1. Mengapa Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi bagian penting dalam aspek sosial ESG?
Penyusun :
MochArdhanKhamdanYuafiAfandi
PradayanAdli
Pembimbing :
BondanWinarno
2. Trillion
Pengungkapan ESG menginformasikan kebijakan
ekonomi dengan membagikan aktivitas dan
kinerja terkait keberlanjutan. Dalam hal ini, aspek
Keselamatan Kerja memiliki peran penting dalam
komponen sosial ESG perusahaan.
US Sustainable Investment Forum Foundation (2020) :
Investor memiliki lebih dari $17 Triliun aset yang
dipilih melalui strategi penerapan ESG
ESG adalah parameter kinerja yang menampilkan aspek manajemen risiko perusahaan terkait dengan Lingkungan,
Sosial, dan Tata Kelola yang menjadi pertimbangan investor dalam menilai keberlanjutan kegiatan usaha.
3. PengungkapanESGdalamMeningkatkanNilaiPerusahaan
Di pasar luar negeri, penerapan ESG memberikan hasil
positif, dimana ESG dapat menjangkau pasar yang lebih
luas. Hal tersebut direspon dengan baik oleh Indonesia,
yaitu dengan dikeluarkannya Sustainable Finance Roadmap
Tahap II Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, penerapan ESG di Indonesia masih
belum optimal karena masih banyaknya
perusahaan yang belum mampu menerapkan
konsep keberlanjutan atau mengungkapkan
informasi akan hal tersebut ke ranah publik
Henis Witold
Vice Dean, ESG Initiative Director; Deloitte &
Touche Professor of Management,
The Wharton School- University of Pennsylvania
Menurut Henisz Witold (2019), ada beberapa manfaat bagi
perusahaan yang menerapkan ESG, antara lain :
Memperluas pasar
bisnis perusahaan
Profitabilitas
perusahaan meningkat
Kemudahan akses ke
modal dari investorr
4. Menteri Keuangan Indonesia, SriMulyanimenyatakan
Untuk mengoptimalkan penerapan ESG di Indonesia, Sri Mulyani akan
meningkatkan dukungan dan konektivitas supaya dapat mendorong
kinerja ESG untuk pembangunan infrastruktur supaya dapat
memulihkan perekonomian.
Upaya Bursa Efek Indonesia dalam peningkatan implementasi ESG, :
Meningkatkan kesadaran ESG pemangku kepentingan di pasar modal
1.
Melakukan laporan secara elektoronik
2.
Menerbitkan program ramah lingkungan di pasar modal; dan
3.
Menerbitkan IDX ESG Leaders Index, mencakup saham yang memiliki
peringkat ESG baik, tepat waktu pada kontroversi yang signifikan, dan
memiliki likuiditas serta kinerja keuangan yang baik
4.
(Winarto & Oktaria, 2022)
5. Hasil analisis penelitian oleh Kartika et al (2023)
menunjukkan bahwa ESG tidak terbukti berpengaruh
signifikan terhadap niliai perusahaan. Hal tersebut
dikarenakan masih banyak perusahaan di Indonesia
yang belum bisa menerapkan konsep keberlanjutan
atau mengungkapkan informasi tersebut ke publik.
Namun, hal tersebut akan berbeda seiring pengembangan ketika ESG sudah menjadi sesuatu yang
tidak asing lagi bagi masyarakat
ApakahESGBerpengaruhSignifikan
TerhadapNilaiPerusahaan?
Nilai Q > 0,05 Tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (Tobins Q)
6. Meningkatnya
KesadaranMasyarakat
AkanInvestasiJangka
Panjang
Peningkatan nilai pengungkapan laporan
keuangan berkelanjutan sebanyak 41,5%
semenjak tahun 2008
Noviarianti (2020), mengungkapakan bahwa ESG
menjadi salah satu standar bagi perusahaan
dalam melakukan investasi jangka panjang yang
mampu mengintegrasi dan mengimplementasi
kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan
Tahun 2020 terdapat 14 reksa dana di
Indonesia yang telah berbasis ESG dengan
pengelolaan dana mencapai 3 Triliun
Peningkatan nilai pengungkapan
laporan keuangan berkelanjutan
Pada tahun 2008
persentase laporan keuangan
berkelanjutan sebesar
53%
Pada tahun 2018
persentase laporan keuangan
berkelanjutan sebesar
75%
(Kartika et al., 2023)
7. KeselamatandanKesehatanKerja(K3)sebagaibagiandariAspekSosial-ESG
Pelaporan ESG adalah pengungkapan informasi tentang operasi bisnis dalam kaitannya dengan bidang
lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) bisnis. Aspek-aspek yang ada dalam pelaporan antara lain:
Dalam pelaporan ESG, pada aspek sosial salah
satunya terdapat laporan Keselamatan Kerja yang
disampaikan menggunakan matriks tertentu
Tabel Kategori Umum Pengungkapan ESG (Matthew et al, 2024)
Namun, pada metrik keselamatan, hampir semua
perusahaan melaporkan lagging indicator dalam bentuk
insiden yang tercatat, tingkat kematian, atau tingkat cedera
lainnya
8. KeselamatandanKesehatanKerja
dalamESG
Dalam pelaporan aspek keselamatan kerja, selain tingkat cedera
seperti total tingkat cedera yang dapat dicatat (Total Recordable Injury
Rate/TRIR), pelaporan keselamatan juga dapat mencakup kemajuan
menuju tujuan kuantitatif atau kualitatif, ringkasan indikator
keselamatan utama kinerja, serta data asuransi kompensasi pekerja.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kemajuan signifikan dalam
pemahaman matriks keselamatan kerja.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
memiliki peran penting
dalam komponen sosial
ESG karena dianggap
penting untuk tanggung
jawab sosial dan
ketenagakerjaan yang
berkelanjutan.
9. ManajemenKeselamatanKerja
Manajemen keselamatan kerja kini telah beralih
menjadi bukan hanya sekedar jam kerja yang
dikategorikan tidak aman (jam kerja dengan cedera).
Melainkan, adanya kendali terhadap sejauh mana
kita memperkuat sistem, proses, perencanaan, dan
operasi keselamatan kita.
Dengan kata lain, keselamatan kerja adalah
kapasitas atau kemampuan untuk mencapai
kesuksesan
10. TRIR (Total Recordable Injury Rate) merupakan jumlah cedera
yang dapat dicatat OSHA dibagi dengan jumlah jam kerja yang
sesuai dan dinormalisasi per 200.000 jam pekerja.
SIF (Serious Injury or Fatality) merupakan cedera serius dan
kematian.
DART (Days Away, Restricted, Transferred) merupakan cedera
yang memiliki tingkat keparahan/klasifikasi.
LITR (Lost Time Incident Rate) berfungsi sebagai pengukur
kinerja yang signifikan, memberikan wawasan mengenai
seberapa sering dan seberapa parah insiden terkait pekerjaan
terjadi, yang menyebabkan hilangnya hari kerja.
MatriksKeselamatanDalam
PelaporanESG
11. TRIR & Tingkat Kematian merupakan matriks yang paling
umum direkomendasikan dalam laporan ESG. Hal ini karena :
Mudah dikomunikasikan pada pemangku kepentingan;
Tarif yang didasar pada jenis cideranya;
Telah digunakan secara konsisten di seluruh industri
Aspek-aspek tersebut memastikan bahwa metrik TRIR
memiliiki makna umum, dimana terlihat langsung
perbandingannya secara sederhana dan lugas
Namun, di sisi lain TRIR masih memiliki banyak keterbatasan
yang perlu di evaluasi, terutama dalam pelaporan ESG.
TRIR:MatriksyangPalingUmum
Digunakan
12. KelemahanPengukuranTRIR
TRIR memunculkan semua cedera yang tercatat
memiliki bobot yang sama meskipun dengan tingkat
keparahan yang berbeda.
Misalnya
Dua luka jahitan pada jari akan dianggap sama
dengan kematian karena keduanya merupakan satu
cedera yang dapat dicatat
TRIR Tidak Valid Secara Statistik
Hallowell dkk. (2021) menunjukkan bahwa TRIR tidak
valid secara statistik karena kelangkaan dan
keacakan dari cedera yang tercatat.
TRIR Tidak Berkelanjutan
Lebih jauh lagi, penelitian oleh Matthew et al
(2024) menunjukkan bahwa TRIR tidak
menunjukkan angka cedera atau kematian yang
dapat dicatat di masa depan.
Pada akhirnya pengukuran TRIR hanya berfokus
terhadap injury/accident yang telah terjadi, dan
tidak dapat mengantisipasi kecelakaan yang
akan datang.
13. MatriksKeselamatanESGMasihCondong
keMatriksObjektif(Peraturan)
Berdasarkan penelitian Matthew (2024) dalam matriks
keselamatan, hampir semua perusahaan melaporkan
lagging indicator dalam bentuk insiden yang tercatat,
tingkat kematian, atau tingkat cedera lainnya. Hanya
ditemukan 3 perusahaan yang melaporkan dengan
leading indicator.
Dalam pelaporan ESG, masih jarang ditemukan indikator
yang berkenaan dengan matriks subjektif, seperti
budaya kerja, iklim keselamatan, dan faktor manusia
yang berkaitan dengan SIF.
Matriks subjektif memang lebih sulit untuk dikumpulkan,
dipahami, dan diinformasikan, Namun nilainya tetap
berdampak dan jauh lebih penting dalam pelaporan
ESG.
