際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
STRATEGI DAN RENCANA AKSI NASIONAL
                       PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1.

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1

1.2.Rationale...................................................................................................................................2

1.3. Proses Penyusunan ..................................................................................................................2

BAB II. SITUASI EPIDEMI DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS ..................... 5

2.1. Situasi epidemi HiV ...............................................................................................................5

2.2. Situasi Penanggulangan HiV dan aidS ................................................................................. 8

2.3. Tantangan .............................................................................................................................,15

BAB III. STRATEGI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS ...........................................17

3.1. Arah kebijakan nasional ........................................................................................................ 17

3.2. Prinsip dan dasar kebijakan ..................................................................................................19

3.3. Tujuan ................................................................................................................................... 19

3.4. Strategi .................................................................................................................................22

BAB VI. KEBUTUHAN DAN MOBILISASI SUMBER DAYA .........................................41

6.1. Sumber daya manusia ..........................................................................................................41

6.2.Pendanaan..............................................................................................................................45

6.3. Sarana dan Prasarana ........................................................................................................... 49
BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG
         Perkembangan epidemi yang meningkat di awal tahun 2000-an telah ditanggapi dengan
keluarnya Peraturan Presiden nomer 75 tahun 2006 yang mengamanatkan perlunya intensifikasi
penanggulangan aidS di indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di asia dengan epidemi
yang berkembang paling cepat.Kementerian kesehatan memperkirakan, indonesia pada tahun
2014 akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HiV dan aidS
dibandingkan pada tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). ini dapat terjadi bila
tidak ada upaya penanggulangan HiV dan aidS yang bermakna dalam kurun waktu tersebut.
         Peningkatan penanggulangan HiV dan aidS yang efektif dan komprehensif di Indonesia
memerlukan pendekatan yang strategik, yang menangani faktor-faktor structural melibatkan
peran aktif semua sektor. tantangan yang dihadapi sungguh besar dilihat secara geografik dan
sosial ekonomi, indonesia berpenduduk terbesar ke empat didunia dan terdiri lebih dari 17.000
pulau, dengan sistem pemerintahan terdesentralisasi mencakup lebih dari 400 kabupaten dan kota
dan 33 provinsi. kasus HiV telah dilaporkan oleh lebih dari 200 kabupaten dan kota di seluruh 33
provinsi. mengingat epidemi HiV merupakan suatu tantangan global dan salah satu masalah yang
paling rumit dewasa ini
BAB II
      SITUASI EPIDEMI DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

A. Situasi Epidemi HIV
1. Status Epidemi Global
   AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah
   kesehatan global. Sekitar 60 juta orang telah tertular HiV dan 25 juta telah meninggal akibat
   AIDS, sedangkan saat ini orang yang hidup dengan HiV sekitar 35 juta. Setiap hari terdapat
   7400 orang baru terkena HiV atau 5 orang per menit. Pada tahun 2007 terjadi 2,7 juta infeksi
   baru HiV dan 2 juta kematian akibat aidS (Sumber: Report on the global AIDS epidemic,
   unaidS, 2008
2. Status Epidemi di Indonesia
   Sejak kasus aidS pertama dilaporkan pada tahun 1987 di Bali jumlah kasus bertambah secara
   perlahan menjadi 225 kasus di tahun 2000. Sejak itu kasus aidS bertambah cepat dipicu oleh
   penggunaan napza suntik. Pada tahun 2006, sudah terdapat 8.194 kasus AIDS.
B. Situasi Penanggulangan HIV dan AIDS
1. Perkembangan Respons
   Penanggulangan AIDS di Indonesia Pada tahun 1987 menteri kesehatan membentuk panitia
   aidS nasional yang diketuai oleh Dirjen P2MPL. Pada tahun 1994 dikeluarkan keppres
   nomer 36 tahun 1994 tentang pembentukan KPA di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/
   kota. KPA nasional yang diketuai oleh Menko Kesra mengeluarkan strategi nasional dan
   rencana kerja lima tahun penanggulangan AIDS 1994-1998.
   Berdasarkan strategi nasional tersebut, banyak mitra internasional mendukung pelaksanaan
   penanggulangan HIV dan AIDS di indonesia. Setelah itu, beberapa kementerian
   mengeluarkan peraturan terkait upaya penanggulangan HIV misalnya Peraturan menteri
   Pendidikan no.9/u/1997 mengenai pencegahan HIV/ AIDS melalui pendidikan, diikuti
   dengan Peraturan Menteri Pendidikan no.303/u/1997 mengenai pedoman pelaksanaannya.
   Pada tahun 2001, indonesia menandatangani deklarasi komitmen Penanggulangan HIV dan
   AIDS ungaSS. untuk meningkatkan penanggulangan HIV dan AIDS, pada tahun 2004
   komitmen Sentani ditandatangani oleh beberapa menteri (menteri coordinator bidang
   kesejahteraan rakyat, menteri kesehatan, menteri dalam negeri, menteri Sosial, menteri
   Pendidikan nasional, menteri agama)
2. Perkembangan Cakupan dan Efektivitas Program
   a. Perkembangan Cakupan
       1. Program Pencegahan Penularan Melalui Alat Suntik Populasi penasun didorong
          untuk mengikuti layanan alat suntik steril (Lass). layanan ini terus dikembangkan
          baik melalui Lass di tingkat komunitas maupun di layanan kesehatan seperti
          puskesmas. ketersediaan laSS telah bertambah dari 17 unit layanan di tahun 2005
          menjadi 182 unit layanan di tahun 2008, yaitu di 113 puskesmas dan 69 unit di
          beberapa LSM. STHP tahun 2007 menemukan bahwa lebih banyak penasun pergi ke
          layanan dikomunitas (LSM) daripada di puskesmas. layanan di puskesmas perlu
          ditingkatkan agar menjadi lebih mudah diakses oleh penasun. Layanan tersebut
menyediakan informasi dan penukaran alat suntik steril kepada penasun. Sampai
      dengan tahun 2008, terdapat 49.000 penasun yang telah mengakses layanan alat
      suntik steril.
   2. Program di lembaga pemasyarakatan
      Program     Penanggulangan   HIV/AIDS      di   lembaga     pemasyarakatan   (lapas)
      dikembangkan sejak tahun 2007. Beberapa kebijakan yang telah tersedia antara lain
      adalah stranas penanggulangan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba di lapas/
      rutan; rencana induk penguatan sistem dan penyediaan layanan klinis terkait hiv dan
      aids di lapas/rutan; petunjuk pelaksana teknis layanan dukungan dan pengobatan hiv
      dan aidS di lapas/rutan; SOP Pelaksanaan metadon di lapas/rutan; Surat edaran Dirjen
      Pemasyarakatan tentang monitoring dan evaluasi Program Penanggulangan HIV dan
      AIDS di Rutan. Keterbatasan dana dan sumberdaya manusia dalam penanggulangan
      HIV/AIDS, masih menjadi penghambat dalam implementasi program di lapas.
      dengan dukungan gF r8, akan diperluas program HiV di 82 lapas di 12 provinsi.
      Program tersebut meliputi penguatan kapasitas program di lapas, kerjasama dengan
      komunitas dan lSm dalam kaitannya dengan peningkatan informasi pencegahan,
      perawatan, dukungan dan pengobatan, konseling dan testing
b. Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing)
Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan adalah layanan Vct. Diharapkan seluruh
populasi kunci mendapatkan pemeriksaan HIV melalui layanan ini. Salah satu tujuan dari
promosi pencegahan adalah mendorong populasi kunci ke layanan Vct. Hingga tahun 2008,
jumlah layanan Vct terdapat sebanyak 547 unit, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah
(383) maupun swasta dan masyarakat (164). di daerah yang terjangkau kegiatan pencegahan
layanan Vct mengalami peningkatan. dalam kurun waktu 2004-2007 terjadi peningkatan
layanan Vct terhadap populasi kunci: Pada WPS dari 27% menjadi 41%; pelanggan WPS
dari 6% menjadi 10%; Waria dari 47% menjadi 64%; lSl dari 19% menjadi 37% dan penasun
dari 18% menjadi 41%
c. Program Perawatan Dukungan dan Pengobatan
Layanan perawatan, dukungan dan pengobatan di tahun 2009 sudah diberikan oleh 154
rumah sakit rujukan dari sebelumnya 25 rumah sakit di tahun 2004. odHa yang
membutuhkan ARV diperkirakan berjumlah 27.770 di tahun 2008 (10% dari jumlah estimasi
ODHA). infeksi oportunistik yang paling banyak terjadi pada ODHA adalah tuberkulosis
yaitu mencapai 41% dari seluruh kasus infeksi oportunistik, kemudian diare kronis (21%)
dan kandidiasis (21%). infeksi oportunistik ini menyebabkan kematian pada ODHA. di
lembaga pemasyarakatan 22,68 % kematian disebabkan HiV, 18,37% diakibatkan oleh TBC
dan 6,19% adalah akibat hepatitis Pada Juni 2009 terdapat 12.493 odHa sedang menjalani
pengobatan ARV (atau 45% dari yang membutuhkan). Pada tahun 2008, angka kematian
odHa turun menjadi 17% dibandingkan sebelumnya 46% pada tahun 2006 Efektifitas
Program
   1. Program Pencegahan Melalui Alat Suntik
   2. Program Perawatan dan Pengobatan
Efektifitas program perawatan dan pengobatan masih belum memadai, beberapa penyebab
adalah karena masih belum memadainya jumlah layanan dan rendahnya akses populasi kunci
dan ODHA terhadap layanan kesehatan yang tersedia. masih lemahnya system logistik dan
suplai dari ART juga memberikan dampak efektifitas program pengobatan yang masih
rendah. untuk memperbaiki kelemahan sistem tersebut diperlukan komitmen kepemimpinan
yang lebih besar, kerja sama dan koordinasi dari sektor terkait.
d. Sistem layanan kesehatan dan komunitas masih lemah.
Sistem kesehatan perlu diperkuat untuk menangani HiV dan aidS antara lain dibidang
pencegahan, diagnostik, pengobatan dan perawatan, keamanan transfusi darah dan
kewaspadaan universal. Sistem komunitas melalui LSM dan organisasi/ jaringan populasi
kunci perlu diperkuat untuk dapat lebih berperan aktif dan menjangkau populasi kunci.
BAB III
               STRATEGI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS


        Strategi ini memerlukan peran aktif multipihak baik pemerintah maupun masyarakat
termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan
HiV dan aidS dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, yang menyangkut area pencegahan,
pengobatan, mitigasi dampak dan pengembangan lingkungan yang kondusif. Bidang kesehatan
sangat berperan dalam memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi mereka yang
terinfeksi serta berbagai bentuk layanan pencegahan penyakit
TUJUAN
1. Tujuan Umum
   Strategi penanggulangan HiV dan aidS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko
   penularan HiV, meningkatkan kualitas hidup odHa, serta mengurangi dampak sosial dan
   ekonomi akibat HiV dan aidS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar setiap individu
   menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan.
2. Tujuan Khusus
  a. Meningkatkan upaya pencegahan HIV dan AIDS pada semua populasi kunci.
  b. Menyediakan dan meningkatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan
     yang bermutu, terjangkau dan bersahabat bagi ODHA.
  c. Meningkatan akses dan dukungan sosial ekonomi bagi anak dan keluarga terdampak, serta
     ODHA yang miskin.
  d. Menciptakan dan memperluas lingkungan kondusif yang memberdayakan masyarakat sipil
     untuk berperan secara bermakna, sehingga stigma dan diskriminasi terhadap populasi
     kunci, ODHA dan orang-orang yang terdampak oleh HIV dan AIDS berkurang. Hal ini
     termasuk pengembangan kebijakan, koordinasi program, manajemen, monitoring dan
     evaluasi termasuk pemantauan epidemi, perilaku serta riset operasiona
A. AREA Pencegahan
       Fokus utama pencegahan adalah perluasan dan peningkatan intervensi efektif untuk
menahan laju penyebaran infeksi HIV yang terjadi melalui pertukaran alat suntik dan hubungan
seksual berisiko di antara populasi kunci. Populasi kunci adalah lelaki dan perempuan pengguna
narkoba suntik, termasuk mereka yang ada di lapas/rutan; pekerja seks langsung dan tidak
langsung; pelanggan pekerja seks; dan lelaki yang seks dengan lelaki; waria dan pasangan intim
seluruh populasi kunci. dalam kelompok ini, program pencegahan akan juga menjangkau
kelompok usia muda (15-24 tahun) dan para pekerja baik dari sektor pemerintah maupun swasta,
buruh, atau pekerja migran. di Provinsi Papua dan Papua Barat, upaya pencegahan di atas
ditujukan juga untuk masyarakat umum


B. Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
       Untuk mencapai pengobatan dan manajemen kasus yang efektif. kegiatan pokok dari
area perawatan, dukungan dan pengobatan adalah sebagai berikut Penguatan dan pengembangan
layanan kesehatan yang kompeten.
    1. Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, ko-infeksi dan pengobatan ARV serta
       dukungan pemeriksaan berkala.
    2. Perawatan berbasis masyarakat dan dukungan bagi odHa, termasuk dukungan psikologis
       dan sosial.
    1. Pendidikan dan pelatihan mengenai pengobatan untuk memberdayakan odHa untuk
       menangani kesehatan mereka.
2. Peningkatan kepatuhan berobat secara teratur.
   3. Peningkatan pencegahan penularan dari odHa (positive prevention

                                         BAB IV
              KEBUTUHAN DAN MOBILISASI SUMBER DAYA


A. Sumber Daya Manusia
       Sumber daya manusia (SDM) dalam penanggulangan HIV dan AIDS meliputi tenaga-
tenaga dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, dan tenaga-tenaga monitoring dan evaluasi
disemua tingkat dan di setiap lembaga pemangku kepentingan.
       Setiap program yang direncanakan, dilaksanakan, dimonitor serta dievaluasi memiliki
kebutuhan sumber daya manusia yang berbeda-beda jenis keahlian dan jumlahnya.Untuk
efisiensi penggunaan tenaga, maka setiap program menetapkan standar kebutuhan minimal
ketenagaan. Setiap perencanaan program perlu memperhatikan kebutuhan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia untuk penyelenggaraan program
B. Sarana dan Prasarana
Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana dalam upaya penanggulangan ini adalah
1. Tempat layanan
2. Materi untuk upaya pencegahan
3. Materi untuk pelaksanaan surveilans
4. Materi untuk upaya perawatan, dukungan dan pengobatan
5. Materi untuk komunikasi, informasi dan edukas
6. Serta materi lainnya yang berfungsi untuk mendukung upaya penanggulangan tersebut
Hiv..strategi dan rencana

More Related Content

What's hot (18)

PDF
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
ppidkemenkes
PPTX
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
AndrieFitriansyah1
PPTX
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Zakiah dr
PPTX
Pengantar imunisasi
Yusneri Ahs
PPT
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Yabniel Lit Jingga
PDF
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
Edi Kusmiadi
PPTX
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
BidangTFBBPKCiloto
PDF
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Yusneri Ahs
PPTX
Kebijakan kesehatan 2013(1)
Yabniel Lit Jingga
PPTX
MI 6
KepalaDinkes
PPT
1 Jakstra Pk
ramli ma
PDF
Final juknis pelayanan imunisasi pada masa pandemi covid 19
Yusneri Ahs
PPTX
Sistem pelayanan kesehatan kesgilut
Zakiah dr
PPT
Bpjs farmasi
casamateo
PPTX
Gizi bencana ns
EviFatimah3
PPTX
Tantangan dan peluang lulusan kesehatan reproduksi
Zakiah dr
PPTX
Program kesling
BidangTFBBPKCiloto
PDF
Juknis pelacakan bayi dan baduta belum tdk lengkap imunisasi
Yusneri Ahs
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
ppidkemenkes
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
AndrieFitriansyah1
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Zakiah dr
Pengantar imunisasi
Yusneri Ahs
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Yabniel Lit Jingga
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
Edi Kusmiadi
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
BidangTFBBPKCiloto
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Yusneri Ahs
Kebijakan kesehatan 2013(1)
Yabniel Lit Jingga
1 Jakstra Pk
ramli ma
Final juknis pelayanan imunisasi pada masa pandemi covid 19
Yusneri Ahs
Sistem pelayanan kesehatan kesgilut
Zakiah dr
Bpjs farmasi
casamateo
Gizi bencana ns
EviFatimah3
Tantangan dan peluang lulusan kesehatan reproduksi
Zakiah dr
Program kesling
BidangTFBBPKCiloto
Juknis pelacakan bayi dan baduta belum tdk lengkap imunisasi
Yusneri Ahs

Viewers also liked (8)

PPT
Hiv dadang kesra 2013
Dadang otrismo
PPTX
Infeksi menular seksual (ims)
Dadang otrismo
PDF
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Achmad Wahid
DOCX
Saad askep sistem imunitas hiv
Operator Warnet Vast Raha
PDF
Rumah Sakit rujukan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia
Indonesia AIDS Coalition
PPTX
Materi pertolongan pertama
Dadang otrismo
PDF
Pedoman PMTCT Nasional
Indonesia AIDS Coalition
PDF
Juknis HIV: Panduan VCT
Irene Susilo
Hiv dadang kesra 2013
Dadang otrismo
Infeksi menular seksual (ims)
Dadang otrismo
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Achmad Wahid
Saad askep sistem imunitas hiv
Operator Warnet Vast Raha
Rumah Sakit rujukan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia
Indonesia AIDS Coalition
Materi pertolongan pertama
Dadang otrismo
Pedoman PMTCT Nasional
Indonesia AIDS Coalition
Juknis HIV: Panduan VCT
Irene Susilo
Ad

Similar to Hiv..strategi dan rencana (20)

DOCX
Bab i
Yabniel Lit Jingga
PPTX
Kebijakan dan Implementasi Program HIV AIDS.pptx
DewaDonyLesmana
PDF
HAND OUT HIV AIDS BUMI KARSA_HAND OUT HIV AIDS BUMI KARSA.pdf
syam586213
PDF
Challenges opportunities id 2001 hiv aids
ranthy_pancasasti
PPTX
PENANGGULANGAN HIV PADA MASYARAKAT TINGKAT KABUPATEN.pptx
Westi1
PDF
200907281232220.outline analisis situasi hiv dan aids di indonesia
Yabniel Lit Jingga
PDF
HIV/AIDS dalm Kewarganegaraan
M Saidi Basri
PDF
Hiv menurut usia
Yabniel Lit Jingga
PPTX
KEBIJAKAN HIV DAN PIMS Validasi Data Lampung
adeseptialg
PDF
KMPA
kom_nitas
PPTX
TM_7_HIV.pptx
drzakiunnirza
PPTX
Ilusi penanggulangan AIDS Ala Sistem Kapitalisme
Mush'ab Abdurrahman
PPTX
PPT HIV.pptx
alvionitadewinta
PPTX
K2 Poksus_Kelompok 2.docx.pptx
muhammadazmi86
PDF
PPT MIsi Persaudaraan Indonesia Orientasi Arah dan Tujuan bersama JIP 15 Feb ...
SaudaraDenovan
PPTX
Bahan Diskusi Publik Anak HIV AIDS - Rev.pptx
nunik42
PDF
Infodatin 2020 hiv
YeriPergata
PDF
Epidemiologi HIV AIDS.pdf
LuluHatta1
PDF
Harm reduction brief
jselv
PDF
Pandangan Mengenai Kebijakan HIV dan AIDS-Adi Sasongko
Indonesia AIDS Coalition
Kebijakan dan Implementasi Program HIV AIDS.pptx
DewaDonyLesmana
HAND OUT HIV AIDS BUMI KARSA_HAND OUT HIV AIDS BUMI KARSA.pdf
syam586213
Challenges opportunities id 2001 hiv aids
ranthy_pancasasti
PENANGGULANGAN HIV PADA MASYARAKAT TINGKAT KABUPATEN.pptx
Westi1
200907281232220.outline analisis situasi hiv dan aids di indonesia
Yabniel Lit Jingga
HIV/AIDS dalm Kewarganegaraan
M Saidi Basri
Hiv menurut usia
Yabniel Lit Jingga
KEBIJAKAN HIV DAN PIMS Validasi Data Lampung
adeseptialg
KMPA
kom_nitas
TM_7_HIV.pptx
drzakiunnirza
Ilusi penanggulangan AIDS Ala Sistem Kapitalisme
Mush'ab Abdurrahman
PPT HIV.pptx
alvionitadewinta
K2 Poksus_Kelompok 2.docx.pptx
muhammadazmi86
PPT MIsi Persaudaraan Indonesia Orientasi Arah dan Tujuan bersama JIP 15 Feb ...
SaudaraDenovan
Bahan Diskusi Publik Anak HIV AIDS - Rev.pptx
nunik42
Infodatin 2020 hiv
YeriPergata
Epidemiologi HIV AIDS.pdf
LuluHatta1
Harm reduction brief
jselv
Pandangan Mengenai Kebijakan HIV dan AIDS-Adi Sasongko
Indonesia AIDS Coalition
Ad

Hiv..strategi dan rencana

  • 1. STRATEGI DAN RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1. 1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1 1.2.Rationale...................................................................................................................................2 1.3. Proses Penyusunan ..................................................................................................................2 BAB II. SITUASI EPIDEMI DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS ..................... 5 2.1. Situasi epidemi HiV ...............................................................................................................5 2.2. Situasi Penanggulangan HiV dan aidS ................................................................................. 8 2.3. Tantangan .............................................................................................................................,15 BAB III. STRATEGI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS ...........................................17 3.1. Arah kebijakan nasional ........................................................................................................ 17 3.2. Prinsip dan dasar kebijakan ..................................................................................................19 3.3. Tujuan ................................................................................................................................... 19 3.4. Strategi .................................................................................................................................22 BAB VI. KEBUTUHAN DAN MOBILISASI SUMBER DAYA .........................................41 6.1. Sumber daya manusia ..........................................................................................................41 6.2.Pendanaan..............................................................................................................................45 6.3. Sarana dan Prasarana ........................................................................................................... 49
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan epidemi yang meningkat di awal tahun 2000-an telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomer 75 tahun 2006 yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan aidS di indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di asia dengan epidemi yang berkembang paling cepat.Kementerian kesehatan memperkirakan, indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HiV dan aidS dibandingkan pada tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). ini dapat terjadi bila tidak ada upaya penanggulangan HiV dan aidS yang bermakna dalam kurun waktu tersebut. Peningkatan penanggulangan HiV dan aidS yang efektif dan komprehensif di Indonesia memerlukan pendekatan yang strategik, yang menangani faktor-faktor structural melibatkan peran aktif semua sektor. tantangan yang dihadapi sungguh besar dilihat secara geografik dan sosial ekonomi, indonesia berpenduduk terbesar ke empat didunia dan terdiri lebih dari 17.000 pulau, dengan sistem pemerintahan terdesentralisasi mencakup lebih dari 400 kabupaten dan kota dan 33 provinsi. kasus HiV telah dilaporkan oleh lebih dari 200 kabupaten dan kota di seluruh 33 provinsi. mengingat epidemi HiV merupakan suatu tantangan global dan salah satu masalah yang paling rumit dewasa ini
  • 3. BAB II SITUASI EPIDEMI DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS A. Situasi Epidemi HIV 1. Status Epidemi Global AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan global. Sekitar 60 juta orang telah tertular HiV dan 25 juta telah meninggal akibat AIDS, sedangkan saat ini orang yang hidup dengan HiV sekitar 35 juta. Setiap hari terdapat 7400 orang baru terkena HiV atau 5 orang per menit. Pada tahun 2007 terjadi 2,7 juta infeksi baru HiV dan 2 juta kematian akibat aidS (Sumber: Report on the global AIDS epidemic, unaidS, 2008 2. Status Epidemi di Indonesia Sejak kasus aidS pertama dilaporkan pada tahun 1987 di Bali jumlah kasus bertambah secara perlahan menjadi 225 kasus di tahun 2000. Sejak itu kasus aidS bertambah cepat dipicu oleh penggunaan napza suntik. Pada tahun 2006, sudah terdapat 8.194 kasus AIDS. B. Situasi Penanggulangan HIV dan AIDS 1. Perkembangan Respons Penanggulangan AIDS di Indonesia Pada tahun 1987 menteri kesehatan membentuk panitia aidS nasional yang diketuai oleh Dirjen P2MPL. Pada tahun 1994 dikeluarkan keppres nomer 36 tahun 1994 tentang pembentukan KPA di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota. KPA nasional yang diketuai oleh Menko Kesra mengeluarkan strategi nasional dan rencana kerja lima tahun penanggulangan AIDS 1994-1998. Berdasarkan strategi nasional tersebut, banyak mitra internasional mendukung pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di indonesia. Setelah itu, beberapa kementerian mengeluarkan peraturan terkait upaya penanggulangan HIV misalnya Peraturan menteri Pendidikan no.9/u/1997 mengenai pencegahan HIV/ AIDS melalui pendidikan, diikuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan no.303/u/1997 mengenai pedoman pelaksanaannya. Pada tahun 2001, indonesia menandatangani deklarasi komitmen Penanggulangan HIV dan AIDS ungaSS. untuk meningkatkan penanggulangan HIV dan AIDS, pada tahun 2004 komitmen Sentani ditandatangani oleh beberapa menteri (menteri coordinator bidang kesejahteraan rakyat, menteri kesehatan, menteri dalam negeri, menteri Sosial, menteri Pendidikan nasional, menteri agama) 2. Perkembangan Cakupan dan Efektivitas Program a. Perkembangan Cakupan 1. Program Pencegahan Penularan Melalui Alat Suntik Populasi penasun didorong untuk mengikuti layanan alat suntik steril (Lass). layanan ini terus dikembangkan baik melalui Lass di tingkat komunitas maupun di layanan kesehatan seperti puskesmas. ketersediaan laSS telah bertambah dari 17 unit layanan di tahun 2005 menjadi 182 unit layanan di tahun 2008, yaitu di 113 puskesmas dan 69 unit di beberapa LSM. STHP tahun 2007 menemukan bahwa lebih banyak penasun pergi ke layanan dikomunitas (LSM) daripada di puskesmas. layanan di puskesmas perlu ditingkatkan agar menjadi lebih mudah diakses oleh penasun. Layanan tersebut
  • 4. menyediakan informasi dan penukaran alat suntik steril kepada penasun. Sampai dengan tahun 2008, terdapat 49.000 penasun yang telah mengakses layanan alat suntik steril. 2. Program di lembaga pemasyarakatan Program Penanggulangan HIV/AIDS di lembaga pemasyarakatan (lapas) dikembangkan sejak tahun 2007. Beberapa kebijakan yang telah tersedia antara lain adalah stranas penanggulangan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba di lapas/ rutan; rencana induk penguatan sistem dan penyediaan layanan klinis terkait hiv dan aids di lapas/rutan; petunjuk pelaksana teknis layanan dukungan dan pengobatan hiv dan aidS di lapas/rutan; SOP Pelaksanaan metadon di lapas/rutan; Surat edaran Dirjen Pemasyarakatan tentang monitoring dan evaluasi Program Penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan. Keterbatasan dana dan sumberdaya manusia dalam penanggulangan HIV/AIDS, masih menjadi penghambat dalam implementasi program di lapas. dengan dukungan gF r8, akan diperluas program HiV di 82 lapas di 12 provinsi. Program tersebut meliputi penguatan kapasitas program di lapas, kerjasama dengan komunitas dan lSm dalam kaitannya dengan peningkatan informasi pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan, konseling dan testing b. Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan adalah layanan Vct. Diharapkan seluruh populasi kunci mendapatkan pemeriksaan HIV melalui layanan ini. Salah satu tujuan dari promosi pencegahan adalah mendorong populasi kunci ke layanan Vct. Hingga tahun 2008, jumlah layanan Vct terdapat sebanyak 547 unit, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah (383) maupun swasta dan masyarakat (164). di daerah yang terjangkau kegiatan pencegahan layanan Vct mengalami peningkatan. dalam kurun waktu 2004-2007 terjadi peningkatan layanan Vct terhadap populasi kunci: Pada WPS dari 27% menjadi 41%; pelanggan WPS dari 6% menjadi 10%; Waria dari 47% menjadi 64%; lSl dari 19% menjadi 37% dan penasun dari 18% menjadi 41% c. Program Perawatan Dukungan dan Pengobatan Layanan perawatan, dukungan dan pengobatan di tahun 2009 sudah diberikan oleh 154 rumah sakit rujukan dari sebelumnya 25 rumah sakit di tahun 2004. odHa yang membutuhkan ARV diperkirakan berjumlah 27.770 di tahun 2008 (10% dari jumlah estimasi ODHA). infeksi oportunistik yang paling banyak terjadi pada ODHA adalah tuberkulosis yaitu mencapai 41% dari seluruh kasus infeksi oportunistik, kemudian diare kronis (21%) dan kandidiasis (21%). infeksi oportunistik ini menyebabkan kematian pada ODHA. di lembaga pemasyarakatan 22,68 % kematian disebabkan HiV, 18,37% diakibatkan oleh TBC dan 6,19% adalah akibat hepatitis Pada Juni 2009 terdapat 12.493 odHa sedang menjalani pengobatan ARV (atau 45% dari yang membutuhkan). Pada tahun 2008, angka kematian odHa turun menjadi 17% dibandingkan sebelumnya 46% pada tahun 2006 Efektifitas Program 1. Program Pencegahan Melalui Alat Suntik 2. Program Perawatan dan Pengobatan Efektifitas program perawatan dan pengobatan masih belum memadai, beberapa penyebab adalah karena masih belum memadainya jumlah layanan dan rendahnya akses populasi kunci
  • 5. dan ODHA terhadap layanan kesehatan yang tersedia. masih lemahnya system logistik dan suplai dari ART juga memberikan dampak efektifitas program pengobatan yang masih rendah. untuk memperbaiki kelemahan sistem tersebut diperlukan komitmen kepemimpinan yang lebih besar, kerja sama dan koordinasi dari sektor terkait. d. Sistem layanan kesehatan dan komunitas masih lemah. Sistem kesehatan perlu diperkuat untuk menangani HiV dan aidS antara lain dibidang pencegahan, diagnostik, pengobatan dan perawatan, keamanan transfusi darah dan kewaspadaan universal. Sistem komunitas melalui LSM dan organisasi/ jaringan populasi kunci perlu diperkuat untuk dapat lebih berperan aktif dan menjangkau populasi kunci.
  • 6. BAB III STRATEGI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS Strategi ini memerlukan peran aktif multipihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan HiV dan aidS dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, yang menyangkut area pencegahan, pengobatan, mitigasi dampak dan pengembangan lingkungan yang kondusif. Bidang kesehatan sangat berperan dalam memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi mereka yang terinfeksi serta berbagai bentuk layanan pencegahan penyakit TUJUAN 1. Tujuan Umum Strategi penanggulangan HiV dan aidS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HiV, meningkatkan kualitas hidup odHa, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HiV dan aidS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar setiap individu menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan upaya pencegahan HIV dan AIDS pada semua populasi kunci. b. Menyediakan dan meningkatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan yang bermutu, terjangkau dan bersahabat bagi ODHA. c. Meningkatan akses dan dukungan sosial ekonomi bagi anak dan keluarga terdampak, serta ODHA yang miskin. d. Menciptakan dan memperluas lingkungan kondusif yang memberdayakan masyarakat sipil untuk berperan secara bermakna, sehingga stigma dan diskriminasi terhadap populasi kunci, ODHA dan orang-orang yang terdampak oleh HIV dan AIDS berkurang. Hal ini termasuk pengembangan kebijakan, koordinasi program, manajemen, monitoring dan evaluasi termasuk pemantauan epidemi, perilaku serta riset operasiona A. AREA Pencegahan Fokus utama pencegahan adalah perluasan dan peningkatan intervensi efektif untuk menahan laju penyebaran infeksi HIV yang terjadi melalui pertukaran alat suntik dan hubungan seksual berisiko di antara populasi kunci. Populasi kunci adalah lelaki dan perempuan pengguna narkoba suntik, termasuk mereka yang ada di lapas/rutan; pekerja seks langsung dan tidak langsung; pelanggan pekerja seks; dan lelaki yang seks dengan lelaki; waria dan pasangan intim seluruh populasi kunci. dalam kelompok ini, program pencegahan akan juga menjangkau kelompok usia muda (15-24 tahun) dan para pekerja baik dari sektor pemerintah maupun swasta, buruh, atau pekerja migran. di Provinsi Papua dan Papua Barat, upaya pencegahan di atas ditujukan juga untuk masyarakat umum B. Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Untuk mencapai pengobatan dan manajemen kasus yang efektif. kegiatan pokok dari area perawatan, dukungan dan pengobatan adalah sebagai berikut Penguatan dan pengembangan layanan kesehatan yang kompeten. 1. Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, ko-infeksi dan pengobatan ARV serta dukungan pemeriksaan berkala. 2. Perawatan berbasis masyarakat dan dukungan bagi odHa, termasuk dukungan psikologis dan sosial. 1. Pendidikan dan pelatihan mengenai pengobatan untuk memberdayakan odHa untuk menangani kesehatan mereka.
  • 7. 2. Peningkatan kepatuhan berobat secara teratur. 3. Peningkatan pencegahan penularan dari odHa (positive prevention BAB IV KEBUTUHAN DAN MOBILISASI SUMBER DAYA A. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) dalam penanggulangan HIV dan AIDS meliputi tenaga- tenaga dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, dan tenaga-tenaga monitoring dan evaluasi disemua tingkat dan di setiap lembaga pemangku kepentingan. Setiap program yang direncanakan, dilaksanakan, dimonitor serta dievaluasi memiliki kebutuhan sumber daya manusia yang berbeda-beda jenis keahlian dan jumlahnya.Untuk efisiensi penggunaan tenaga, maka setiap program menetapkan standar kebutuhan minimal ketenagaan. Setiap perencanaan program perlu memperhatikan kebutuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia untuk penyelenggaraan program B. Sarana dan Prasarana Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana dalam upaya penanggulangan ini adalah 1. Tempat layanan 2. Materi untuk upaya pencegahan 3. Materi untuk pelaksanaan surveilans 4. Materi untuk upaya perawatan, dukungan dan pengobatan 5. Materi untuk komunikasi, informasi dan edukas 6. Serta materi lainnya yang berfungsi untuk mendukung upaya penanggulangan tersebut