際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Iman Yang Menyelamatkan
Oleh Chatarina Pantja W.
***
Lukas 5:18. Lalu datanglah
beberapa orang mengusung
seorang lumpuh di atas tempat
tidur; mereka berusaha
membawa dia masuk dan
meletakkannya di hadapan
Yesus.
***
Ini bukan tentang kanker tetapi
tentang hidup. Setiap manusia
memiliki kisah hidup masing-masing.
Dan hanya kebetulan kisah hidupku
adalah kanker ovarium stadium 3B.
Jangan tanya padaku bagaimana
awalnya, apa gejala yang kurasakan
sebelum mengalami semua itu,
karena aku tidak tahu.
Tuhan seringkali memberi kejutan
dalam perjalanan hidup kita, kadang
manis kadang membuat hati kita
hancur dan menangis.
Dan kejutan yang kualami pada bulan
September 2018 adalah tumbuhnya
tumor di rahimku sebesar bola
berdiameter 8-10 cm, serta terjadi
pembengkakan indung telur akibat
kista, dan menurut dokter aku harus
menjalani operasi pengangkatan
rahim beserta kedua indung telurku.
Kejutan yang sangat mengguncang
perasaanku, menghancurkan hatiku,
membuat aku menutup diri, aku
menutup pintu rumah dan menolak
siapa pun yang ingin datang untuk
menjenguk. Aku hanya ingin sendiri.
Tidak mudah untuk menerima
kenyataan bahwa aku sakit separah
itu, karena sebelumnya aku merasa
sehat, tidak pernah ada keluhan.
Belum sempat mengurus BPJS aku
dilarikan ke IGD RS Unair karena
tumor di rahimku semakin
membesar dan menekan kandung
kemihku yang membuat aku tidak
bisa buang air kecil, sehingga harus
dipasang keteter. Selama 16 jam
menjalani observasi terkait urologi
karena ada pendarahan yang
diduga berasal dari ginjal.
Dari RS Unair aku dilarikan ke IGD
RS Dr, Soetomo. Setelah menjalani
pemeriksaan intensif selama 12 jam
di IGD akhirnya aku masuk kamar
rawat inap. Dua hari kemudian aku
diijinkan pulang, bukan karena
keadaanku membaik tetapi karena
tidak ada biaya dan aku harus
mengurus surat keterangan tidak
mampu.
Aku pulang dengan keteter yang
masih terpasang dan label yang
diberikan padaku sebagai pasien
dengan penurunan fungsi ginjal dan
harus bersiap menjalani operasi
pemasangan double J stent.
Setelah gagal mengurus SKTM (surat
keterangan tidak mampu) akhirnya
aku mendaftar BPJS. Aku dan tumor
di rahimku berkejaran dengan waktu.
Setelah menunggu beberapa minggu
akhirnya kartu BPJS aku dapatkan
dan bisa digunakan.
Sebagai pasien BPJS aku harus mengikuti
prosedur, mengikuti tahapan pemeriksaan,
dan harus menunggu nomor antrian operasi
selama 3 bulan lebih. Dan selama 3 bulan itu
perutku semakin membesar seperti orang
hamil 9 bulan.
Tiga bulan yang sangat berat dalam hidupku
membuatku insomnia. Aku kecewa, marah
dan menolak kenyataan. Penolakan dalam
diriku membuat keadaanku semakin parah.
Pada bulan ketiga aku baru menyadari itu,
sampai akhirnya aku berdamai dengan diriku
sendiri dan menerima keberadaan tumor itu
di rahimku.
Di saat aku benar-benar sudah
pasrah dan tidak berdaya, tubuh
semakin kurus, dan kaki mulai
membengkak, Tuhan menolong
dengan cara menggerakkan hati tim
dokter yang memajukan jadwal
operasiku satu bulan lebih cepat.
Tuhan bekerja melalui tangan para
dokter bedah dan paramedis
sehingga aku dapat diselamatkan
melalui operasi itu, dan bisa
melewati saat-saat kritis.
Aku teringat kisah orang lumpuh yang
disembuhkan Tuhan Yesus (Luk 5:17-
26). Beberapa orang mengusung
seorang lumpuh di atas tempat tidur,
karena mereka tidak dapat
membawanya masuk, naiklah mereka
ke atap rumah, lalu membongkar atap
rumah itu, dan menurunkan orang itu
ke tengah-tengah orang banyak tepat
di hadapan Yesus. Ketika Yesus
melihat iman mereka, berkatalah Ia :
Hai saudara, dosamu sudah
diampuni.
Seperti kisah orang lumpuh itu, pertolongan
Tuhan yang kualami adalah buah iman dari
banyak orang yang mendoakanku. Tuhan
Yesus melihat iman mereka, bukan melihat
imanku, karena saat berada di kondisi itu
imanku sudah runtuh dan harapanku
padam.
Aku bersyukur dikelilingi oleh orang-orang
yang tidak pernah menghakimiku, tidak
pernah mengkotbahiku. Dalam senyap
mereka mendukungku dalam doa. Doa
yang tiada putus sejak awal aku sakit
sampai operasi bahkan pasca operasi saat
aku menjalani kemoterapi.
Terima kasih kepada teman-teman
yang menghargai privasiku, yang
memberi ruang dan waktu padaku
untuk sendiri secara fisik pada masa
sakitku, tetapi tidak pernah
membiarkanku sendiri dalam
perjuangan rohani. Terima kasih
untuk dukungan doa yang begitu luar
biasa. Doa yang telah membuat
Tuhan berbelas kasih dan
menyelamatkanku, memberiku
kesempatan hidup kedua.
Surabaya, 13 Desember 2021
3 tahun kesempatan hidup kedua

