ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Sistem Digesti
(Pencernaan)
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
Sistem pencernaan
• Saluran pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan
makanan, kebiasaan makan, serta umur
Bentuk tubuh berkaitan dengan lambungnya seperti ikan sidat dan ikan
kakap
Kebiasaan makanan mempengaruhi perbedaan diantaranya pada
struktur gigi, struktur tapis insang dan panjang usus
Umur menjadi pembatas yaitu pada stadia larva dan dewasa. Hal ini
terlihat sangat jelas.
Lambung merupakan salah satu organ penting dalam sistem
pencernaan . Lambung berkaitan dengan seberapa besar
penampungan makanan yang dapat dilakukan oleh ikan.
Usus pada ikan berbeda beda berkaita dengan kebiasaan makanannya.
Pada herbivora panjang usus beberapa kali lipat dari panjang tubuhnya
dibandingkan pada ikan karnivora
Tetapi ada lambung palsu….apa itu? Cari.
Perkembangan pencernaan
Chen (2006), fluktuasi aktivitas enzim menjelaskan adanya
diferensiasi pada fase larva, masa perubahan morfologi dalam organ
pencernaan dan organ yang terkait. Sebelum lambung dan kelenjar
lambung terdiferensiasi, secara umum larva yang bersifat planktonik
mencerna makanan dengan menggunakan organ pancreas dan enzim
usus (Kurokawa dan Suzuki, 1996, 1998; Anand et al., 2002), dan
dengan penyerapan secara intrasel pada bagian depan usus (Tanaka,
1972; Watanabe, 1981, 1982).
Perkembangan alat pencernaan sejalan dengan pola pertumbuhan
larva artinya ……?
Saluran pencernaan larva umumnya hanyalah berbentuk saluran
(tabung) dari rongga mulut sampai anus pada saat setelah menetas
(Stroband dan Dabrowski, 1979).
2. Cari bagaimana perkembangan saluran pencernaan ikan (harus
Beda).
Pada tahap awal kehidupan, enzim pankreas seperti tripsin, amilase dan lipase,
sangat penting untuk pencernaan ikan larva, karena pada tahap ini saluran
pencernaan masih belum fungsional dalam beberapa spesies ikan (Zambonino-
Infante & Cahu, 2001).
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
ApakahSumberMakanan
Larva?
1.KuningTelur(endogeneous
Feeding)
2.PakanAlamidanPakanBuatan
(EksogeneousFeeding)
3.BagaimanaStrateginya
• Effendie, (1997), mengatakan bahwa perkembangan larva terdiri dari
dua tahap yaitu prolarva dan post larva. Prolarva adalah larva yang
masih mempunyai kuning telur dan tubuh transparan. Post larva
adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan organ-organ
tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk
menyerupai ikan dewasa.
• Parameter perkembangan larva yang diamati adalah volume kuning
telur, butiran minyak, panjang total, tinggi, lebar bukaan mulut dan
diameter mata. Pengamatan volume kuning telur dan butiran
minyak dilakukan setiap tiga jam. Setiap kali pengamatan diambil
larva sebanyak 10 ekor.
• Volume kuning telur dan butiran minyak diukur dengan formula dari
Khono, Hara and Taki (19S6) yaitu:
Dan V : V: volume, L: panjang kuning telur,
• H : tinggi kuning telur, r : diameter dan π: 3,14.
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
• Penyerapan kuning telur dan butiran minyak larva ikan kerapu bebek, lebih
cepat pada awal penyerapan sampai umur 33 jam setelah menetas,
kemudian penyerapan mulai lambat sampai kuning telur habis. Cepatnya
penerapan kuning telur ini, erat hubungannya dengan pertumbuhan larva
• Ketika larva berumur lebih dari 33 jam, sumber nutrien dari kuning telur
lebih banyak digunakan untuk pemeliharaan, pembentukan organorgan
tubuh dan larva mulai aktifberenang. Sesuai dengan Kohno et al., (1986)
melaporkan, cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal
tergantung kepada cepatnya penyerapan kuning telur
• Pada tahap penetasan, larva kerapu kecil dan rapuh dengan cadangan
makanan dari yolk sac (Ordonio-Aguilar et al., 1995). Kombinasi faktor ini
dianggap menjadi penyebab mendasar dari kematian yang tinggi dan
pertumbuhan yang lambat selama pemeliharaan larva (Kohno et al., 1997).
