際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Filsafat pragmatisme
Pengertian
 Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa
  Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.
 Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan
  bahwa yang benar adalah apa yang bermanfaat secara
  praktis.
 Aliran ini bersedia menerima segala hal bila membawa
  akibat praktis.
 Patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup
  praktis.
Tokoh
 1.William James (1842-1910 M)

 2.John Dewey (1859-1952 M)
Inti Pemikiran Aliran Pragmatis
          dalam Pendidikan
 Dewey dalam bukunya The School and Society (1976: 39-
 40) menyatakan bahwa:
 [kita harus] membuat setiap sekolah kita sebagai embrio
 kehidupan masyarakat, aktif dengan tipe-tipe pekerjaan
 yang merefleksikan kehidupan dalam masyarakat pada
 umumnya dan menyebarkan semangat seni, sejarah dan
 pengembangan ilmu ke semua orang. Ketika sekolah
 memperkenalkan dan melatih tiap anak dalam masyarakat
 menjadi bagian dari masyarakat dengan belajar dari
 masyarakat kecil di sekolah, memenuhkan dia dengan
 spirit melayani dan menyediakan baginya instrumen-
 instrumen yang efektif agar dapat digunakan secara
 pribadi, kita dapat berharap dengan baik tentang suatu
 masyarakat besar yang layak, penuh cinta dan harmoni.
 Pragmatisme Pendidikan yang dipelopori oleh filsuf
  Amerika John Dewey didasarkan pada perubahan, proses,
  relatifitas, dan rekonstruksi pengalaman.
 Pragmatisme pendidikan Dewey dipengaruhi oleh teori
  evolusi Charles Darwin bahwa semua makhluk hidup baik
  secara biologis maupun sosiologis memiliki naluri untuk
  bertahan hidup dan untuk berkembang. Setiap organisme
  hidup di dalam habitat atau lingkungannya.
 Dalam proses kehidupan, organisme manusia mengalami
  situasi-situasi yang problematik sebagai ancaman bagi
  kelanjutan eksistensinya.
 Manusia yang sukses dalam hal ini adalah yang mampu
  memecahkan masalah-masalah itu dan menambahkan
  rincian-rincian dari proses-proses pemecahan masalah
  yang berbeda-beda ke dalam gudang pengalaman-
  pengalamannya untuk digunakan menghadapi masalah-
  masalah yang mungkin saja mirip di masa akan datang.
 Dalam filsafat pendidikan John Dewey, pengalaman
 adalah kata kunci. Pengalaman dapat didefinisikan
 sebagai interaksi antara makhluk manusia dengan
 lingkungannya. Dalam pandangan Darwin, untuk
 hidup tergantung dari kemampuan memecahkan
 masalah-masalah, maka Dewey memandang bahwa
 pendidikan menjadi tempat pelatihan bagi
 ketrampilan-ketrampilan dan metode-metode
 pemecahan masalah (problem solving skills and
 methods).
 Dewey menekankan metodologi yang berhubungan
 dengan proses pemecahan masalah. Belajar berarti
 seseorang terlibat di dalam pemecahan masalah.
 Dalam epistemologi eksperimental menurut Dewey,
 siswa/pelajar, baik sebagai individu maupun anggota
 kelompok menggunakan metode-metode ilmu untuk
 memecahkan baik masalah pribadi maupun masalah
 sosial.
 Menurut Dewey, anak-anak belajar lebih banyak dan lebih cepat
  ketika guru mendorong rasa keingintahuan alami mereka, bukan
  menjadikan mereka sebagai subjek yang kaku dan berdisiplin
  dengan cara-cara memberikan hukuman secara tradisional
  seperti dalam pendidikan abad ke-19 pada umumnya. Oleh
  karena itu, ia menggunakan permainan dan bentuk-bentuknya
  yang beragam sebagai alat belajar. Dari situlah, ia membentuk
  metodologi pendidikan modern abad ke-20. Dalam
  pengamatannya, ia menemukan bahwa cara anak-anak belajar
  banyak hal adalah sama dengan orang dewasa, yang berbeda
  hanyalah informasi yang mereka butuhkan untuk memecahkan
  masalah-masalah yang mereka mengerti dalam sudut pandang
  mereka sendiri. Oleh karena itu, pendidikan menurutnya
  bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, tetapi akan bermakna
  dalam rangka pemecahan masalah-masalah.
