa
pendidikan menjadi tempat pelatihan bagi
ketrampilan-ketrampilan dan metode-metode
pemecahan masalah (problem solving skills and
methods).
7. Dewey menekankan metodologi yang berhubungan
dengan proses pemecahan masalah. Belajar berarti
seseorang terlibat di dalam pemecahan masalah.
Dalam epistemologi eksperimental menurut Dewey,
siswa/pelajar, baik sebagai individu maupun anggota
kelompok menggunakan metode-metode ilmu untuk
memecahkan baik masalah pribadi maupun masalah
sosial.
8. Menurut Dewey, anak-anak belajar lebih banyak dan lebih cepat
ketika guru mendorong rasa keingintahuan alami mereka, bukan
menjadikan mereka sebagai subjek yang kaku dan berdisiplin
dengan cara-cara memberikan hukuman secara tradisional
seperti dalam pendidikan abad ke-19 pada umumnya. Oleh
karena itu, ia menggunakan permainan dan bentuk-bentuknya
yang beragam sebagai alat belajar. Dari situlah, ia membentuk
metodologi pendidikan modern abad ke-20. Dalam
pengamatannya, ia menemukan bahwa cara anak-anak belajar
banyak hal adalah sama dengan orang dewasa, yang berbeda
hanyalah informasi yang mereka butuhkan untuk memecahkan
masalah-masalah yang mereka mengerti dalam sudut pandang
mereka sendiri. Oleh karena itu, pendidikan menurutnya
bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, tetapi akan bermakna
dalam rangka pemecahan masalah-masalah.
9. Sumbangan Prakmatisme bagi
Pendidikan
a. Dewey melahirkan konsep baru tentang kesosialan pendidikan.
Disini dijelaskan bahwa pendidikan memiliki fungsi sosial yang
dinyatakan oleh Plato dalam bukunya, Republic, dan selanjutnya oleh
banyak penulis disebutkan sebagai teori pendidikan yang umum.
Tetapi Dewey lebih dari itu, bahwa pendidikan adalah instrumen
potensial tidak hanya sekedar untuk konservasi masyarakat,
melainkan juga untuk pembaharuannya. Ini ternyata menjadi doktrin
yang akhirnya diakui sebagai demokrasi, dimana Dewey memperoleh
kredit yang tinggi dalam hal ini. Selanjutnya hubungan yang erat
antara pendidikan dan masyarakat; bahwa pendidikan harus
terefleksikan dalam menajemennya dan dalam kehidupan di sekolah
terefleksi prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang memotivasi
masyarakat. Akhirnya proses pembelajaran adalah lebih tepat
disuasanakan sebagai aktivitas sosial, sehingga iklim kerja sama dan
timbal balik menggeser suasana kompetensi dan keterasingan dalam
memperoleh pengetahuan.
10. b. Dewey memberikan bentuk baru
terhadap konsep keberpusatan pada anak.
Dalam hal ini pemikiran Dewey berdasar
pada landasan-lndasan filosofis, sehingga
lebih kuat jika dibandingkan dengan para
pendahulunya. Demikian pula pada sebuah
penelitiannya tentang anak menjadi lebih
meyakinkan dengan dukungan pendekatan
keilmuan dan tidak terkesan sentrimental.
11. c. Proyek dan problem solving yang mekar dari sentral
konsep Dewey tentang pengalaman telah diterima
sebagai bagian dalam tekhnik pembelajaran di kelas.
Meskipun bukan sebagai pencetus, namun Dewey
membangunnya sebagai alat pembelajaran yang lebih
sempurna dengan memberi kerangka teoritik dan
berbasis eksperimen. Dengan demikian, Deweylah
yang telah membawa orang menjadi tetarik untuk
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-
hari di sekolah, termasuk digalakannya kegiatan
berlatih menggunakan inteligensi dalam rangka
penemuan.