Struktur morfologi pada saluran pencernaan larva ikan lebih kompleks
karena disertai oleh adanya aktivitas enzim (Timeyko dan Novikov, 1987).
Spesies ikan yang berbeda memiliki pencernaan yang berbeda serta
kemampuan mencerna yang berbeda karena perbedaan dalam struktur
saluran pencernaan mereka dan dalam cara mereka makan (Eusebio et al.,
2004).
• Kematian yang tinggi yang terjadi pada stadia awal larva
berhubungan dengan faktor makanan setelah habis persediaan
makanan dari yolk sac (Kohno et al., 1997).
• Larva adalah anak ikan yang baru menetas dari telur berukuran
sangat kecil dan membawa cadangan makanan pada tubuhnya
berupa kuning telur dan butiran minyak. Pada fase larva organ –
organ tubuhnya belum sempurna karena masih dalam proses
perkembangan. Pada fase ini jika larva tidak menemukan makanan
dari luar pada saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis
maka larva tersebut akan mati. Oleh karena itu pada fase ini harus
dapat diberikan pakan yang tepat jenisnya, tepat ukurannya sesuai
dengan bukaan mulut larva dan mempunyai kandungan gizi yang
tinggi karena pada fase larva masih dalam prose perkembangan
seluruh organ-organ tubuh larva.
• Pada fase larva pakan yang dikonsumsi oleh larva digunakan untuk
proses morfogenesis, organogenesis dan metamorfosis. Oleh
karena itu pakan yang diberikan pada larva harus benar-benar
sesuai dengan ukuran bukaan mulut larva, mempunyai kandungan
gizi yang tinggi. Pada fase larva belum banyak terjadi pertumbuhan
karena seluruh energi yang diperoleh digunakan untuk ketiga proses
tersebut.
• Organ pencernaan pada fase larva belum sempurna dimana saluran
pencernaan dan mulut belum terbuka secara sempurna.
Oleh karena itu dalam menentukan jenis pakan yang tepat harus diperhatikan tentang :
1. Perkembangan bukaan mulut larva agar dapat menetapkan pakan yang tepat, pada umur berapa, jenis
pakan dan ukuran pakan. Bukaan mulut larva ini berkaitan dengan kemampuan larva untuk memangsa pakan
yang berasal dari luar. Ukuran pakan yang dapat dimangsa oleh larva biasanya adalah berkisar antara 30 – 50%
dari bukaan mulut larva, misalnya ukuran bukaan mulut larva adalah 1 cm, maka pakan yang dapat dimangsa
oleh larva ikan maksimal berukuran 3 - 5 mm.
2. Kemampuan mencerna larva sangat dipengaruhi oleh enzim pencerna, produksi enzim dalam tubuh larva
tubuh larva yang ditentukan oleh kelenjar enzim belum sempurna, oleh karena itu larva belum mampu
mencerna pakan yang masuk kedalam tubuhya. Berdasarkan hasil penelitian larva ikan lele, lambungnya baru
terbentuk pada usia 12 hari oleh karena itu pada usia larva belum ada enzim yang dapat mencerna makanan
didalam tubuhnya dan pada fase tersebut pakan yang tepat diberikan adalah pakan alami yang didalam tubuh
pakan alami terdapat enzim yang dapat mencerna makanan.
3. Pada fase larva mata belum berkembang secara sempurna sehingga untuk mendeteksi keberadaan pakan
didalam media pemeliharaan sangat terbatas. Oleh karena itu pada fase larva sebaiknya dipelihara pada wadah
yang ukurannya terbatas dan kepadatan pakan alami didalam media pemeliharaan cukup tinggi, agar larva
dapat mengkonsumsi pakan.
Berdasarkan uraian diatas maka jenis pakan yang tepat diberikan kepda larva ikan air tawar adalah pakan alami
karena pakan alami :
• 1. Mempunyai bentuk dan ukuran yang kecil sesuai dengan bukaan mulut larva.