Sumbangan Prakmatisme bagi
           Pendidikan
 a. Dewey melahirkan konsep baru tentang kesosialan pendidikan.
  Disini dijelaskan bahwa pendidikan memiliki fungsi sosial yang
  dinyatakan oleh Plato dalam bukunya, Republic, dan selanjutnya oleh
  banyak penulis disebutkan sebagai teori pendidikan yang umum.
  Tetapi Dewey lebih dari itu, bahwa pendidikan adalah instrumen
  potensial tidak hanya sekedar untuk konservasi masyarakat,
  melainkan juga untuk pembaharuannya. Ini ternyata menjadi doktrin
  yang akhirnya diakui sebagai demokrasi, dimana Dewey memperoleh
  kredit yang tinggi dalam hal ini. Selanjutnya hubungan yang erat
  antara pendidikan dan masyarakat; bahwa pendidikan harus
  terefleksikan dalam menajemennya dan dalam kehidupan di sekolah
  terefleksi prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang memotivasi
  masyarakat. Akhirnya proses pembelajaran adalah lebih tepat
  disuasanakan sebagai aktivitas sosial, sehingga iklim kerja sama dan
  timbal balik menggeser suasana kompetensi dan keterasingan dalam
  memperoleh pengetahuan.
 b. Dewey memberikan bentuk baru
 terhadap konsep keberpusatan pada anak.
 Dalam hal ini pemikiran Dewey berdasar
 pada landasan-lndasan filosofis, sehingga
 lebih kuat jika dibandingkan dengan para
 pendahulunya. Demikian pula pada sebuah
 penelitiannya tentang anak menjadi lebih
 meyakinkan dengan dukungan pendekatan
 keilmuan dan tidak terkesan sentrimental.
 c. Proyek dan problem solving yang mekar dari sentral
 konsep Dewey tentang pengalaman telah diterima
 sebagai bagian dalam tekhnik pembelajaran di kelas.
 Meskipun bukan sebagai pencetus, namun Dewey
 membangunnya sebagai alat pembelajaran yang lebih
 sempurna dengan memberi kerangka teoritik dan
 berbasis eksperimen. Dengan demikian, Deweylah
 yang telah membawa orang menjadi tetarik untuk
 menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-
 hari di sekolah, termasuk digalakannya kegiatan
 berlatih menggunakan inteligensi dalam rangka
 penemuan.

More Related Content

Filsafat pragmatisme

  • 2. Pengertian Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala hal bila membawa akibat praktis. Patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis.
  • 3. Tokoh 1.William James (1842-1910 M) 2.John Dewey (1859-1952 M)
  • 4. Inti Pemikiran Aliran Pragmatis dalam Pendidikan Dewey dalam bukunya The School and Society (1976: 39- 40) menyatakan bahwa: [kita harus] membuat setiap sekolah kita sebagai embrio kehidupan masyarakat, aktif dengan tipe-tipe pekerjaan yang merefleksikan kehidupan dalam masyarakat pada umumnya dan menyebarkan semangat seni, sejarah dan pengembangan ilmu ke semua orang. Ketika sekolah memperkenalkan dan melatih tiap anak dalam masyarakat menjadi bagian dari masyarakat dengan belajar dari masyarakat kecil di sekolah, memenuhkan dia dengan spirit melayani dan menyediakan baginya instrumen- instrumen yang efektif agar dapat digunakan secara pribadi, kita dapat berharap dengan baik tentang suatu masyarakat besar yang layak, penuh cinta dan harmoni.
  • 5. Pragmatisme Pendidikan yang dipelopori oleh filsuf Amerika John Dewey didasarkan pada perubahan, proses, relatifitas, dan rekonstruksi pengalaman. Pragmatisme pendidikan Dewey dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin bahwa semua makhluk hidup baik secara biologis maupun sosiologis memiliki naluri untuk bertahan hidup dan untuk berkembang. Setiap organisme hidup di dalam habitat atau lingkungannya. Dalam proses kehidupan, organisme manusia mengalami situasi-situasi yang problematik sebagai ancaman bagi kelanjutan eksistensinya. Manusia yang sukses dalam hal ini adalah yang mampu memecahkan masalah-masalah itu dan menambahkan rincian-rincian dari proses-proses pemecahan masalah yang berbeda-beda ke dalam gudang pengalaman- pengalamannya untuk digunakan menghadapi masalah- masalah yang mungkin saja mirip di masa akan datang.
