1. • Homonim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma ‘nama’ dan homo ‘sama’.Secara
Semantik, Verhaar (1978) mengungkapkan bahwa homonim merupakan ungkapan
(berupa kata, frasa, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (kata,
frasa, atau kalimat) tetapi memiliki makna yang tidak sama. Misalnya : antara kata bisa
yang ‘racun’ dengan bisa ‘dapat, baku ‘standar’ dengan baku ‘ saling’, bandar
‘pelabuhan’ dengan bandar ‘pemegang uang dalam perjudian’. , misalnya kata bisa
‘racun’ berasal dari bahasa Melayu, sedangkan kata bisa ‘sanggup’ berasal dari bahasa
Jawa, (2) kata-kata yang berhomonim tadi muncul karena adanya proses morfologi,
misalnya : kata mengukur ‘Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hominim,
yakni : (1) kata-kata atau bentuk-bentuk yang berhomonim tadi berasal dari dialek atau
bahasa yang berlainanmemarut’ dengan mengukur ‘menghitung’.
•
Homonim dengan polisemi memiliki perbedaan pada derajat kesamaan makna.
Contoh polisemi:
Jangan berdiri di jalan masuk!
Jalanlah lebih dahulu, sebentar lagi saya menyusul!
Homonim selain terjadi dalam tataran kata juga terjadi dalam tataran frasa maupun kalimat,
misalnya : cinta anak ‘cinta terhadap anak’ dengan cinta anak ‘cinta anak terhadap…’, isteri
lurah yang baru itu cantik ‘isteri lurah yang baru diangkat itu cantik’, isteri lurah yang baru itu
cantik ‘isteri baru dari lurah itu cantik’.
Secara garis besar, homonim dibedakan menjadi dua macam, yakni: (1) homofon dan (2)
homograf. Homofon adalah dua kata yang memiliki makna dan bentuk penulisan yang berbeda
akan tetapi dilafalkan dengan bunyi yang sama, misalnya anatara sah dan syah, syarat dan sarat,
antara bang dan bank.
2. Pada sisi lain, homograf merupakan dua kata yang memiliki perbedaan makna dan cara
pelafalan akan tetapi memiliki kesamaan dalam cara penulisan, misalnya antara tahu ‘sesuatu
makanan’ dengan tahu ‘mengerti’, antara teras ‘bagian rumah’ dengan teras ‘inti’.