Global Warming is a big trouble right now, it is not ussually when we faced on how we using a lot of energy from our resources. I realized this presentation perhaps will not change mind for some people but at least, you may will know how seriously this problem or maybe you can find out the some way to solving.
2. Lapisan Ozon
1. Pengertian
Lapisan ozon adalah lapisan yang terdapat di kulit bumi bagian Stratosfer.
Terdiri dari molekul-molekul Ozon (O3). Lapisan ini berada pada ketinggian 15-60 km
di atas permukaan bumi. Lapisan ozon dapat berfungsi sebagai penghalang hampir
semua sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Sinar ultraviolet adalah sinar yang
dipancarkan matahari dengan energi yang cukup tinggi. Maka apabila lapisan ozon
semakin tipis, praktis akan mengakibatkan semakin besarnya radiasi sinar ultraviolet
yang jatuh ke permukaan bumi dan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan juga kesehatan. Sinar ultraviolet juga dapat merusak tanaman dan
mengurangi hasil panen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fitoplankton di
laut, yang merupakan basis rantai makanan di laut, telah mengalami tekanan akibat
ultraviolet. Tekanan ini dapat berdampak pada manusia berupa terpengaruhinya
pasokan makanan dari laut (US EPA , Air Quality Archive). Dengan keberadaan lapisan
ozon, maka dapat mengurangi sinar ultraviolet yang berbahaya jatuh ke permukaan
bumi.
Saat ini lapisan ozon terus mengalami penipisan karena banyak terdapatnya
zat-zat pencemar udara yang beredar di atmosfer. Zat- zat pencemar udara yang
sangat berperan dalam proses penipisan lapisan ozon dikenal dengan ODS (Ozone
Depleting Substances) diantaranya; Chlorofluorocarbons (CFCs),
Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), Halons, Methyl Bromide, Carbon Tetrachloride,
dan Methyl Chloroform.
3. 2. Kegunaan lapisan ozon
Ozon didapati dengan banyaknya pada atas stratosfera, dalam
kawasan yang juga dikenali sebagai lapisan ozon. Cara standard mengukur
jumlah ozon di atmosfera ialah dengan menggunakan unit Dobson. Ozon
digunakan dalam perkilangan diukur dengan ppm (parts per million
bahagian per sejuta) (sebagai contoh dedahan OSHA), dan peratus berat.
Ozon juga diproduksi manusia untuk dipergunakan sebagai bahan pemurni
air, pemutih, dan salah satu unsur pembentuk plastik. Di sini ozon menapis
cahaya lampau ungu dari sinaran matahari yang berbahaya kepada
kehidupan di bumi. Secara semula, ozon berhasil menolak atau menyaring
cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan membentuk satu lapisan
ozon pada ketinggian 50 kilometer. Manfaat lapisan ozon sangat penting
karena ia menyerap radiasi ultra violet (UV) dari matahari untuk
melindungi radiasi yang tinggi sampai ke permukaan bumi. Radiasi dalam
bentuk UV spektrum mempunyai jarak gelombang yang lebih pendek
daripada cahaya. Radiasi UV dengan jarak gelombang adalah di antara 280
hingga 315 nanometer yang dikenali UV-B dan ia merusak hampir semua
kehidupan. Dengan menyerap radiasi UV-B sebelum ia sampai ke
permukaan bumi, lapisan ozon melindungi bumi dari efek radiasi yang
merusak kehidupan. Ozon stratospheric juga memberi efek pada suhu
atmosfer yang menentukan suhu dunia.
4. Hujan es dan Hujan asam pada lapisan ozon
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat
pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada
pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam
lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam
kuat, mak pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti SO2
penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari
hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan
global warming. Sebenarnya hujan asam merupakan istilah yang kurang tepat
untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi.
Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam
dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui
kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam
lebih bermakna luas dari hujan asam.
5. Pembentukan Asam di Atmosfer
Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang ada do
atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan,
lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau
butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia
(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta emisi dari
kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi
salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari
prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang
terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti
dibawah ini.
Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di
atmosfer, akan membentuk asamnya.
6. SO2 + OH -> HSO3
HSO3 + O2 -> HO2 + SO3
SO3 + H2O -> H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali
seperti:
NO + HO2 -> NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara,
maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka
akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)
Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida denan radikal
hidroksil.
