ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
i
HASIL BELAJAR SEBAGAI OBJEK PENILAIAN
Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampuh: ERY RAHMAWATI, M. Pd.
Disusun Oleh:
1. Seri Kurwadi (2086206044)
2. Salsabillah Agra R (2086206042)
3. Diva Karita Putri W (2086206006)
4. Muhammad Ihsan Misbah K (2086206037)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI SIDOARJO
2022
ii
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan
inayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hasil Belajar Sebagai
Objek Penilaian untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Ery Rahmawati, M. Pd.
selaku Dosen Pengampu.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih
ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Hasil Belajar sebagai objek penilaian ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Sidoarjo, 02 Maret 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... 1
Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Objek Penilaian Hasil Belajar ................................................ 2
Klasifikasi Objek Penilaian Hasil Belajar ................................................ 3
Cara Pengevaluasian terhadap Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor
.................................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................. 10
Saran ........................................................................................................ 10
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah program, program melibatkan sejumlah komponen
yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan.
Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa evaluasi merupakan proses yang terdiri dari
pengukuran dan penilaian. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah
penyelenggaraan program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam
menyerap materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui tingkat kemampuan
pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Penilaian sendiri berarti pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan
kriteria tertentu. Pengambilan keputusan belum dapat dilakukan hanya atas dasar hasil
pengukuran. Hasil pengukuran baru mempunyai makna dan dapat digunakan untuk
mengambil keputusan setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu. Dimana ada
objek, pasti akan ada objek. Begitu pula dalamevaluasi, di samping adanya subjek
evaluasi, pasti terdapat sasaran atau objek yang menjadi titik pusat pengamatan. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang objek atau sasaran evaluasi
beserta klasifikasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan objek penilaian hasil belajar?
2. Apa saja klasifikasi objek penilaian hasil belajar?
3. Bagaimana cara pengevaluasian terhadap Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud objek penilaian hasil belajar.
2. Untuk mengetahui klasifikasi objek penilaian hasil belajar.
3. Untuk mengetahui cara mengevaluasi tiga ranah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan
tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan
menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu
sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa.
Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar.
Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual
yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan
mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
dicapai.
3
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat
pengalaman dan pelatihan.
B. Klasifikasi Objek Penilaian Hasil Belajar
Objek penilaian hasil belajar penting diketahui agar memudahkan guru
dalam menyusun alat evaluasinya. Objek penilaian tersebut dibagi menjadi 3
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga sasaran tersebut harus
dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasan
materi semata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan
proses mengajar dan belajar itu sendiri secara adil.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu ada enam jenjang
proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) adalah kemampuan seseorang
untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide,gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau
ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah
satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah: peserta
didik dapat menghafal surat al-‘Ashr, menerjemehkan dan menuliskannya
secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan
yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam di sekolah.
2) Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contohnya;
peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat
4
menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-
‘Ashr secara lancer dan jelas.
3) Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah
merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya adalah
peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan
yang diajarkan Islam tersebut di atas, dalam kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh: peserta didik dapat merenung dan memikirkan
dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah,
di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat,
sebagai bagian dari ajaran Islam.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses
yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang sintesis ini adalah:
peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagaimana telah diajarkan oleh islam.
6) Penilaian/penghargaan/evaluasi (Evaluation) adalah merupakan jenjang
berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom.
Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu, nilai atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu
memilih satu pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah satu
5
contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang
yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat
negatif seseorang yang bersifat malas atau tidak berdisiplin, sehingga pada
akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan
merupakan perintah allah swt yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Ranah Afektif
Afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap atau tingkahlaku dan
pengembangan diri siswa dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Salah satu kegiatan penilaian yang dapat membantu peserta didik dan guru
untuk melihat dan mengetahui hasil belajar siswa dan tugas mengajar guru
didalam kelas adalah kegiatan penilaian diri (self assesment atau self
evalution). Penilaian diri bagi peserta didik dan guru mampu memberi cara
berfikiri metakognitif yan dapat berkembang terus menerus untuk
melakukan perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu, informasi tentang
mutu pendidikan sangat diperlukan dalam kegiatan penilaian, evaluasi, dan
pelaporan pendidikan. Para ahli menyebutkan bahwa tujuan penilaian
selalu berpedoman pada empat hal yaitu : Menentukan arah, memeriksa,
menemukan dan menyimpulkan. Oleh karena itu mereka menyatakan
bahwa terdapat tiga sikap mental yang dapt digunakan dalam penilaian,
yaitu : sikap rasa percaya, sikap lebih tertarik dan sikap keyakinan dalam
pembelajaran akan sukses. Pengaruh sikap mental akan melahirkan
kerangka kerja responsifbagi guru dalam mengajar dan bagi peserta didik
dalam belajar. Ciri penilaian diri termotivasi sendiri, adanya komitmen
sekolah, tersosialisasi dengan baik,berlangsung sinambung dan
transparansi.
Menurut Krathwohl (1974) dan kawan-kawan, ranah afektif dibagi menjadi 5
jenjang, antara lain:
a.Penerimaan (receiving)atau menaruh perhatian (attending)
Penerimaan atau menaruh perhatianyaitu kesediaan menerima rangsangan
dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang
6
kepadanya.Penerimaan juga bisa diartikan sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau objek. Rangsangan yang datang kepada
peserta didik dapat berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
b.Menanggapi (responding)
Menanggapi adalahkemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya.
c.Menilai (valuing) atau menghargai
Menilai atau menghargai adalah memberikan nilai atau penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Peserta didik
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah mampu
untuk menilai mana yang baik dan buruk.
d.Mengorganisasikan atau mengatur (organizing)
Organizing yaitu mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai
baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Ini
merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi adalah
konsep tentang nilai organisasi sistem nilai.
e.Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang
diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga
menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. Jadi,karakterisasi
merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
7
belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, dan sebagainya.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil
belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan ranah afektif. Ranah psikomotor menjadi lebih rinci lagi ke
dalam enam jenjang, yaitu:
a) Gerakan Refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons
terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya: melompat, menunduk, berjalan,
menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang.
b) Gerakan Dasar (basic fundamental movements) gerakan ini muncul
tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan
dapat ditebak seperti gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk,
merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar. Gerakan berpindah:
merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-
loncat, berputar mengitari, memanjat. Gerakan manipulasi: menyusun
balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan
melepas objek, blok atau mainan. Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.
c) Gerakan persepsi (Perceptual obilities) gerakan sudah lebih meningkat
karena dibantu kemampuan perseptual. Seperti menangkap bola dan
mendrible bola. Gerakan sambil menjaga keseimbangan memilih satu
objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi, menulis
alfabet, dan membedakan suara berbagai binatang.
d) Gerakan kemampuan fisik (Psycal abilities) gerak lebih efisien,
berkembang melalui kematangan dan belajar seperti menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat
beban,dan menarik-mendorong.
e) Gerakan terampil (Skilled movements) dapat mengontrol berbagai
tingkat gerak-terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan
8
rumit (kompleks) seperti melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji,
mengetik, bermain piano, dan memanah.
f) Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication)
mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan seperti melakukan senam
tingkat tinggi dan bermain drama (acting).
C. Cara Melakukan Evaluasi Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor
1. Evaluasi Domain Kognitif
Pedoman ini merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata-
kata kunci untuk melakukan Penskoran terhadap soal bentuk uraian. Dan
kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk
uraian non objektif.
a. Contoh Soal Pemilihan Ganda.
Cara Penskoran bentuk ada dua pilihan, yaitu Pertama tanpa ada koreksi
terhadap jawaban tebakan. Kedua dengan koreksi jawaban.
b. Contoh Soal Uraian Objektif
Indikator : Peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.
c. Contoh Soal Non Objektif
Peserta didik dapat mendeskripsikan alasan warga negara Indonesia bangga
menjadi bangsa Indonesia.
2. Evaluasi Domain Afektif
Sangat sukar untuk mengukur atau menilai sikap dan kejiwaan seseorang.
Karena itu yang paling tradisional, evaluasi terhadap sikap dilakukan dengan
pengamatan kepada tindak tanduk peserta didik sesuai proses. Tetapi ini
melakukan
waktu yang lama. Karena itulah dikembangkan instrumen-instrumen untuk
mengukur sikap.
Beberapa instrumen yang banyak digunakan untuk keperluan ini antara lain :
a. Kuesioner
Berupa isian / pilihan terhadap alternatif, alternatif sikap tertentu. Dengan
9
kuesioner bisa dketahui tingkat apresiasi seseorang terhadap suatu nilai atau
fenomena tertentu.
b. Skala Sikap
Skala sikap berupa suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu
nilai. Biasanya terdapat lima pilihan, yaitu setuju, sangat setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju dan ragu-ragu. Contoh skala sikap adalah yang
biasa didapat pada pelajaran PSPB disekolah.
c. Skala Penilaian (Rating Scale)
Instrumen ini mirip dengan skala sikap. Hanya saja sikap situnjukkan
dengan satuan-satuan. Misalnya dengan memberikan angka 0-10 sebagai
pertanda tingkat sikap, misalnya kesetujuan.
Pengukuran terhadap sikap ini bisa saja dilakukan oleh peserta langsung,
tetapi ada juga yang bisa dilakukan oleh guru atau pemandu setelah
melakukan observasi.
3. Evaluasi Domain Psikomotor
Evaluasi terhadap kemampuan psikomotor juga sulit dilakukan dan sangat
bervariasi. Untuk mengukur refleks misalnya, dengan dicoba. Untuk
mengukur
kepandaian melempar cakram, dengan observasi terhadap gerakan, dan ukuran
terhadap jauh lemparan. Jadi sangat berfariasi tergantung jenis motoriknya.
Tetapi apabila dijelajahi, terdapat beberapa yang bisa dijadikan instrumen /
metode
yaitu :
a. Test Tindakan
Disini berarti dilakukan uji terhadap kemampuan peserta secara langsung.
Peserta diminta melakukan suatu tindakan tertentu dan di nilai hasilnya.
b. Observasi
Untuk keterampilan dan komunikasi nonverbal, bisa juga dilakukan dengan
observasi. Peserta melakukan suatu tindakan, lalu guru / pemandu mencatat
dan memberikan nilai. Cara memberikan nilai bisa menggunakan skala
penilaian. Hasil evaluasi bisa beragam, sesuai tujuan evaluasi. Bisa berupa
nilai, atau bisa saja hanya berupa keteranga-keterangan tentang keadaan proses
atau produk.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek penilaian hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
penilaian hasil belajar. Objek penilaian hasil belajar dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Objek penilaian itu berwilayah-wilayah,yakni dibedakan menjadi 3 ranah,
yaitu kognitif, efektif, psikomotor. Ketiga ranah tersebut tidak berjenjang,
tetapi unsur masing-masing ranah tersebut berjenjang atau berurutan.
Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Alat penilaian untuk setiap ranah
mempunyai karakteristik tersendiri, tergantung pada objek yang akan
dinilai.
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun, kami menyadari masih
adanya kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://ohmakalah.blogspot.com/2015/11/objek-penilaian-hasil-belajar.html
http://pecintamakalah.blogspot.com/2015/11/makalah-ranah-kognitif-afektif.html
https://dokumen.tips/documents/ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html
Departemen Agama RI, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik, Jakarta:
Departemen Agama RI, 2010.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009.
https://www.academia.edu/7418257/Hasil_Dan_Proses_Belajar_Sebagai_Objek_Penilaian

More Related Content

Hasil belajar sebagai objek penilaian mata kuliah evaluasi pembelajaran

  • 1. i HASIL BELAJAR SEBAGAI OBJEK PENILAIAN Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Dosen Pengampuh: ERY RAHMAWATI, M. Pd. Disusun Oleh: 1. Seri Kurwadi (2086206044) 2. Salsabillah Agra R (2086206042) 3. Diva Karita Putri W (2086206006) 4. Muhammad Ihsan Misbah K (2086206037) PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR STKIP PGRI SIDOARJO 2022
  • 2. ii Kata Pengantar Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Ery Rahmawati, M. Pd. selaku Dosen Pengampu. Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah Hasil Belajar sebagai objek penilaian ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Sidoarjo, 02 Maret 2022 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI Cover ......................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................ ii Daftar Isi ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... 1 Rumusan Masalah .................................................................................... 1 Tujuan ...................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN Pengertian Objek Penilaian Hasil Belajar ................................................ 2 Klasifikasi Objek Penilaian Hasil Belajar ................................................ 3 Cara Pengevaluasian terhadap Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor .................................................................................................................. 8 BAB III PENUTUP Kesimpulan .............................................................................................. 10 Saran ........................................................................................................ 10 Daftar Pustaka
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah program, program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa evaluasi merupakan proses yang terdiri dari pengukuran dan penilaian. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyerap materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui tingkat kemampuan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Penilaian sendiri berarti pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu. Pengambilan keputusan belum dapat dilakukan hanya atas dasar hasil pengukuran. Hasil pengukuran baru mempunyai makna dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu. Dimana ada objek, pasti akan ada objek. Begitu pula dalamevaluasi, di samping adanya subjek evaluasi, pasti terdapat sasaran atau objek yang menjadi titik pusat pengamatan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang objek atau sasaran evaluasi beserta klasifikasinya. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan objek penilaian hasil belajar? 2. Apa saja klasifikasi objek penilaian hasil belajar? 3. Bagaimana cara pengevaluasian terhadap Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui maksud objek penilaian hasil belajar. 2. Untuk mengetahui klasifikasi objek penilaian hasil belajar. 3. Untuk mengetahui cara mengevaluasi tiga ranah.
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Penilaian Hasil Belajar Sudjana (2005) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
  • 6. 3 Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan. B. Klasifikasi Objek Penilaian Hasil Belajar Objek penilaian hasil belajar penting diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasinya. Objek penilaian tersebut dibagi menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasan materi semata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses mengajar dan belajar itu sendiri secara adil. 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu ada enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah: 1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah: peserta didik dapat menghafal surat al-‘Ashr, menerjemehkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam di sekolah. 2) Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contohnya; peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat
  • 7. 4 menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al- ‘Ashr secara lancer dan jelas. 3) Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya adalah peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam tersebut di atas, dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor- faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam. 5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan oleh islam. 6) Penilaian/penghargaan/evaluasi (Evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah satu
  • 8. 5 contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif seseorang yang bersifat malas atau tidak berdisiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah allah swt yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Ranah Afektif Afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap atau tingkahlaku dan pengembangan diri siswa dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru. Salah satu kegiatan penilaian yang dapat membantu peserta didik dan guru untuk melihat dan mengetahui hasil belajar siswa dan tugas mengajar guru didalam kelas adalah kegiatan penilaian diri (self assesment atau self evalution). Penilaian diri bagi peserta didik dan guru mampu memberi cara berfikiri metakognitif yan dapat berkembang terus menerus untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu, informasi tentang mutu pendidikan sangat diperlukan dalam kegiatan penilaian, evaluasi, dan pelaporan pendidikan. Para ahli menyebutkan bahwa tujuan penilaian selalu berpedoman pada empat hal yaitu : Menentukan arah, memeriksa, menemukan dan menyimpulkan. Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa terdapat tiga sikap mental yang dapt digunakan dalam penilaian, yaitu : sikap rasa percaya, sikap lebih tertarik dan sikap keyakinan dalam pembelajaran akan sukses. Pengaruh sikap mental akan melahirkan kerangka kerja responsifbagi guru dalam mengajar dan bagi peserta didik dalam belajar. Ciri penilaian diri termotivasi sendiri, adanya komitmen sekolah, tersosialisasi dengan baik,berlangsung sinambung dan transparansi. Menurut Krathwohl (1974) dan kawan-kawan, ranah afektif dibagi menjadi 5 jenjang, antara lain: a.Penerimaan (receiving)atau menaruh perhatian (attending) Penerimaan atau menaruh perhatianyaitu kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang
  • 9. 6 kepadanya.Penerimaan juga bisa diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek. Rangsangan yang datang kepada peserta didik dapat berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. b.Menanggapi (responding) Menanggapi adalahkemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c.Menilai (valuing) atau menghargai Menilai atau menghargai adalah memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah mampu untuk menilai mana yang baik dan buruk. d.Mengorganisasikan atau mengatur (organizing) Organizing yaitu mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Ini merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi adalah konsep tentang nilai organisasi sistem nilai. e.Karakterisasi (characterization) Karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. Jadi,karakterisasi merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
  • 10. 7 belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, dan sebagainya. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah psikomotor menjadi lebih rinci lagi ke dalam enam jenjang, yaitu: a) Gerakan Refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya: melompat, menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. b) Gerakan Dasar (basic fundamental movements) gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak seperti gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar. Gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat- loncat, berputar mengitari, memanjat. Gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan. Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar. c) Gerakan persepsi (Perceptual obilities) gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual. Seperti menangkap bola dan mendrible bola. Gerakan sambil menjaga keseimbangan memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi, menulis alfabet, dan membedakan suara berbagai binatang. d) Gerakan kemampuan fisik (Psycal abilities) gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar seperti menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat beban,dan menarik-mendorong. e) Gerakan terampil (Skilled movements) dapat mengontrol berbagai tingkat gerak-terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan
  • 11. 8 rumit (kompleks) seperti melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain piano, dan memanah. f) Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan seperti melakukan senam tingkat tinggi dan bermain drama (acting). C. Cara Melakukan Evaluasi Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor 1. Evaluasi Domain Kognitif Pedoman ini merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata- kata kunci untuk melakukan Penskoran terhadap soal bentuk uraian. Dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk uraian non objektif. a. Contoh Soal Pemilihan Ganda. Cara Penskoran bentuk ada dua pilihan, yaitu Pertama tanpa ada koreksi terhadap jawaban tebakan. Kedua dengan koreksi jawaban. b. Contoh Soal Uraian Objektif Indikator : Peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan ukurannya. c. Contoh Soal Non Objektif Peserta didik dapat mendeskripsikan alasan warga negara Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia. 2. Evaluasi Domain Afektif Sangat sukar untuk mengukur atau menilai sikap dan kejiwaan seseorang. Karena itu yang paling tradisional, evaluasi terhadap sikap dilakukan dengan pengamatan kepada tindak tanduk peserta didik sesuai proses. Tetapi ini melakukan waktu yang lama. Karena itulah dikembangkan instrumen-instrumen untuk mengukur sikap. Beberapa instrumen yang banyak digunakan untuk keperluan ini antara lain : a. Kuesioner Berupa isian / pilihan terhadap alternatif, alternatif sikap tertentu. Dengan
  • 12. 9 kuesioner bisa dketahui tingkat apresiasi seseorang terhadap suatu nilai atau fenomena tertentu. b. Skala Sikap Skala sikap berupa suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu nilai. Biasanya terdapat lima pilihan, yaitu setuju, sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju dan ragu-ragu. Contoh skala sikap adalah yang biasa didapat pada pelajaran PSPB disekolah. c. Skala Penilaian (Rating Scale) Instrumen ini mirip dengan skala sikap. Hanya saja sikap situnjukkan dengan satuan-satuan. Misalnya dengan memberikan angka 0-10 sebagai pertanda tingkat sikap, misalnya kesetujuan. Pengukuran terhadap sikap ini bisa saja dilakukan oleh peserta langsung, tetapi ada juga yang bisa dilakukan oleh guru atau pemandu setelah melakukan observasi. 3. Evaluasi Domain Psikomotor Evaluasi terhadap kemampuan psikomotor juga sulit dilakukan dan sangat bervariasi. Untuk mengukur refleks misalnya, dengan dicoba. Untuk mengukur kepandaian melempar cakram, dengan observasi terhadap gerakan, dan ukuran terhadap jauh lemparan. Jadi sangat berfariasi tergantung jenis motoriknya. Tetapi apabila dijelajahi, terdapat beberapa yang bisa dijadikan instrumen / metode yaitu : a. Test Tindakan Disini berarti dilakukan uji terhadap kemampuan peserta secara langsung. Peserta diminta melakukan suatu tindakan tertentu dan di nilai hasilnya. b. Observasi Untuk keterampilan dan komunikasi nonverbal, bisa juga dilakukan dengan observasi. Peserta melakukan suatu tindakan, lalu guru / pemandu mencatat dan memberikan nilai. Cara memberikan nilai bisa menggunakan skala penilaian. Hasil evaluasi bisa beragam, sesuai tujuan evaluasi. Bisa berupa nilai, atau bisa saja hanya berupa keteranga-keterangan tentang keadaan proses atau produk.
  • 13. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Objek penilaian hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran penilaian hasil belajar. Objek penilaian hasil belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Objek penilaian itu berwilayah-wilayah,yakni dibedakan menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, efektif, psikomotor. Ketiga ranah tersebut tidak berjenjang, tetapi unsur masing-masing ranah tersebut berjenjang atau berurutan. Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Alat penilaian untuk setiap ranah mempunyai karakteristik tersendiri, tergantung pada objek yang akan dinilai. B. Saran Demikianlah makalah yang telah kami susun, kami menyadari masih adanya kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
  • 14. 11 DAFTAR PUSTAKA http://ohmakalah.blogspot.com/2015/11/objek-penilaian-hasil-belajar.html http://pecintamakalah.blogspot.com/2015/11/makalah-ranah-kognitif-afektif.html https://dokumen.tips/documents/ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html Departemen Agama RI, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik, Jakarta: Departemen Agama RI, 2010. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009. https://www.academia.edu/7418257/Hasil_Dan_Proses_Belajar_Sebagai_Objek_Penilaian