• 2. Kandungan gizinya lengkap dan cukup tinggi sangat dibutuhkan untuk proses perkembangan tubuh
larva.
• 3. Isi selnya padat dan mempunyai dinding sel yang tipis sehingga mudah diserap, didalam tubuh pakan
alami terdapat enzim yang dapat melakukan autolisis sendiri sehingga dapat mudah dicerna oleh larva.
• 4. Tidak menyebabkan penurunan kualitas air, karena pakan alami selama berada dalam media
pemeliharaan larva tidak mengeluarkan senyawa beracun.
• 5. Pergerakan pakan alami relatif tidak terlalu aktif sehingga sangat mudah untuk ditangkap oleh larva.
• 6. Meningkatkan daya tahan larva terhadap penyakit dan perubahan kualitas air
• 7. Ketersediaan pakan alami relatif mudah dilakukan pembudidayaan karena cepat perkembangbiakannya
dan mudah membudidayakannya.
• Oleh karena itu jenis pakan yang tepat diberikan kepada larva ikan air tawar adalah pakan alami dari
kelompok zooplankton . Jenis-jenis pakan alami yang biasa diberikan kepada larva ikan air tawar antara lain
adalah Artemia salina, Daphnia, moina dan rotifer. Ukuran nauplii Artemia salina kurang lebih adalah
500 μm, Daphnia berukuran 2 kali lipat dari Moina, ukuran Moina dewasa adalah 700 – 1000 μm, sedangkan
Moina muda berukuran kurang dari 400 μm, ukuran rotifer air tawar adalah 130 – 340 μm.
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
EXOGENOUSFEEDING(PEMANGSAAN)
Tipe-tipe exogenous feeding
• Predatory snapping
• Respiratory current (penyaringan dengan gill
rakers)
• Ciliary current (olfactory pits)
17
Kebutuhan Pakan Larva
• feeding rate yang berarti jumlah pemberian pakan perhari
berdasarkan persentase dari bobot biomas. Biasanya feeding
rate pada ikan akan semakin besar jika ukuran ikannya
semakin kecil jadi feeding rate untuk larva ikan berbeda
dengan feefing rate untuk benih ikan. Pemberian pakan pada
larva ikan biasanya tidak diperhitungkan dosis pemberian
pakannya jika diberikan pakan alami, tetapi hanya frekuensi
pemberian pakannya diberikan tiga sampai empat kali sehari.
• Dosis pemberian pakan larva ikan dengan metode ad
libitum biasanya diterapkan pada pemeliharaan larva untuk
mengurangi mortalitas larva didalam wadah pemeliharaan.
1. Menghitung bobot biomassa larva ikan
Dari data sampling diketahui berat rata-rata larva ikan yang dipelihara pada wadah
pemeliharaan dan jumlah larva yang ditebar pada awal pemeliharaan. Untuk
menghitung bobot biomasa larva ikan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
BM = Nt X Wt
dimana : BM = bobot biomasa (gr/kg)
Nt = populasi (ekor)
Wt = Bobot rata-rata (gr/kg)
2. Menentukan jumlah populasi (Nt) dengan cara menghitung ikan yang mati
dengan rumus :
Nt = No – D
dimana Nt = populasi waktu t (ekor)
No = jumlah ikan yang ditebarkan (ekor)
D = jumlah ikan yang mati (ekor)
3. Menentukan bobot rata-rata dari hasil sampling
4. Menetapkan feeding rate (FR) 3-5%
5. Menetukan jumlah pakan harian, yang dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah pakan harian (kg) = FR X BM ,
dimana FR = Feeding rate (%)
BM = Bobot biomassa (kg)
Sifat makanlarva
• Umumnya adalah predator (bukaan rahang/mulut
besar dan mata yang berkembang baik)
• Herbivor ???
