Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang menyebabkan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering disertai demam. Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri, virus, dan parasit yang masuk melalui makanan atau air yang terkontaminasi, serta faktor lain seperti intoleransi makanan dan stres. Pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaannya meliputi penggantian cairan dan elektrolit, antibiotik, dan pence
2. DEFINISI...
Gastroenteritis (GE) adalah radang pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering
kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang
air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses
yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir) (Suratun dan Lusianah,
2010).
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat
daripada gastroenteritis, karena istilah gastroenteritis
memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya
disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan
oleh infeksi, lambung tidak selalu mengalami
peradangan (Staf Pengajar IKA FKUI, 2000).
4. 1. Faktor infeksi
A. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi:
Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shinghella,
Campylobacter, Yersina, Aeromonas, dll.
Infeksi Virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll.
Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuiris, Oxyuris,
Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lambia, Tricomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
5. Cont...
B. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berusia dibawah 2 tahun.
6. 2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsrobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
7. Manifestasi klinis
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair, mungkin
mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu. Akibat seringnya
defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses
makin lama menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam
laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan
air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Gejala klinis
biasanya menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan
cairan (Sodikin : 227, 2011).
8. Cont..
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) manifestasi klinis dari gastroenteritis (GE)
sebagai berikut :
Muntah-muntah dan/atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia,
nyeri perut atau kram perut
Tanda-tanda dehidrase muncul bila intake cairan lebih kecil daripada
outputnya. Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan
menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun dan suara serak. Hal ini disebabkan deplesi air yang isotonik
Frekuensi napas lebih cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) terjadi bila
syok berlanjut dan terdapat asidosis.
Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis tubulus
ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien beresiko menderita gagal ginjal akut.
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk
gastroenteritis adalah :
Pemeriksaan tinja
pemeriksaan kimiawi darah (ureum, kreatinin), kadar elektrolit darah (natrium, kalium, klorida,
fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan pada kasus diare
berat
Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi (Sodikin : 230, 2010).
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan menurut Staff Pengajar IKA FKUI (2000) :
Pemeriksaan tinja : pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif
dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
10. Penatalaksanaan
Penggantian cairan dan elektrolit
Pemberian Antibiotik
Pemberian ASI ekslusif (pemberian makanan berupa ASI saja pada bayi umur 4-
6 bulan).
Menghindari penggunaan susu botol
Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
(untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri).
Penggunaan air bersih untuk minum
Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses bayi
sebelum menyiapkan makanan atau saat makan
11. Komplikasi
Kehilangan cairan / dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)
dan kelainan elektrolit memicu syok hipovolemik dan kehilangan elekttolit seperti
hipokalemia (kalium <3 Meq/liter) dan asidosis metabolik
Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan.
Artritis
Disritmia jantung berupa takikardi atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel dan kontraksi
ventrikel prematur akibat gangguan elektrolit terutama oleh karena hipokalemia
Intoleransi laktosa sekunder
Kejang
Malnutrisi energi protein.
12. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan volume cairan: Kurang dari kebutuhan tubuh b/d
output melalui rute normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik
dan pemasukan cairan yang terbatas.
Diare b/d inflamasi, iritasi dan malasorbsi usus, adanya toksin dan
penyempitan segemental usus.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik.