1) Tulisan ini menceritakan perjuangan seorang mahasiswa bekerja sambil kuliah untuk membiayai pendidikannya sendiri setelah ayahnya meninggal.
2) Ia berhasil lulus dengan baik meskipun mengalami kesulitan keuangan.
3) Saat wisuda, ia memberikan gelar sarjananya sebagai hadiah ulang tahun untuk ibunya sebagai bentuk terima kasih atas dukungan ibunya selama ini.
1 of 3
Download to read offline
More Related Content
Hadiah ulang tahun ibu
1. Hadiah Ulang Untuk Tahun Ibu
(Ali Hamjah Harahap)
Saya bersyukur ada perguruan tinggi swasta di kota tempat saya tinggal yang mengadakan
jadwal perkuliahan di sore hingga malam hari. Jadi saya bisa kerja pada pagi hari dan sore
harinya kuliah. Saya tetap bersyukur dengan kondisi saya yang sekarang, walaupun harus kuliah
sambil kerja saya tetap harus semangat. Dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam setiap senin
sampai jumat.
Keadaanku tidak seperti mahasiswa lainnya yang walaupun mereka kuliah sambil bekerja tapi
mereka masih punya orang tua yang bisa membantu mereka sewaktu-waktu mereka butuh biaya
tambahan. Yah ! inilah hidup saya, seorang mahasiswa yang kuliah sendiri, cari makan sendiri
tanpa bantuan orang tua. Kadang terlintas di benakku kenapa saya berbeda dengan mereka,
Namun pikiran itu segera terhapuskan dengan mengingat ibu saya yang berjuang membesarkan
saya seorang diri bersama ke 4 adek saya. Ayah saya meninggal saat masih di bangku kelas 3
SMP. Ini yang membuat semua pikiran negatif tentang nasib saya sirna, ada seorang bidadari
syurga yang ingin kubahagiakan disisa hidupnya.
Waktu begitu cepat berlalu, beberapa semester telah saya lalui, hingga pada semester akhir saya
melakukan penelitian untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir meraih gelar sarjana. Sama
halnya dengan mahasiswa lain di seluruh universitas di Indonesia , skripsi merupakan beban
yang sangat berat. Terlebih karya ilmiah ini harus dipertanggung jawabkan di depan dosen
penguji. Beberapa kali saya konsultasi dengan dosen pembimbing, hingga proses pembuatan
skripsi menjadi baik. Di dalam proses ini saya kerap sekali di tegur dosen pembimbing karena
selalu terlambat konsultasi. Di hadapan dosen saya selalu beralasan saya masih sibuk kerja,
padahal skripsi sudah saya revisi, sisa menyetor ke dosen pembimbing. Namun lagi-lagi karena
alasan uang seminar belum ada, saya sengaja menundanya hingga gajian tiba. Belum lagi pada
saat Kuliah Kerja Nyata saya terpaksa harus mengundurkan diri dari tempat saya berkerja karena
tidak bisa menyusaikan waktunya. Beruntung saya cepat dapat kerjaan baru.
Hari-hari pahit tetap saya lalui dengan kalimat ibu yang selalu terniang di telinga saya. Ibu
pernah berkata kepada saya saat masih duduk di bangku SMA,ibu tidak menyesal tidak lulus
SD, asalkan anak-anak ibu bersekolah semua. Kalimat ini yang menjadi motivasi bagi saya
2. untuk membuktikan kepada orang, bahwa anak seorang ibu yang tidak lulus SD bisa meraih
gelar sarjana.
Berkat perjuangan dan semangat yang tinggi akhirnya saya bisa menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan dengan baik. Meskipun tidak seperti teman-teman yang lain, saya menyelesaikannya
lebih lama. Sebagai tahapan akhir dari skripsi yang saya buat, saya harus mempertanggung
jawabkan skripsi saya di depan penguji.