• Fitoplankton dalam lambung:
= masuk tidak disengaja
= feses jasad yang dimangsa
= gill rakers sudah berfungsi
• Pemakan bahan organik terlarut
• Sel mucus dalam buccal cavity (osmosis/ osmoregulasi)
20
Lambunglarva kosong
• larva yang sedang mengalami point of no return
(weaker feeder)
• pencernaan cepat lambung cepat kosong
• ketika ditangkap mengalami defekasi
• ritme makan diurnal (siang atau malam)
Waktumakanharian larva
• makan setiap saat
• waktu tertentu
= diurnal: siang vs malam
= pagi, siang, sore, malam
22
Faktoryangmempengaruhiwaktumakanlarva
• ketersediaan makanan di sekitarnya
• kemampuan visual (mata)
• intensitas cahaya
• latar belakang (kontras vs kamuflase)
• suhu
• oksigen
23
Metode penentuan waktu makan
• pemerikasaan lambung: jenis dan jumlah jasad
pakan
• penentuan laju pengosongan lambung
• penentuan waktu dan periode pengambilan
contoh
• plotting jenis dan jumlah jasad pakan dalam
labung terhadap waktu
• Periode makan: jam/hari
24
Laju pengosongan lambung:
Vt = Vo.e-kt
• Vt: volume isi lambung pada waktu ke-t
• Vo: volume isi lambung pada waktu penuh
(maksimum)
• k: laju pengosongan
• t: waktu pengamatan
25
FITILALA
Isi lambungkosong mudahdiketahui:
• larva transparan
• pewarnaan makanan feses berwarna
• Non-assimilable markers:
= chromic oxide
= powdered platinum
= metalic iron powder
= radioisotop 14C
26
Volume lambung
Waktu
Kemampuan Pemangsaan (Feeding Ability)
Intrinsik
• Ukuran tubuh
• Bukaan mulut
• Kelengkapan organ
Ekstrinsik
• Kualitas air
• Pakan
27
FITILALA
Bukaan Mulut
MH
Pengukuran bukaan mulut larva ikan menggunakan formula
seperti dalam Shirota 1970 yaitu : MH (900) = UJ x √2 dan
MH (450) = UJ x 2 sin (45/2); dimana: UJ: Upper Jaw (rahang
atas) and MH: Mouth Height (tinggi mulut).
ATAU
• Kohno et. Al (1990), menyatakan bahwa ukuran rotifera yang
disukai oleh larva ikan kakap ketika pertama kali makan adalah
33-35% dari ukuran bukaan mulut, larva baronang 62,5% dari
ukuran bukaan mulut
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan
Strategi
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan

More Related Content

fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan makan larva ikan

  • 4. Sistem pencernaan • Saluran pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan makanan, kebiasaan makan, serta umur Bentuk tubuh berkaitan dengan lambungnya seperti ikan sidat dan ikan kakap Kebiasaan makanan mempengaruhi perbedaan diantaranya pada struktur gigi, struktur tapis insang dan panjang usus Umur menjadi pembatas yaitu pada stadia larva dan dewasa. Hal ini terlihat sangat jelas. Lambung merupakan salah satu organ penting dalam sistem pencernaan . Lambung berkaitan dengan seberapa besar penampungan makanan yang dapat dilakukan oleh ikan. Usus pada ikan berbeda beda berkaita dengan kebiasaan makanannya. Pada herbivora panjang usus beberapa kali lipat dari panjang tubuhnya dibandingkan pada ikan karnivora Tetapi ada lambung palsu….apa itu? Cari.
  • 5. Perkembangan pencernaan Chen (2006), fluktuasi aktivitas enzim menjelaskan adanya diferensiasi pada fase larva, masa perubahan morfologi dalam organ pencernaan dan organ yang terkait. Sebelum lambung dan kelenjar lambung terdiferensiasi, secara umum larva yang bersifat planktonik mencerna makanan dengan menggunakan organ pancreas dan enzim usus (Kurokawa dan Suzuki, 1996, 1998; Anand et al., 2002), dan dengan penyerapan secara intrasel pada bagian depan usus (Tanaka, 1972; Watanabe, 1981, 1982). Perkembangan alat pencernaan sejalan dengan pola pertumbuhan larva artinya ……? Saluran pencernaan larva umumnya hanyalah berbentuk saluran (tabung) dari rongga mulut sampai anus pada saat setelah menetas (Stroband dan Dabrowski, 1979). 2. Cari bagaimana perkembangan saluran pencernaan ikan (harus Beda).
  • 6. Pada tahap awal kehidupan, enzim pankreas seperti tripsin, amilase dan lipase, sangat penting untuk pencernaan ikan larva, karena pada tahap ini saluran pencernaan masih belum fungsional dalam beberapa spesies ikan (Zambonino- Infante & Cahu, 2001).
  • 9. • Effendie, (1997), mengatakan bahwa perkembangan larva terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post larva. Prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh transparan. Post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan organ-organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk menyerupai ikan dewasa. • Parameter perkembangan larva yang diamati adalah volume kuning telur, butiran minyak, panjang total, tinggi, lebar bukaan mulut dan diameter mata. Pengamatan volume kuning telur dan butiran minyak dilakukan setiap tiga jam. Setiap kali pengamatan diambil larva sebanyak 10 ekor. • Volume kuning telur dan butiran minyak diukur dengan formula dari Khono, Hara and Taki (19S6) yaitu: Dan V : V: volume, L: panjang kuning telur, • H : tinggi kuning telur, r : diameter dan Ï€: 3,14.
  • 12. • Penyerapan kuning telur dan butiran minyak larva ikan kerapu bebek, lebih cepat pada awal penyerapan sampai umur 33 jam setelah menetas, kemudian penyerapan mulai lambat sampai kuning telur habis. Cepatnya penerapan kuning telur ini, erat hubungannya dengan pertumbuhan larva • Ketika larva berumur lebih dari 33 jam, sumber nutrien dari kuning telur lebih banyak digunakan untuk pemeliharaan, pembentukan organorgan tubuh dan larva mulai aktifberenang. Sesuai dengan Kohno et al., (1986) melaporkan, cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal tergantung kepada cepatnya penyerapan kuning telur • Pada tahap penetasan, larva kerapu kecil dan rapuh dengan cadangan makanan dari yolk sac (Ordonio-Aguilar et al., 1995). Kombinasi faktor ini dianggap menjadi penyebab mendasar dari kematian yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat selama pemeliharaan larva (Kohno et al., 1997). Struktur morfologi pada saluran pencernaan larva ikan lebih kompleks karena disertai oleh adanya aktivitas enzim (Timeyko dan Novikov, 1987). Spesies ikan yang berbeda memiliki pencernaan yang berbeda serta kemampuan mencerna yang berbeda karena perbedaan dalam struktur saluran pencernaan mereka dan dalam cara mereka makan (Eusebio et al., 2004).
  • 13. • Kematian yang tinggi yang terjadi pada stadia awal larva berhubungan dengan faktor makanan setelah habis persediaan makanan dari yolk sac (Kohno et al., 1997).
  • 14. • Larva adalah anak ikan yang baru menetas dari telur berukuran sangat kecil dan membawa cadangan makanan pada tubuhnya berupa kuning telur dan butiran minyak. Pada fase larva organ – organ tubuhnya belum sempurna karena masih dalam proses perkembangan. Pada fase ini jika larva tidak menemukan makanan dari luar pada saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis maka larva tersebut akan mati. Oleh karena itu pada fase ini harus dapat diberikan pakan yang tepat jenisnya, tepat ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi karena pada fase larva masih dalam prose perkembangan seluruh organ-organ tubuh larva. • Pada fase larva pakan yang dikonsumsi oleh larva digunakan untuk proses morfogenesis, organogenesis dan metamorfosis. Oleh karena itu pakan yang diberikan pada larva harus benar-benar sesuai dengan ukuran bukaan mulut larva, mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Pada fase larva belum banyak terjadi pertumbuhan karena seluruh energi yang diperoleh digunakan untuk ketiga proses tersebut. • Organ pencernaan pada fase larva belum sempurna dimana saluran pencernaan dan mulut belum terbuka secara sempurna.
  • 15. Oleh karena itu dalam menentukan jenis pakan yang tepat harus diperhatikan tentang : 1. Perkembangan bukaan mulut larva agar dapat menetapkan pakan yang tepat, pada umur berapa, jenis pakan dan ukuran pakan. Bukaan mulut larva ini berkaitan dengan kemampuan larva untuk memangsa pakan yang berasal dari luar. Ukuran pakan yang dapat dimangsa oleh larva biasanya adalah berkisar antara 30 – 50% dari bukaan mulut larva, misalnya ukuran bukaan mulut larva adalah 1 cm, maka pakan yang dapat dimangsa oleh larva ikan maksimal berukuran 3 - 5 mm. 2. Kemampuan mencerna larva sangat dipengaruhi oleh enzim pencerna, produksi enzim dalam tubuh larva tubuh larva yang ditentukan oleh kelenjar enzim belum sempurna, oleh karena itu larva belum mampu mencerna pakan yang masuk kedalam tubuhya. Berdasarkan hasil penelitian larva ikan lele, lambungnya baru terbentuk pada usia 12 hari oleh karena itu pada usia larva belum ada enzim yang dapat mencerna makanan didalam tubuhnya dan pada fase tersebut pakan yang tepat diberikan adalah pakan alami yang didalam tubuh pakan alami terdapat enzim yang dapat mencerna makanan. 3. Pada fase larva mata belum berkembang secara sempurna sehingga untuk mendeteksi keberadaan pakan didalam media pemeliharaan sangat terbatas. Oleh karena itu pada fase larva sebaiknya dipelihara pada wadah yang ukurannya terbatas dan kepadatan pakan alami didalam media pemeliharaan cukup tinggi, agar larva dapat mengkonsumsi pakan. Berdasarkan uraian diatas maka jenis pakan yang tepat diberikan kepda larva ikan air tawar adalah pakan alami karena pakan alami : • 1. Mempunyai bentuk dan ukuran yang kecil sesuai dengan bukaan mulut larva. • 2. Kandungan gizinya lengkap dan cukup tinggi sangat dibutuhkan untuk proses perkembangan tubuh larva. • 3. Isi selnya padat dan mempunyai dinding sel yang tipis sehingga mudah diserap, didalam tubuh pakan alami terdapat enzim yang dapat melakukan autolisis sendiri sehingga dapat mudah dicerna oleh larva. • 4. Tidak menyebabkan penurunan kualitas air, karena pakan alami selama berada dalam media pemeliharaan larva tidak mengeluarkan senyawa beracun. • 5. Pergerakan pakan alami relatif tidak terlalu aktif sehingga sangat mudah untuk ditangkap oleh larva. • 6. Meningkatkan daya tahan larva terhadap penyakit dan perubahan kualitas air • 7. Ketersediaan pakan alami relatif mudah dilakukan pembudidayaan karena cepat perkembangbiakannya dan mudah membudidayakannya. • Oleh karena itu jenis pakan yang tepat diberikan kepada larva ikan air tawar adalah pakan alami dari kelompok zooplankton . Jenis-jenis pakan alami yang biasa diberikan kepada larva ikan air tawar antara lain adalah Artemia salina, Daphnia, moina dan rotifer. Ukuran nauplii Artemia salina kurang lebih adalah 500 μm, Daphnia berukuran 2 kali lipat dari Moina, ukuran Moina dewasa adalah 700 – 1000 μm, sedangkan Moina muda berukuran kurang dari 400 μm, ukuran rotifer air tawar adalah 130 – 340 μm.
  • 17. EXOGENOUSFEEDING(PEMANGSAAN) Tipe-tipe exogenous feeding • Predatory snapping • Respiratory current (penyaringan dengan gill rakers) • Ciliary current (olfactory pits) 17
  • 18. Kebutuhan Pakan Larva • feeding rate yang berarti jumlah pemberian pakan perhari berdasarkan persentase dari bobot biomas. Biasanya feeding rate pada ikan akan semakin besar jika ukuran ikannya semakin kecil jadi feeding rate untuk larva ikan berbeda dengan feefing rate untuk benih ikan. Pemberian pakan pada larva ikan biasanya tidak diperhitungkan dosis pemberian pakannya jika diberikan pakan alami, tetapi hanya frekuensi pemberian pakannya diberikan tiga sampai empat kali sehari. • Dosis pemberian pakan larva ikan dengan metode ad libitum biasanya diterapkan pada pemeliharaan larva untuk mengurangi mortalitas larva didalam wadah pemeliharaan.
