際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Nama : Hastini
NIM : 15311093
Kelas : 3C
Makul : Administrasi Pendidikan
Dosen Pengampu Yayan Andrian S.Ag.,M.Ed.MGMT
Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Secara etimologis
kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari
garis start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program
sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut
berisi mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun
waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun),
SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dan secara terminilogis
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
Tahap-tahap Pengembangan Kurikulum
Menurut Arich Lewy (1977) tahap-tahap pengembangan kurikulum meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Penentuan Tujuan Umum
Pada tahap ini pengembangan kurikulum merumuskan tujuan umum kurikulum yang
berisi nilai-nilai dan perangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan kurikulum. Dalam merumuskan tujuan ini, para pengembang
kurikulum tidak bisa bekerja sendirian. Mereka harus bekerja sama dengan para ahli
disiplin ilmu termasuk psikolog, sosiolog, antropolog, dan pakar-pakar ilmu lainnya yang
relevan.
2. Perencanaan
Selanjutnya pengembang menyusun perencanaan kurikulum, mulai dari perencanaan
umum (silabus) sampai dengan perencanaan khusus (RPP) dalam berbagai kegiatan
(intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler) sesuai dengan organisasi kurikulum
yang diinginkan.
3. Uji Coba dan Revisi
Tujuan umum uji coba ini adalah untuk menguji perencanaan yang telah disusun
sesuia dengan situasi dan kondisi objektif dilapangan sehingga perencanaan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan khusus uji coba yang dilakukan secara
terbatas ini adalah untuk melihat kelemahan atau kekurangan dari perencanaan, sehingga
dapat dilakukan perbaikan (revisi)
4. Uji Lapangan
Hasil uji coba terbatas adalah diperolehnya kurikulum yang lebih baik. Berdasarkan
kurikulum ini kemudian dilakukan kembali uji lapangan yang lebih luas, yang hampir mirip
dengan situasi yang sebenarnya. Tujuannya asalah untuk menganalisis kondisi-kondisi
pelaksanaan kurikulum agar diperoleh hasil yang lebih memadai dan sempurna. Untuk itu
harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan kurikulum itu
sendiri, seperti kondisi dan kualifikasi guru, kondisi peserta didik, manajemen kurikulum,
situasi dan kondisi sekolah serta lingkungan terdekatnya.
5. Pelaksanaan Kurikulum
Setelah kurikulum dilakukan uji lapangan, kemudian diberikan pelatihan-pelatihan
kepada sekolah dan guru-guru secara bertahap dan kontinu, maka selanjutnya kurikulum
siap dilaksanakan secara serentak. Bukan berarti pada tahap ini tidak ada penilaian. Tim
pengembang kurikulum dan para pakar akan terus melakukan evaluasi. Semua pihak yang
terkait harus bekerja sama untuk membantu pelaksanaan kurikulum.
6.Pengawasan Mutu Kurikulum
Kurikulum itu sifatnya dinamis yang akan terus mengikuti perubahan dan
perkembangan zaman. Jika suatu kurikulum dianggap sudah banyak memiliki kelemahan
dan kekurangan, maka perlu dilakukan perubahan dan pembaruan kurikulum. Untuk itu,
pengawasan mutu kurikulum merupakan tahap penting yang harus dilakukan.
Komponen Proses
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran,
yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik disekolah melalui kegiatan
tatap muka maupun diluar sekolah. Dalam hal ini guru dituntut untuk menggunakan
berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-
sumber belajar. Pemilihan strategi harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/KD),
karakteristik materi pelajaran, dan tingkat perkembangan peserta didik. Ada beberapa
strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi kurikulum,
antara lain :
Strategi ekspositori klasikal.
Strategi pembelajaran heuristik.
Strategi pembelajaran kelompok kecil yaitu kerja kelompok dan diskusi kelompok.
Strategi pembelajaran individual.
Komponen Evaluasi
Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta
menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi
kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang
harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus
diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya
menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi juga erat hubungannya dengan definisi
kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan mata pelajaran atau meliputi
semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun di luar sekolah.
Berdasarkan definisi kurikulum yang digunakan akan dapat diketahui aspek-aspek
apa saja yang akan dievaluasi. Menurut Arich Lewy (1977) aspek-aspek evaluasi
kurikulum harus sesuai dengan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu
penentuan tujuan umum, perencanaan, uji coba dan revisi, uji lapangan,
pelaksanaan kurikulum, dan pengawasan mutu.
Model-model Pengembangan Kurikulum
The Administrative (Line-Staff) Model
The Grass-Roots Model
The Demonstration Model
Beauchamps System Model
Tabas Inverted Model
Rogers Interpersonal Relations Model
The Systematic Action-Research Model
Emerging Technical Model
Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia
Ada dua jenis model pengembangan kurikulum yang telah dan sedang
ditempuh di Indonesia, yaitu model yang berorientasi pada tujuan dan
model kurikulum berbasis kompetensi. Model pertama yaitu
berorientasi pada tujuan telah digunakan di Indonesia sudah sejak lama,
yaitu sejak digunakannya kurikulum formal di Indonesia sampai dengan
tahun 1994 yang berlaku efektif sampai tahun 2003.
Sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis
kompetensi. Jika dilihat dari konsepnya maka model kurikulum ini jauh
lebih berat dan rumit dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi
pada tujuan karena kompetensi bukan sesuatu yang ingin dicapai
melainkan sesuatu yang harus dikuasai oleh peserta didik.
issue
Jika dilihat dari konsepnya model
kurikulum berbasis kompetensi lebih
berat dan rumit dibandingkan dengan
kurikulum yang berorientasi pada tujuan
karena kompetensi bukan sesuatu yang
ingin dicapai melainkan sesuatu yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
Sebagai calon pendidik bagaimana
menurut anda akan hal tersebut dan upaya
apa yang perlu dilakukan oleh
pendidik/guru ?

More Related Content

HASTINI

  • 1. Nama : Hastini NIM : 15311093 Kelas : 3C Makul : Administrasi Pendidikan Dosen Pengampu Yayan Andrian S.Ag.,M.Ed.MGMT
  • 2. Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Secara etimologis kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dan secara terminilogis kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
  • 3. Tahap-tahap Pengembangan Kurikulum Menurut Arich Lewy (1977) tahap-tahap pengembangan kurikulum meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Penentuan Tujuan Umum Pada tahap ini pengembangan kurikulum merumuskan tujuan umum kurikulum yang berisi nilai-nilai dan perangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan kurikulum. Dalam merumuskan tujuan ini, para pengembang kurikulum tidak bisa bekerja sendirian. Mereka harus bekerja sama dengan para ahli disiplin ilmu termasuk psikolog, sosiolog, antropolog, dan pakar-pakar ilmu lainnya yang relevan. 2. Perencanaan Selanjutnya pengembang menyusun perencanaan kurikulum, mulai dari perencanaan umum (silabus) sampai dengan perencanaan khusus (RPP) dalam berbagai kegiatan (intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler) sesuai dengan organisasi kurikulum yang diinginkan. 3. Uji Coba dan Revisi Tujuan umum uji coba ini adalah untuk menguji perencanaan yang telah disusun sesuia dengan situasi dan kondisi objektif dilapangan sehingga perencanaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan khusus uji coba yang dilakukan secara terbatas ini adalah untuk melihat kelemahan atau kekurangan dari perencanaan, sehingga dapat dilakukan perbaikan (revisi)
  • 4. 4. Uji Lapangan Hasil uji coba terbatas adalah diperolehnya kurikulum yang lebih baik. Berdasarkan kurikulum ini kemudian dilakukan kembali uji lapangan yang lebih luas, yang hampir mirip dengan situasi yang sebenarnya. Tujuannya asalah untuk menganalisis kondisi-kondisi pelaksanaan kurikulum agar diperoleh hasil yang lebih memadai dan sempurna. Untuk itu harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan kurikulum itu sendiri, seperti kondisi dan kualifikasi guru, kondisi peserta didik, manajemen kurikulum, situasi dan kondisi sekolah serta lingkungan terdekatnya. 5. Pelaksanaan Kurikulum Setelah kurikulum dilakukan uji lapangan, kemudian diberikan pelatihan-pelatihan kepada sekolah dan guru-guru secara bertahap dan kontinu, maka selanjutnya kurikulum siap dilaksanakan secara serentak. Bukan berarti pada tahap ini tidak ada penilaian. Tim pengembang kurikulum dan para pakar akan terus melakukan evaluasi. Semua pihak yang terkait harus bekerja sama untuk membantu pelaksanaan kurikulum. 6.Pengawasan Mutu Kurikulum Kurikulum itu sifatnya dinamis yang akan terus mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Jika suatu kurikulum dianggap sudah banyak memiliki kelemahan dan kekurangan, maka perlu dilakukan perubahan dan pembaruan kurikulum. Untuk itu, pengawasan mutu kurikulum merupakan tahap penting yang harus dilakukan.
  • 5. Komponen Proses Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik disekolah melalui kegiatan tatap muka maupun diluar sekolah. Dalam hal ini guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber- sumber belajar. Pemilihan strategi harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/KD), karakteristik materi pelajaran, dan tingkat perkembangan peserta didik. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain : Strategi ekspositori klasikal. Strategi pembelajaran heuristik. Strategi pembelajaran kelompok kecil yaitu kerja kelompok dan diskusi kelompok. Strategi pembelajaran individual.
  • 6. Komponen Evaluasi Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi juga erat hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan mata pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun di luar sekolah. Berdasarkan definisi kurikulum yang digunakan akan dapat diketahui aspek-aspek apa saja yang akan dievaluasi. Menurut Arich Lewy (1977) aspek-aspek evaluasi kurikulum harus sesuai dengan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu penentuan tujuan umum, perencanaan, uji coba dan revisi, uji lapangan, pelaksanaan kurikulum, dan pengawasan mutu.
  • 7. Model-model Pengembangan Kurikulum The Administrative (Line-Staff) Model The Grass-Roots Model The Demonstration Model Beauchamps System Model Tabas Inverted Model Rogers Interpersonal Relations Model The Systematic Action-Research Model Emerging Technical Model
  • 8. Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia Ada dua jenis model pengembangan kurikulum yang telah dan sedang ditempuh di Indonesia, yaitu model yang berorientasi pada tujuan dan model kurikulum berbasis kompetensi. Model pertama yaitu berorientasi pada tujuan telah digunakan di Indonesia sudah sejak lama, yaitu sejak digunakannya kurikulum formal di Indonesia sampai dengan tahun 1994 yang berlaku efektif sampai tahun 2003. Sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi. Jika dilihat dari konsepnya maka model kurikulum ini jauh lebih berat dan rumit dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi pada tujuan karena kompetensi bukan sesuatu yang ingin dicapai melainkan sesuatu yang harus dikuasai oleh peserta didik.
  • 9. issue Jika dilihat dari konsepnya model kurikulum berbasis kompetensi lebih berat dan rumit dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi pada tujuan karena kompetensi bukan sesuatu yang ingin dicapai melainkan sesuatu yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sebagai calon pendidik bagaimana menurut anda akan hal tersebut dan upaya apa yang perlu dilakukan oleh pendidik/guru ?