Hari itu hari yang paling menegangkan bagi saya. Karena saya harus berhadapan langsung
dengan dosen-dosen penguji yang menurut informasi yang saya dapat mereka adalah dosen-
dosen killer. Tepat pada hari minggu jam 4 sore, saya memasuki ruang meja hijau atau biasa
disebut pendadaran. Hati saya mulai berkecamuk sampai berkeringat dingin. Namun saya tetap
berusaha menenangkan diri. Pertanyaan mulai bertubi-tubi dari dosen penguji, mulai dari mata
kuliah semester pertama yang saya sudah lupa hingga permasalahan yang tidak menyangkut
mata kuliah. Didalam ruangan ber AC terasa seperti di atas api, panas berkeringat. Hingga sesi
pertanyaan terakhir dari ketua team penguji: apakah anda siap menjadi sarjana? tanpa ragu
saya jawab : siap pak. Kemudia dibacakan hasil keputusan ujian saya, di detik-detik
pembacaan keputusan oleh dosen penguji di bagian (dengan ini menutuskan bahwa saudara
. Sah menjadi sarjana.) tidak terasa air mata di pelupuk mata mengalir tidak bisa saya
sembunyikan. Pikiran saya bercampur aduk hingga satu persatu dosen penguji menyalami, saya
masih menangis.
Tidak menuggu lama saya dan teman-temanpun wisuda sebagai ceremonial di sematkannya gelar
sarjana di belakang nama kami. Undangan dibagikan untuk setiap mahasiswa beserta keluarga.
Saat itu ibu dan adik saya hadir menyaksikan saya memakai Toga mahkota sarjana. Dalam lubuk
hati saya yang paling dalam saya ingin menangis melihat wajah ibu saya saat itu. Saya ingin
berkata kepada ibu ibu anakmu sudah sarjana ingin kupeluk ibu sambil menangis
dipangkuannya. Namun rasa gengsi menghalangi saya, saya menahannya nanti setelah saya
menerima izajah atau mungkin di rumah.
Satu persatu kami dipanggil namanya untuk maju kedepan memindahkan tali Toga sebagai
prosesi senat terbuka wisuda. Saya pun melakukannya sembari menahan rasa haru dalam hati
saya. Ibu saya duduk di bangku undangan tidak jauh dari tempat duduk kami
3. wisudawan/wisudawati. Kami saling bersalaman dan kembali duduk dengan tertib, hingga MC
melanjutkan acaranya. Kami masih sibuk cerita ke samping kiri kanan sambil tertawa riang,
terdengar MC membacakan nominasi mahasiswa lulusan terbaik 1 dan itu nama saya. Jantung
saya berdetak kencang sembari melihat kearah teman-teman sambil berkata saya?? teman
menyambut dengan tepuk tangan yang meriah sambil berkata iya kamu bro!! selamat!!!
Kaki saya kaku, tangan saya bergetar dan MC menyuruh saya maju kedepan untuk mengucapkan
sepatah dua kata. Saya berdiri di atas podium dan berusaha untuk tidak menatap ibu saya, karena
saya tidak akan sanggup menahan tangis saya. Namun saya gagal, teriakan adik saya memaksa
saya melihat kearah ibu. Dengan suara yang terisak-isak dan air mata yang berjujuran saya
menatap ibu dan mengucapkan ibu.ini kado buat ibuselamat ulang tahun ya ibu.semoga
hadiah ini mengobati rasa rindu ibu pada ayah yang selalu memberi hadiah di ulang tahun
ibu.kalimat saya berhenti,,dada saya sesak,,tak sanggup berkata apa-apa lagikulihat ibu
yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis, saya menyerah,,segara saya
turun dari podium dan berlari kearah ibukupeluk ibu dan kucium tangannya dan ku ulangi lagi
:ini hadiah buat ibu..
Alhamdulillah segala perjuangan yang kulalui terbayarkan, saya diterima kerja di perusahaan
ternama dan memiliki penghasilan untuk membiayai sekolah adik-adik. Ibu tidak perlu bekerja
lagi untuk biaya sekolah mereka.