More Related Content

Iman Yang Menyelamatkan.pptx

  • 1. Iman Yang Menyelamatkan Oleh Chatarina Pantja W.
  • 2. *** Lukas 5:18. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. ***
  • 3. Ini bukan tentang kanker tetapi tentang hidup. Setiap manusia memiliki kisah hidup masing-masing. Dan hanya kebetulan kisah hidupku adalah kanker ovarium stadium 3B. Jangan tanya padaku bagaimana awalnya, apa gejala yang kurasakan sebelum mengalami semua itu, karena aku tidak tahu.
  • 4. Tuhan seringkali memberi kejutan dalam perjalanan hidup kita, kadang manis kadang membuat hati kita hancur dan menangis. Dan kejutan yang kualami pada bulan September 2018 adalah tumbuhnya tumor di rahimku sebesar bola berdiameter 8-10 cm, serta terjadi pembengkakan indung telur akibat kista, dan menurut dokter aku harus menjalani operasi pengangkatan rahim beserta kedua indung telurku.
  • 5. Kejutan yang sangat mengguncang perasaanku, menghancurkan hatiku, membuat aku menutup diri, aku menutup pintu rumah dan menolak siapa pun yang ingin datang untuk menjenguk. Aku hanya ingin sendiri. Tidak mudah untuk menerima kenyataan bahwa aku sakit separah itu, karena sebelumnya aku merasa sehat, tidak pernah ada keluhan.
  • 6. Belum sempat mengurus BPJS aku dilarikan ke IGD RS Unair karena tumor di rahimku semakin membesar dan menekan kandung kemihku yang membuat aku tidak bisa buang air kecil, sehingga harus dipasang keteter. Selama 16 jam menjalani observasi terkait urologi karena ada pendarahan yang diduga berasal dari ginjal.
  • 7. Dari RS Unair aku dilarikan ke IGD RS Dr, Soetomo. Setelah menjalani pemeriksaan intensif selama 12 jam di IGD akhirnya aku masuk kamar rawat inap. Dua hari kemudian aku diijinkan pulang, bukan karena keadaanku membaik tetapi karena tidak ada biaya dan aku harus mengurus surat keterangan tidak mampu.
  • 8. Aku pulang dengan keteter yang masih terpasang dan label yang diberikan padaku sebagai pasien dengan penurunan fungsi ginjal dan harus bersiap menjalani operasi pemasangan double J stent. Setelah gagal mengurus SKTM (surat keterangan tidak mampu) akhirnya aku mendaftar BPJS. Aku dan tumor di rahimku berkejaran dengan waktu. Setelah menunggu beberapa minggu akhirnya kartu BPJS aku dapatkan dan bisa digunakan.
  • 9. Sebagai pasien BPJS aku harus mengikuti prosedur, mengikuti tahapan pemeriksaan, dan harus menunggu nomor antrian operasi selama 3 bulan lebih. Dan selama 3 bulan itu perutku semakin membesar seperti orang hamil 9 bulan. Tiga bulan yang sangat berat dalam hidupku membuatku insomnia. Aku kecewa, marah dan menolak kenyataan. Penolakan dalam diriku membuat keadaanku semakin parah. Pada bulan ketiga aku baru menyadari itu, sampai akhirnya aku berdamai dengan diriku sendiri dan menerima keberadaan tumor itu di rahimku.
  • 10. Di saat aku benar-benar sudah pasrah dan tidak berdaya, tubuh semakin kurus, dan kaki mulai membengkak, Tuhan menolong dengan cara menggerakkan hati tim dokter yang memajukan jadwal operasiku satu bulan lebih cepat. Tuhan bekerja melalui tangan para dokter bedah dan paramedis sehingga aku dapat diselamatkan melalui operasi itu, dan bisa melewati saat-saat kritis.
  • 11. Aku teringat kisah orang lumpuh yang disembuhkan Tuhan Yesus (Luk 5:17- 26). Beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur, karena mereka tidak dapat membawanya masuk, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap rumah itu, dan menurunkan orang itu ke tengah-tengah orang banyak tepat di hadapan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia : Hai saudara, dosamu sudah diampuni.
  • 12. Seperti kisah orang lumpuh itu, pertolongan Tuhan yang kualami adalah buah iman dari banyak orang yang mendoakanku. Tuhan Yesus melihat iman mereka, bukan melihat imanku, karena saat berada di kondisi itu imanku sudah runtuh dan harapanku padam. Aku bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang tidak pernah menghakimiku, tidak pernah mengkotbahiku. Dalam senyap mereka mendukungku dalam doa. Doa yang tiada putus sejak awal aku sakit sampai operasi bahkan pasca operasi saat aku menjalani kemoterapi.
  • 13. Terima kasih kepada teman-teman yang menghargai privasiku, yang memberi ruang dan waktu padaku untuk sendiri secara fisik pada masa sakitku, tetapi tidak pernah membiarkanku sendiri dalam perjuangan rohani. Terima kasih untuk dukungan doa yang begitu luar biasa. Doa yang telah membuat Tuhan berbelas kasih dan menyelamatkanku, memberiku kesempatan hidup kedua. Surabaya, 13 Desember 2021 3 tahun kesempatan hidup kedua