NO2 + OH -> HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen
dioksida dengan ozon
NO2 + O3 -> NO3 + O2
NO2 + NO3 -> N2O5
N2O5 + H2O -> HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan
asam pada tanahnya mengingat kotoran hewan banyak
mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea.
7. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan
Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) -> Cl* + produk
CFC + O* -> ClO + produk
O* + ClO -> Cl* + O2
Cl + CH4 -> HCl + CH3
8. A. PENYEBAB TERJADINYA HUJAN ASAM
HUJAN ASAM
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang penyebab terjadinya hujan
asam, dalam hal ini saya mengutip dua pendapat yang di ambil dari internet.
Pendapat pertama :
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi
sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya
dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50%
lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan
logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai
3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi
menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya
berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).
Pendapat kedua :
Hujan asam disebabkan oleh terbentuknya asam di udara akibat bertemunya uap air
dengan gas gas pembentuk asam. Biasanya terjadi karena pencemaran udara di sekitar
pabrik. Gas yang sering menjadi penyebab hujan asam antara lain:
1. CO2 / karbon dioksida dan CO / karbon monoksida, yang berasal dari hasil
pembakaran, polusi kendaraan bermotor, dll., yang ketika bertemu dengan uap air /
H2O akan membentuk H2CO3 / asam karbonat yang termasuk asam lemah.
9. 1. CO2 / karbon dioksida dan CO / karbon monoksida, yang berasal dari hasil pembakaran, polusi
kendaraan bermotor, dll., yang ketika bertemu dengan uap air / H2O akan membentuk H2CO3 /
asam karbonat yang termasuk asam lemah.
2. H2S / hidrogen sulfida, SO2 / sulfur dioksida, yang berasal dari pembakaran / pemanasan
belerang. Umumnya ditemukan di daerah industri berat, yang ketika bertemu dengan uap air /
H2O akan membentuk H2SO4 / asam sulfat yang termasuk asam kuat.
B. Derajat keasaman hujan asam tergantung kepekatan asamdalam udara, yang secara tidak
langsung, sama artinya dengan derajat pencemaran udara di udara. Pada keadaan normal, hujan
sebenarnya sudah bersifat asam karena keberadaan CO2 di udara. Tapi pHnya tidak jauh di bawah
7. Tapi pada daerah dengan pencemaran udara berat, keasamannya jauh lebih rendah lagi.
C. Ada hubungan langsung antara hujan asam dengan korosi. Korosi, adalah pelapukan logam
oleh zat zat oksidator. Asam, merupakan zat yang dapat dengan mudah mengoksidasi logam. Jadi
ketika terjadi hujan asam, dapat dipastikan terjadi korosi pada logam yang terkena air hujan
tersebut.
B. PENYEBAB TERJADINYA HUJAN ASAM
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi
ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan
asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
10. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air
permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman
11. C. GAMBARAN PROSES TERJADINYA HUJAN ASAM
Atmosfir dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya, sebelum
menjatuhkannya ke permukaan bumi dalam perjalanan jauh itu atmosfir bertidak sebagai reaktor
kimia yang kompleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi dengan substansi lain, uap air
dan energi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx) hasil
pembakaran bahan bakar fosil akan bereksi dengan molekul-molekul uap air di atmosfir menjadi
asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi bersama
air hujan yang dikenal hujan asam.
Hujan asam telah menimbulkan masalah besar di daratan Eropa, Amerika Serikat dan di Negara
Asia termasuk Indonesia. Dampak negatif dari hujan asam selain rusaknya bangunan dan
berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam, juga terjadinya kerusakan lingkungan
terutama mengasakan (acidification) danau dan sungai. Ribuan danau airnya telah bersifat asam
sehingga tidak ada lagi kehidupan akuatik, dikenal dengan danau mati.
12. Upaya Pengendalian Deposisi Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan
energi.
a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini
Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak
bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.
Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi
kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan
menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen.
Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika
tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol
menghasilkan dua sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini
mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker).
b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi
tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk
membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar
belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-90%
(Soemarwoto, 1992).
13. c. pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners
(LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu
pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan
belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu
mengakibatkan penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam
bahan bakar maupun dari nitrogen udara.
14. Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2.
Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini
kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen
menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi
dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya
direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum
(gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur.
Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang
sama dengan gipsum alam.
15. d. Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip
teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan
absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-95% SO2 yang
terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi
limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai
industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya
sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan
bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang
umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding
penyekat atau pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards).