1. PRODUKSI NILA SALIN MELALUI UPAYA HIBRIDISASI
BEBERAPA STRAIN NILA UNGGUL
DENGAN NILA STRAIN JABIR (NILA LOKAL SULSEL)
Dasep Hasbullah 1, Sugeng Raharjo 2, Jumriadi 1 dan Harnita Agusanty2
.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karakter yang sering dipilih untuk memperbaiki mutu genetik ikan adalah
kecepatan tumbuh, tingkat toleransi terhadap lingkungan dan derajat kelangsungan
hidup. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui selective breeding dan
crossbreeding (Moav & Wohlfarth, 1976). Penggunaan satu dan atau kedua cara
tersebut tergantung pada beberapa keadaan, yakni biaya, waktu dan ketersediaan
sarana dan prasarana. Program selective breeding sering digunakan untuk
menghasilkan populasi induk Penjenis (Great Grand Parent Stock). Crossbreeding
atau istilah lain dari hibridisasi, digunakan untuk menemukan kombinasi strain induk
yang dapat digunakan untuk menghasilkan ikan hibrida yang lebih unggul
dibandingkan dengan kedua induknya.
Hibridisasi pada ikan nila telah dilakukan secara luas di berbagai negara. Efek
heterosis dari teknik hibridisasi sering dimanfaatkan untuk memperoleh turunan yang
memiliki sifat unggul pada beberapa karakteristik penting seperti pertumbuhan, derajat
kelangsungan hidup, konversi pakan, kualitas daging, daya tahan terhadap penyakit,
kemampuan reproduksi dan yang lebih penting lagi terhadap viabilitas (Sumantadinata,
K. 1998). Oleh karena itu, maka melalui kegiatan ini, diharapkan diperoleh kombinasi
induk yang dapat menghasilkan ikan hibrida yang unggul. Hal ini penting, bahwa salah
satu parameter keberhasilan usaha budidaya ikan adalah penggunaan benih yang
berkualitas unggul.
1.2. Tujuan dan Target
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh benih hibrida hasil
persilangan induk nila lokal dan strain beberapa strain unggulan yang memiliki nilai
dan keragaman tinggi serta meningkatkan kualitas genetik ikan nila. Target kegiatan
ini adalah menghasilkan benih hibrid hasil persilangan induk induk nila lokal dan
beberapa strain unggulan yang mempunyai tingkat toleransi lebih baik, laju pertumb
uhan optimum, kelangsungan hidupnya cukup baik dan mampu hidup pada lingkungan
dengan salinitas tinggi (air payau)
2. II. BAHAN DAN METODA
2.1 Waktu Dan Tempat
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2012 di
BBAP Takalar. Pemijahan dan perawatan larva dilakukan di hatchery ikan nila,
pendederan hingga pembesaran tahap I di bak beton dengan sistem terkontrol (BBT),
sedangkan pembesaran tahap II dilakukan di tempat penggelondongan/tambak air
payau.
2.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah induk nila jantan strain jabir, tiga strain induk
nila unggulan (Sultana, Gift, dan nila merah), induk nila betina strain jabir, tiga strain
induk jantan nila unggulan (Sultana, Gift, dan Nila Merah), pakan induk, pakan benih,
dan pakan pembesaran, probiotik dan obat-obatan. Alat yang digunakan berupa
peralatan perikanan, timbangan digital dan kelengkapan ATK. Sedangkan wadah yang
digunakan berupa bak beton, hapa, waring, dan tambak.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan antara lain pembesaran calon induk, seleksi induk,
pematangan gonad, pemasangan hapa, pemasangan waring serta persiapan tambak
pemeliharaan. Selama pematangan gonad, induk diberi makan berupa pellet dengan
dosis 2-3% bobot biomass/hari.
2.2.2 Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Ikan nila yang digunakan dalam kegiatan ini adalah induk nila strain Sultana,
Gift, dan Nila Merah serta induk betina dan induk jantan strain jabir. Tahapan kegiatan
pemijahan antara lain 1) Seleksi Calon Induk yang unggul. 2) Memelihara calon induk
betina dan jantan tiap strain secara terpisah/dalam bak yang berbeda 3) Pemberian
pakan induk yang berkualitas. 4) seleksi induk siap pijah (matang gonad),
mengawinkan induk jantan dengan betina dengan cara memelihara dalam bak yang
sama
Perkawinan dilakukan secara alami dan dilakukan pengecekan rutin selama
pemeliharaan dalam bak pemijahan berlangsung. Pemanenan larva ikan nila hasil
perkawinan bisa dilakukan secara parsial (sebagian) dan panen total. Kombinasi
persilangan dari strain jabir dengan strain, Sultana, Gift dan Nila Merah dapat dilihat
gambar 1 dan gambar 2.