14. Inkonsistensi&Ketidakselarasan
TujuanPerusahaanDengan
LaporanESG
Berdasarkan analisis oleh
Matthew (2024) menunjukkan
bahwa sebagian besar
perusahaan menginginkan
budaya keselamatan proaktif
dan mematuhi peraturan
keselamatan. Akan tetapi
dalam pelaporan ESG masih
digunakan matriks yang
tradisonal seperti TRIR dan
tingkat kematian. Temuan ini
menghasilkan kesimpulan :
1) Terdapat ketidakselarasan antara apa yang dilaporkan perusahaan
sebagai nilai-nilai mereka dan matriks kinerja keselamatan mereka.
Ketidakselarasan ini menimbulkan masalah karena menyulitkan
pemeriksaan eksternal yang berarti dari investor, mitra, dan pihak lain.
2) Terdapat inkonsistensi dalam praktik keselamatan yang diterapkan
di seluruh perusahaan, sehingga perbandingan praktik keselamatan
tidak dapat dipertahankan.
Hal ini menyulitkan dalam membuat perbandingan sistem manajemen
keselamatan antar perusahaan, sehingga pemantauan & pengukuran
praktik keselamatan tidak dapat dilakukan melalui laporan ESG
15. AlternatifMatriksKeselamatanDalamESG
Diperlukan matriks yang valid agar dapat mencerminkan tujuan,
prioritas, dan praktik organisasi dengan lebih baik.
Seperti yang dilaporkan dalam Oguz Erkal et al. (2023), matriks
alternatif tersebut dapat berupa :
indikator lagging yang berbasis tingkat keparahan;
indikator leading;
iklim keselamatan skor analisis prekursor;
penilaian pengendalian energi tinggi.
Alternatif tersebut mencakup matriks yang sudah ada (seperti,
leading indicator & iklim keselamatan) dan matriks baru yang
masih baru dalam praktiknya (seperti, lagging indicator berbasis
tingkat keparahan & penilaian pengendalian energi tinggi).
16. Memang ditemukan bahwa semua matriks memiliki kekuatan
dan kelemahannya masing-masing. Hal ini menunjukkan
bahwa pelaporan ESG yang efektif dan akurat adalah yang
memuat serangkaian atau kombinasi matriks untuk mengukur
dan melaporkan praktik dan nilai-nilai perusahaan.
Meskipun pendekatan yang ideal belum ditetapkan,
sekaranglah saatnya untuk merancang ulang pengukuran
kinerja keselamatan dalam memanfaatkan momoentum ESG
itu sendiri, alih-alih semakin memperparah metode yang
sudah terbukti bermasalah.
PentingnyaPendekatanSafetyModern
dalamMatriksESG
17. Atas semua alasan ini, pendekatan berorientasi ESG terhadap
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja patut dipertimbangkan,
dan bahkan dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.
Cara pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja ini mulai dilihat
sebagai peluang, bukan sekadar biaya, dan perusahaan harus
memanfaatkan peluang tersebut untuk membuat semua pemangku
kepentingan (karyawan, investor, dan pelanggan) menyadari komitmen
mereka dengan cara yang tulus dan transparan, dengan menerbitkan
data yang nyata, objektif, dan terukur.
Jika dilakukan dengan benar, hal ini diharapkan dapat memberikan
peningkatan reputasi, manfaat dari perspektif pemegang saham,
investor, dan pelanggan, serta manfaat dalam hal menarik dan
mempertahankan karyawan yang terlibat.
Kesimpulan
18. Erkal, E. D. O., Hallowell, M. R., & Bhandari, S. (2023). Formal evaluation of construction
safety performance metrics and a case for a balanced approach. Journal of safety
research, 85, 380-390.
Hallowell, M. R., Erkal, E. D. O., Sherratt, F., MacLean, B., & Davis, M. (2024). Safety
Performance Measurement in Environmental, Social & Governance Frameworks.
Professional Safety, 69(07).
Hallowell, M., Quashne, M., Salas, R., MacLean, B., & Quinn, E. (2021). The statistical
invalidity of TRIR as a measure of safety performance. Professional Safety, 66(04), 28-34.
Henisz, W., Koller, T., & Nuttall, R. (2019). Five ways that ESG creates value. Diambil
kembali dari McKinsey: https://www.mckinsey.com/business-functions/strategy-
and[1]corporatefinance/our-insights/five-ways-that-esg-creates-value
Kartika, F., Dermawan, A., & Hudaya, F. (2023). Pengungkapan environmental, social,
governance (ESG) dalam meningkatkan nilai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia.
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Humaniora, 9(1), 29-39.
Noviarianti, K. (2020). ESG: Definisi, Contoh, dan Hubungannya dengan Perusahaan.
Retrieved April 22, 2021, from CESGS website:
https://www.cesgs.or.id/2020/12/29/apaitu-esg/
Winarto, H., & Oktaria, D. (2022). Pengaruh intensitas aset tetap dan leverage terhadap
tax avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di bursa efek indonesia tahun 20162019.Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Krisnadwipayana,9(2), 676-690. http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v9i2.686
THANK YOU
2024
DAFTAR PUSTAKA
Keterkaitan-Keterikatan
Keselamatan Kerja & ESG