  • 19. 1. Menghitung bobot biomassa larva ikan Dari data sampling diketahui berat rata-rata larva ikan yang dipelihara pada wadah pemeliharaan dan jumlah larva yang ditebar pada awal pemeliharaan. Untuk menghitung bobot biomasa larva ikan dilakukan dengan rumus sebagai berikut : BM = Nt X Wt dimana : BM = bobot biomasa (gr/kg) Nt = populasi (ekor) Wt = Bobot rata-rata (gr/kg) 2. Menentukan jumlah populasi (Nt) dengan cara menghitung ikan yang mati dengan rumus : Nt = No – D dimana Nt = populasi waktu t (ekor) No = jumlah ikan yang ditebarkan (ekor) D = jumlah ikan yang mati (ekor) 3. Menentukan bobot rata-rata dari hasil sampling 4. Menetapkan feeding rate (FR) 3-5% 5. Menetukan jumlah pakan harian, yang dapat dihitung dengan rumus : Jumlah pakan harian (kg) = FR X BM , dimana FR = Feeding rate (%) BM = Bobot biomassa (kg)
  • 20. Sifat makanlarva • Umumnya adalah predator (bukaan rahang/mulut besar dan mata yang berkembang baik) • Herbivor ??? • Fitoplankton dalam lambung: = masuk tidak disengaja = feses jasad yang dimangsa = gill rakers sudah berfungsi • Pemakan bahan organik terlarut • Sel mucus dalam buccal cavity (osmosis/ osmoregulasi) 20
  • 21. Lambunglarva kosong • larva yang sedang mengalami point of no return (weaker feeder) • pencernaan cepat lambung cepat kosong • ketika ditangkap mengalami defekasi • ritme makan diurnal (siang atau malam)
  • 22. Waktumakanharian larva • makan setiap saat • waktu tertentu = diurnal: siang vs malam = pagi, siang, sore, malam 22
  • 23. Faktoryangmempengaruhiwaktumakanlarva • ketersediaan makanan di sekitarnya • kemampuan visual (mata) • intensitas cahaya • latar belakang (kontras vs kamuflase) • suhu • oksigen 23
  • 24. Metode penentuan waktu makan • pemerikasaan lambung: jenis dan jumlah jasad pakan • penentuan laju pengosongan lambung • penentuan waktu dan periode pengambilan contoh • plotting jenis dan jumlah jasad pakan dalam labung terhadap waktu • Periode makan: jam/hari 24
  • 25. Laju pengosongan lambung: Vt = Vo.e-kt • Vt: volume isi lambung pada waktu ke-t • Vo: volume isi lambung pada waktu penuh (maksimum) • k: laju pengosongan • t: waktu pengamatan 25 FITILALA
  • 26. Isi lambungkosong mudahdiketahui: • larva transparan • pewarnaan makanan feses berwarna • Non-assimilable markers: = chromic oxide = powdered platinum = metalic iron powder = radioisotop 14C 26 Volume lambung Waktu
  • 27. Kemampuan Pemangsaan (Feeding Ability) Intrinsik • Ukuran tubuh • Bukaan mulut • Kelengkapan organ Ekstrinsik • Kualitas air • Pakan 27 FITILALA
  • 28. Bukaan Mulut MH Pengukuran bukaan mulut larva ikan menggunakan formula seperti dalam Shirota 1970 yaitu : MH (900) = UJ x √2 dan MH (450) = UJ x 2 sin (45/2); dimana: UJ: Upper Jaw (rahang atas) and MH: Mouth Height (tinggi mulut). ATAU
  • 29. • Kohno et. Al (1990), menyatakan bahwa ukuran rotifera yang disukai oleh larva ikan kakap ketika pertama kali makan adalah 33-35% dari ukuran bukaan mulut, larva baronang 62,5% dari ukuran bukaan mulut