3. Jantan ()
Nila Jabir (J)
Sultana (S) SJ
Gift (G) GJ
Merah (M) MJ
Gambar 1. Matrik hibridisasi antara Jantan strain Jabir dengan betina strain Sultana,
Gift dan Merah
Betina ()
Nila Jabir (J)
Sultana (S) JS
Gift (G) JG
Merah (M) JM
Gambar 2. Matrik hibridisasi antara Betina strain Jabir dengan Jantan strain Sultana,
Gift dan Merah
Betina()Jantan()
4. 2.2.3 Pendederan
Kegiatan pendederan ikan dilakukan di dalam beton berukuran 2x5x1m dengan
sumber air yang digunakan berasal dari sumur bor yang memiliki salinitas antara 7 s/d
12 %0. Benih yang didederkan di dalam bak beton digunakan untuk pengujian
performa hibrida, sedangkan yang dilakukan di tambak digunakan sebagai stok benih.
Pemeliharaan di dalam hapa dilakukan pada saat benih berukuran 2-3 cm. Padat tebar
pada pendederan dalam bak beton sebanyak 5.000 ekor/bak. Selama pemeliharaan,
benih diberi pakan komersial sesuai bukaan mulut ikan. Sampling dilakukan setiap
bulan.
5. III. HASIL
Tabel 1. Data sampling pertumbuhan, bobot dan kelangsungan hidup benih ikan
nila hibrida antara jantan Jabir dengan betina Sultana, Gift dan nila Merah.
Sampling Parameter
JENIS HIBRIDA SR (%)
SJ GJ MJ SJ GJ MJ
Data Awal
Panjang (cm) 3,5 3,2 3,4
100 100 100Bobot rataan (g) 2,2 1,8 2,3
Jumlah (ekor) 200 200 200
Sampling I
Panjang (cm) 6,3 6,0 6,4
92,0 88,0 96,0Bobot rataan (g) 15,2 16,0 14,2
Jumlah (ekor) 184 176 192
Sampling II
Panjang (cm) 10,3 11,4 9,6
89,5 86 95,5Bobot rataan (g) 16,4 11,0 10,0
Jumlah (ekor) 179 172 191
Sampling III
Panjang (cm) 13,6 14,0 13,4
86,5 84 92,5Bobot rataan (g) 30,0 31,4 30,0
Jumlah (ekor) 173 168 185
Tabel 2. Data sampling pertumbuhan, bobot dan kelangsungan hidup benih ikan
nila hibrida antara betina Jabir dengan jantan Sultana, Gift dan nila Merah.
Sampling Parameter
JENIS HIBRIDA SR (%)
JS JG JM JS JG JM
Data Awal
Panjang (cm) 2,8 3,0 2,9
100 100 100Bobot rataan (g) 2,0 1,7 2,0
Jumlah (ekor) 200 200 200
Sampling I
Panjang (cm) 5,2 5,4 5,3
87,0 92,0 86,0Bobot rataan (g) 5,0 3,8 4,0
Jumlah (ekor) 174 184 172
Sampling II
Panjang (cm) 9,2 8,4 9,6
86,0 87,5 84,5Bobot rataan (g) 8,4 7,0 7,2
Jumlah (ekor) 172 175 169
Sampling III
Panjang (cm) 12,4 12,6 12,0
84,0 81,5 79,0Bobot rataan (g) 10,2 11,2 10,0
Jumlah (ekor) 168 163 158
IV.RENCANA UJI HIBRIDA
Uji lanjut dari kegiatan ini adalah mencari kombinasi persilangan terbaik. Data
hasil sampling pada kegiatan budidaya kemudian dideskripsikan dalam bentuk grafik
pertumbuhan panjang, dan pertumbuhan bobot rataan perindividu.
6. V. DAFTAR PUSTAKA
Macinthosh, D.J and Sampson, D.R.T, 1985. Tilapia Culture : Hatchery methods for
Oreochromis mossambicus and O. niloticus. Institute of Aquaculture,
University of Stirling. Scotland. 154 pp
Sucipto, A. 2002. Budidaya ikan nila (Oreochromis sp.). Makalah disampaikan pada
Workshop Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Himpunan Mahasiswa
Akuakultur IPB, di Bogor tanggal 20, 21 dan 28 April 2002. Balai Budidaya
Air Tawar Sukabumi. 9 hal
Maskur, S. Hanif, A. Sucipto, D. I. Handayani dan T. Yuniarti. 2004. Standar Prosedur
Operasional Pemuliaan (genetic improvement) ikan nila. Pusat Pengembangan
Induk Ikan Nila Nasional. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen
Kelautan dan Perikanan. Sukabumi.