Teks tersebut membahas tentang hipogramatik (pengaruh) cerita wayang dalam puisi Indonesia modern. Secara khusus membahas tentang pengangkatan tokoh-tokoh wayang seperti Sinta dalam berbagai puisi seperti "Elegi Sinta" karya Dorothea Rosa Herliany dan "Sihir Sita" karya Sapardi yang memberikan penafsiran baru terhadap karakter Sinta yang biasanya dianggap sebagai sosok istri yang setia.
1 of 10
Download to read offline
More Related Content
Hipogramatik Cerita Wayang dalam Puisi Indonesia Moderen
1. H A M I A I N TA N S A N I 111 4 0 1 3 0 0 0 0 0 1 4
HIPOGRAMATIK CERITA WAYANG
DALAM PUISI INDONESIA
MODEREN
2. HIPOGRAMATIK
? Latar dalam penciptaan sebuah puisi, diantaranya adalah
cerita wayang.
? Berupa tangappan penyair terhdapa mitos didalamnya yang
diolah secara kreatif dan didekonstruksi sesuai persepsi
mereka.
? Biasanya cerita juga disesuaikan dengan masyarakat masa
kini.
? Pengangkatan cerita wayang beserta mitos-mitosnya tidak
hanya mengenalkan cerita wayang ke masyarakat yang lebih
luas tetapi membuktikan bahwa tradisi-tradisi lama dapat
memperkaya kesusastraan Indonesia modern khususnya
perpuisian. Selain itu, juga sebagai bentuk penafsiran kembali
nilai-nilai secara kontekstual dengan menyesuaikan kondisi
sosial budaya masyarakat masa kini.
3. ? Cerita-cerita wayang yang menjadi sumber bagi
penciptaaan puisi dalam konsep interteks dipandang
sebagai bentuk hipogram (Rifatere dalam Nurgiyantoro,
1998 : 15). Hipogram merupakan karya, tradisi, dan
konvensi sebelumnya¡ªyang dipandang sebagai suatu
tantangan yang perlu disikapi¡ª yang dijadikan dasar
bagai penulisan karya lain sesudahnya.
? Hipogram sebagai induk yang akan melahirkan karya
baru ini, yang akan diidentifikasi pada bandingan karya
baru dengan induknya.
4. MACAM-MACAM HIPOGRAM:
? Hipogram potensial merupakan potensi sistem tanda pada
sebuah teks sehingga makna teks dapat dipahami pada karya
itu sendiri, tanpa mengacu pada teks yang sudah ada
sebelumnya.
? Hipogram aktual adalah teks nyata, yang dapat berupa kata,
frase, kalimat, peribahasa, atau seluruh teks, yang menjadi
latar penciptaan teks baru sehingga signifikasi teks harus
ditemukan dengan mengacu pada teks lain atau teks yang
sudah ada sebelumnya.
*hipogram yang menjadi latar penciptaan teks baru itu, bukan hanya
teks tertulis atau teks lisan, tetapi juga dapat berupa adat-istiadat,
kebudayaan, agama, bahkan dunia ini.
5. TOKOH WAYANG YANG SERING BICARAKAN PADA
BERBAGAI PUISI YANG BERLATAR WAYANG
? Tokoh Dewi Sinta atau Sita. Dalam pewayangan tokoh
Sinta adalah putri Prabu Janaka, Raja Negara Mantili.
Dewi Sinta diyakini sebagai titisan Batari Sri Widowati,
Istri Batara Wisnu, Dewa yang menitis pada Sri Rama.
Setiap turun ke Bumi, Dewa Wisnu selalu di dampingi
Batari Sri Widowati. Sosok Sinta selama ini dimitoskan
sebagai istri yang setia, jatmika (sopan santun), dan suci
trilaksita (ucapan, pikiran, dan hatinya). Ia mendampingi
suaminya, Sri Rama dalam suka dan duka.
6. KARYA YANG MEMBERONTAK
PEWAYANGAN TOKOH SINTA
? ¡°Elegi Sinta¡± karya Dorothea Rosa Herliany.
? elegi yang berarti sajak atau lagu yang mengungkapkan
rasa duka atau keluh kesah karena sedih, rindu atau
murung terutama karena kematian sesorang.
? Mitos pemberontakan terhadap kesetiaan Sinta, sosok
wanita ideal dan suci, diungkapkan oleh Sapardi dalam
¡°Sihir Sita¡¯.
7. ELEGI SINTA
aku sinta urung membakar diri.
demi darah suci
bagi lelaki paling pengecut bernama rama.
lalu aku basuh tubuhku, dengan darah
hitam.
agar hangat gelora cintaku.
tumbuh di padang pendakian yang paling
hina.
kuburu rahwana,
dan kuminta ia menyetubuhi nafasku
menuju kehampaan langit.
kubiarkan terbang, agar tangan yang
takut dan kalah itu tak mampu
menggapaiku.
siapa bilang cintaku putih? mungkin abu,
atau bahkan segelap hidupku.
tapi dengarlah ringkikku yang indah.
menggosongkan segala yang keramat dan
abadi.
kuraih hidupku, tidak dalam api
--rumah bagi para pendosa.
tapi dalam kesunyian yang sia-sia dan
papa.
agar sejarahku terpisah dari para penakut
dan pendusta. rama...
8. ? Dorothea membuka puisinya dengan penolakan Sinta untuk
melompat ke dalam api. Tidak hanya menolak, ia juga memaki
Rama sebagai¡°lelaki yang paling pengecut¡± dan ¡°para penakut dan
pendusta¡±. Hal tersebut wajar bagi seorang perempuan yang
bersungguh-sungguh setia, tetapi justru diragukan oleh laki-laki
yang diikutinya dengan berbagai pengorbanan. Berkalikali Rama
meminta untuk membuktikan kesuciannya termasuk lompat ke
kobaran api. Dalam pakem cerita Ramayana, Sinta sebelumnya
pernah diminta mengenakan cincin saat dalam tawanan Rahwana
untuk menguji kesetiaannya.
? Dorothea melalui tokoh Sinta berusaha menyampaikan bahwa
wanita tidak selemah yang selama ini dibayangkan. Namun, dalam
puisi ini digambarkan Sinta tidak ia berani menantang sosok
Rahwana.
9. SAPARDI- ¡°SIHIR SITA¡±
Terbebas juga akhirnya aku-
Entah dari cakar garuda
Atau lengan Dasamuka.
Sendiri,
di menara tinggi,
kusaksikan di atas
langit
yang tak luntur dingin-birunya;
dan di bawah
api
yang disulut Rama ¨C
berkobar bagi rindu abadi.
? Sapardi memberikan awal yang baik bagi Sinta karena ia dapat bebas baik dari cakar
garuda yang ingin menyelamatkannya maupun dari Dasamuka (sebutan lain Rahwana).
Terungkap keinginan Sita untuk bebas pula dari sihir Rama. Sihir yang memaksanya
tunduk pada keraguan Rama. Rama seakan tidak sabar untuk melihat Sinta melompat dari
atas menara. Menurutnya hanya dengan cara itu kesucian atau kemurnian Sinta dapat
kembali.
10. Subagio memberi judul
¡°asmaradana¡± yang merupakan
tembang atau macapat sastra jawa
klasik sebagai ungkapan suasana
rindu dendam karena api asmara
(rindu dendam berahi). Tembang
tersebut menceritakan kisah cinta
sedih antara anjasmara dan
damarwulan. Kisah cinta antara
rama dan sita dengan kisah cinta
antara anjasmara dan damarwulan
memang sama-sama mengalami
akhir yang sedih. Keduanya tidak
dapat merasakan akhir yang indah
dari sebuah kisah cinta.
SUBAGIO ¨C ASMARADANA
Sita di tengah nyala api
tidak menyangkal
betapa indah cinta berahi.
Raksasa yang melarikannya ke
hutan
Begitu lebat bulu jantannya
dan sita menyerahkan diri.
Dewa tak melindunginya dari
neraka
tapi Sita tak merasa berlaku
dosa
sekadar menurut naluri
Pada geliat sekarat terlompat
doa
Jangan juga hangus dalam api
Sisa mimpi dari sanggama