  • 6. Dalam filsafat pendidikan John Dewey, pengalaman adalah kata kunci. Pengalaman dapat didefinisikan sebagai interaksi antara makhluk manusia dengan lingkungannya. Dalam pandangan Darwin, untuk hidup tergantung dari kemampuan memecahkan masalah-masalah, maka Dewey memandang bahwa pendidikan menjadi tempat pelatihan bagi ketrampilan-ketrampilan dan metode-metode pemecahan masalah (problem solving skills and methods).
  • 7. Dewey menekankan metodologi yang berhubungan dengan proses pemecahan masalah. Belajar berarti seseorang terlibat di dalam pemecahan masalah. Dalam epistemologi eksperimental menurut Dewey, siswa/pelajar, baik sebagai individu maupun anggota kelompok menggunakan metode-metode ilmu untuk memecahkan baik masalah pribadi maupun masalah sosial.
  • 8. Menurut Dewey, anak-anak belajar lebih banyak dan lebih cepat ketika guru mendorong rasa keingintahuan alami mereka, bukan menjadikan mereka sebagai subjek yang kaku dan berdisiplin dengan cara-cara memberikan hukuman secara tradisional seperti dalam pendidikan abad ke-19 pada umumnya. Oleh karena itu, ia menggunakan permainan dan bentuk-bentuknya yang beragam sebagai alat belajar. Dari situlah, ia membentuk metodologi pendidikan modern abad ke-20. Dalam pengamatannya, ia menemukan bahwa cara anak-anak belajar banyak hal adalah sama dengan orang dewasa, yang berbeda hanyalah informasi yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka mengerti dalam sudut pandang mereka sendiri. Oleh karena itu, pendidikan menurutnya bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, tetapi akan bermakna dalam rangka pemecahan masalah-masalah.
  • 9. Sumbangan Prakmatisme bagi Pendidikan a. Dewey melahirkan konsep baru tentang kesosialan pendidikan. Disini dijelaskan bahwa pendidikan memiliki fungsi sosial yang dinyatakan oleh Plato dalam bukunya, Republic, dan selanjutnya oleh banyak penulis disebutkan sebagai teori pendidikan yang umum. Tetapi Dewey lebih dari itu, bahwa pendidikan adalah instrumen potensial tidak hanya sekedar untuk konservasi masyarakat, melainkan juga untuk pembaharuannya. Ini ternyata menjadi doktrin yang akhirnya diakui sebagai demokrasi, dimana Dewey memperoleh kredit yang tinggi dalam hal ini. Selanjutnya hubungan yang erat antara pendidikan dan masyarakat; bahwa pendidikan harus terefleksikan dalam menajemennya dan dalam kehidupan di sekolah terefleksi prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang memotivasi masyarakat. Akhirnya proses pembelajaran adalah lebih tepat disuasanakan sebagai aktivitas sosial, sehingga iklim kerja sama dan timbal balik menggeser suasana kompetensi dan keterasingan dalam memperoleh pengetahuan.
  • 10. b. Dewey memberikan bentuk baru terhadap konsep keberpusatan pada anak. Dalam hal ini pemikiran Dewey berdasar pada landasan-lndasan filosofis, sehingga lebih kuat jika dibandingkan dengan para pendahulunya. Demikian pula pada sebuah penelitiannya tentang anak menjadi lebih meyakinkan dengan dukungan pendekatan keilmuan dan tidak terkesan sentrimental.
  • 11. c. Proyek dan problem solving yang mekar dari sentral konsep Dewey tentang pengalaman telah diterima sebagai bagian dalam tekhnik pembelajaran di kelas. Meskipun bukan sebagai pencetus, namun Dewey membangunnya sebagai alat pembelajaran yang lebih sempurna dengan memberi kerangka teoritik dan berbasis eksperimen. Dengan demikian, Deweylah yang telah membawa orang menjadi tetarik untuk menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran sehari- hari di sekolah, termasuk digalakannya kegiatan berlatih menggunakan inteligensi dalam rangka penemuan.